03: Kembali

194 31 9
                                    

Jihoon membuka matanya perlahan dan hal pertama yang ia lihat adalah kakinya yang sedang berpijak di lantai polos berwarna cokelat muda terang.

Dengan antusias jihoon mengadahkan kepalanya, berniat untuk melihat apa yang ia harapkan terjadi.

Ia berada di toko roti, tempat yang sama persis dengan yang ia kunjungi di mimpinya kemarin.

Jihoon menoleh ke arah meja marmer cream dan mendapati namja asing kemarin dengan kepala yang ia letakan di sela lipatan tangannya di meja marmer cream itu.

Jihoon menghampirinya, lalu mengetuk meja marmer itu berniat menyadarkan namja asing yang terus berada di pikirannya pada saat ia terbangun dari tidurnya.

Namja asing itu mengadahkan kepalanya dan tersenyum dengan manisnya saat mendapati jihoon yang tengah mengusiknya.

"Kau sedang apa?" Tanya jihoon lembut padanya.

"Menunggumu." Jawab namja asing itu polos sambil tetap menjaga senyumannya.

"Huh? Kenapa?" Jihoon mengerutkan keningnya bingung.

"Tidak ada." Namja asing itu meletakan lengannya di meja dan menopang rahangnya lalu memerhatikan jihoon seakan melihatnya seperti seorang malaikat mungil.

Pipi chubby itu kembali mengeluarkan semburat kemerahan. Rasa hangat kembali menyerang bagian gembungan itu.

"Jangan memerhatikanku seperti itu!"

"Kenapa? Kau manis, aku suka memerhatikanmu."

Tolong jangan katakan, tidak mungkin kan jihoon tewas di dalam mimpinya sendiri akibat serangan jantung mendadak? Berlebihan.

"Ah, terserahmu. Omong-omong, apa kau memiliki nama?" Tanya jihoon basa-basi.

"Tentu saja, seungcheol. Namaku seungcheol."

'Ah, ternyata ia memiliki nama. Seungcheol, nama yang bagus.' Batin jihoon.

"Bagaimana denganmu? Siapa namamu?" Tanya namja asing yang bernama seungcheol.

"Jihoon." Singkatnya.

"Oh, jihoon. Namamu bagus," ujar seungcheol yang masih belum berhenti mengumbar senyum manisnya.

"Terima kasih," ucap jihoon canggung.

"Dan jihoon, aku menyisakan sebagian tart stroberi ku untukmu." Seungcheol membungkuk dan mengambil sepotong tart stroberi dari etalase rotinya.

Jihoon mengerutkan alisnya, lalu tertawa konyol yang membuat seungcheol bingung dengan tingkah jihoon.

"Apa di mimpiku aku juga bisa makan?" Tanya jihoon yang masih di selingi tawa kecilnya.

Ini tidak lucu. Benar? Bagi seungcheol ini sama sekali tidak lucu. Seungcheol mengangkat ujung bibirnya setelah menatap jihoon datar yang masih tertawa di hadapannya.

Seungcheol mengambil sepotong tart itu, lalu menyumpalnya ke mulut jihoon. Jihoon membulatkan matanya saat tart itu terasa memenuhi mulutnya.

"Bagaimana? Enak, bukan? Walaupun di mimpimu kau tetap bisa makan," jelas seungcheol santai.

Ia tak tahu harus marah atau malah menikmatinya. Jujur, tart ini benar-benar bisa di makan dan rasanya sangat enak walaupun itu terdengar konyol. Tapi ia kesal saat seungcheol dengan tak sopannya menyumbat mulutnya.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang