02: Pertemuan

278 29 2
                                    

"Jihoon! Ya tuhan, kau belum bangun juga?!"

Jihoon membuka matanya malas ketika ia mendengar bunyi bising khas kwon soonyoung.

"Jangan membuatku marah, jihoon! Ayo bangun!!" Soonyoung menarik-narik tangan jihoon, berusaha agar tubuh mungil itu bangun dari posisi tidurnya.

"Ya! Jangan di tarik! Sakit, bodoh!" Jihoon menepis tangan soonyoung dari pergelangan tangannya yang sudah sedikit memerah dan mengusapnya pelan.

"Sana, mandi. Jika terlambat bukunya akan terjual habis, ji. Apa kau mau sahabatmu yang paling baik ini sedih karena tidak mendapatkan buku favoritnya?" Tanya soonyoung penuh sarkastik.

Sedangkan namja mungil yang berhadapan dengan soonyoung hanya menatapnya jengah. Ia menurunkan kakinya dari ranjang dan berjalan malas kearah kamar mandi sebelum soonyoung semakin berisik di luar sana.

Jihoon masuk ke dalam kamar mandinya dan menyempatkan diri untuk sekedar membasuh mukanya di washbowl.

Ia melihat pantulan wajahnya dari cermin washbowl, sekelebat ingatannya tertuju pada mimpinya. Mulai dari tempat aneh yang ia kunjungi, toko roti, tart stroberi dan namja misterius itu.

Semburat kemerahan dapat di lihatnya dari pantulan cermin washbowl. Pipinya menghangat setelah ia mengingat tentang namja itu.

Bayangannya terasa sangat nyata, jihoon kecewa saat ia menyadari itu hanyalah sebuah mimpi. Tapi ia juga sedikit bersyukur bahwa itu hanya mimpi, kalau tidak mungkin ia akan terjebak di tempat aneh itu.


---


Jihoon keluar dari kamar mandi setelah memakai pakaiannya. Ia menatap soonyoung yang sedang melakukan hal yang sama dengannya.

"Sekarang apa?" Tanya jihoon semakin bosan dengan soonyoung yang terus menatapnya tajam.

"Lama sekali kau mandi. Apa yang kau lakukan di dalam sana huh?"

"Tentu saja mandi. Sudahlah, mari pergi!"

Soonyoung mengikuti jihoon dari belakang dengan rasa senang, mungkin karena dirinya sudah tak sabar ingin menemui buku-bukunya di mall, atau bukan.



---



"Lihat, tidak ada bazar buku disini." Jihoon menatap sekelilingnya dan tatapan terakhirnya jatuh pada namja yang berada di sampingnya sambil tersenyum geli.

"Ya! Kenapa kau malah tersenyum aneh seperti itu?" Jihoon menatap soonyoung penuh selidik, jangan katakan jika soonyoung berbohong padanya agar jihoon mau menemaninya menghabiskan waktu di mall dan melakukan hal tak berguna lainnya.

"Memang tak ada bazar buku dan lagian seorang kwon soonyoung tak pernah tertarik membaca buku apalagi untuk membelinya,"

Kenapa hal sejelas itu tak terpikir oleh jihoon? Soonyoung bukan mahasiswa pandai yang senang akan buku, ia juga bukan orang yang hobi untuk membaca buku.

Telak, jihoon di tipu. Kedua kali dengan hari ini, beruntung di hari sebelumnya saat soonyoung menipu jihoon persis seperti ini, jihoon hanya minta untuk di traktir makan. Tidak kali ini, jihoon bersumpah akan membuat soonyoung mati-matian menjadi pesuruhnya hari ini.

"Aish, dasar kau penipu! Tak guna aku berteman denganmu, awas kau soonyoung! Aku membencimu."

Soonyoung dengan cepat menipis pukulan-pukulan dari tangan kecil jihoon pada lengannya, walaupun itu tak sesakit yang jihoon harapkan, tapi tetap saja kan itu sedikit sakit bagi soonyoung.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang