G-Gavin

2K 374 85
                                    

Please give me a vote .🌟 and comment. 💬

----------------------------------------

"Gin! Gina!" Suara panggilan terdengar bersamaan dengan pintu kamar yang terbuka tiba-tiba. Sebuah kepala menyembul dari sana. "Gin--eh ada tamu."

Ayumi dan Gina menengok ke arah sumber suara--cowok yang tampak meringis malu dan sedang dipelototi Gina.

"Kebiasaan benget sih ini bocah kayak jelangkung, nggak ada permisi-permisinya." Gerutu Gina.

Gavin nyengir, melenggang masuk dengan santainya. "Sorry, gue kira lo sendirian." Cowok itu beralih menatap Ayumi. "Hai, Yu! Lama nggak main kesini," sapanya.

"Nggak dibolehin sama Gina--dia takut kalo gue ngecengin lo."

Gavin tertawa mendengar jawaban Ayumi. "Gina mah posesif gitu jadi sodara, bikin gue kelamaan jomblo."

"Idih, malah nyalahin gue. Lo mah jomblo emang karena nggak laku!" Seru Gina.

Gavin--Ayumi selalu merasa takjub dengan perwujudan cowok itu. Bagaimana tidak, melihatnya seakan melihat sosok Gina versi laki-laki dengan tampilan yang lebih manly. Ya mereka kembar. Gavin lahir beberapa menit setelah Gina.

Sejenak Ayumi berpikir, seandainya saja Gavin menempuh pendidikan di universitas yang sama dengan mereka --bisa dipastikan cowok itu akan berebut kursi popular dengan kembarannya.

Ayumi mengulum senyum. Tidak menyesal rasanya ketika ia memutuskan untuk menginap di rumah Gina lantaran kedua orangtuanya pergi dinas--jadinya ia bisa menikmati pemandangan hidup seperti Gavin yang tak kalah beningnya dengan bias-nya.

"Eh, apaan nih ngganjel!" baru saja Gavin menghempaskan bokongnya ke ranjang, namun ia bangkit lagi. Mengambil sesuatu yang tadi sempat ia duduki. Sebuah origami berwarna pink berbentuk angsa.

"Ya ampun, Angsa gue! Lo dateng-dateng bawa musibah banget, sih!" Gina merebut origami yang sudah gepeng tersebut.

"Lagian ngapain juga nih burung-burungan berserakan di ranjang! Lo tidur sambil ngelonin mereka, apa?!"

"Ini angsa bukan burung-burungan, ogeb lo." Gina memperbaiki lipatan origaminya hingga berbentuk semula. "Lo ngapain kesini?"

"Mau pinjam laptop. Punya gue lagi diservis."

"Nggak bisa, gue mau ngerjain tugas."

"Aeellaahhh, paling kalian lagi fangirl-ingan nontonin cowok-cowok cantik itu. Ayolah, Gin bentar doang! Besok pagi gue balikin." Rayu Gavin.

"Awas lo ya, kalo nggak balik--gue aduin eyang kalo kemaren lo bolos kuliah."

"Busseett, ancaman lo unfaedah banget. Kayak lo nggak pernah bolos aja!" Gavin mengambil laptop yang diulurkan Gina. "Jangan keseringan nonton boyband koriyah--kebanyakan halu ntar kalian. Mending liatin gue aja, ya kan, Yu?" Cowok itu mengerling pada Ayumi yang dijawabnya dengan cengiran.

"Heh, jangan genit lo." Gina menegur Ayumi yang tersenyum sumringah menatap kepergian kembarannya.

"Ya ampun protektif banget sih. Untung kalian nggak sekampus, bisa capek lo jagain dia dari cewek-cewek agresif disana."

"Dia itu laki-laki, nggak perlu diprotektifin." Tangan Gina mengibas tak peduli. "Gue cuma nggak mau temen-temen gue kemakan sama pesonanya aja. Soalnya dia itu ahli banget bikin cewek nangis kejer."

Ayumi antusias menimpali. "Masak sih?" Sejenak ia berpikir. "Apa Gavin termasuk cowok bad boy yang penuh tantangan untuk ditaklukin gitu ya? Biasanya tipe-tipe begitu selalu berhasil jadi magnet cewek-cewek karena memancing rasa penasaran mereka."

The Red StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang