06: Tidur dan Mimpi

258 32 5
                                    

Sudah setengah jam lebih pria tampan bernama wonwoo itu berdiri di depan pintu rumah jihoon.

Ia terus mengetuk pintu itu, namun tak ada orang yang meresponnya sedikitpun. Ia sudah mengirimi pesan kepada jihoon berkali-kali, dan juga menelfon namja mungil itu mungkin berpuluh-puluhan kali.

Wonwoo resah saat jihoon belum juga keluar, paling tidak menjawab atau membalas salah satu panggilan dan pesannya.

Tangan itu sengaja memain-mainkan gagang besar itu, hanya sekedar iseng menunggu jihoon.

Wonwoo menariknya ke bawah, pintunya terbuka. Kening pria tampan itu mengerut heran. Tidak di kunci?

Ia tau masuk ke rumah orang tanpa izin itu sangat luar biasa salah, tapi ia harus mementingkan keadaan jihoon di dalam sana daripada di tuduh sebagai maling. Ia tidak peduli sama sekali dengan itu.

Wonwoo berlari kecil masuk ke dalam rumah mewah itu. Ia panik saat ia tak mendengar suara jihoon saat ia berteriak memanggil namanya.

Wonwoo mengetuk pintu kamar jihoon saat benda persegi panjang itu berada di hadapannya. Ruangan minimalis dengan tembok berwarna baby blue, yang wonwoo lihat dari celah kecil pintu kamar jihoon.

Karena melihat ada celah yang artinya pintu itu tidak tertutup rapat, wonwoo berinisiatif untuk mengintipnya sedikit. Akan sangat fatal jika ia di sangka yang tidak-tidak bila ada jihoon nantinya yang melihatnya.

Tapi, pikiran itu hilang seketika. Tubuh itu tersentak dan berteriak panik kearah jihoon. Wonwoo benar-benar panik sampai ia lupa bagaimana caranya untuk melakukan sesuatu hal yang benar.

Jihoon yang tergeletak lemas di lantai dingin itu dengan sebotol obat tidur yang sudah kosong di genggamannya.

Overdosis.



===



Mata itu berpendar untuk merasakan cahaya beberapa saat. Seungcheol tersenyum melihat kilatan cahaya yang kembali datang menemuinya.

Jihoon berjalan pelan kearah seungcheol yang sedang tersenyum manis kearahnya. Melihat senyum seungcheol, jihoon tak akan pernah mengingat lagi bagaimana ia bisa hidup dengan dunia hampa seperti sebelumnya.

Pria mungil itu menatap dalam kearah manik mata seungcheol. Menemukan jawaban bahwa ia harus kembali ke mimpinya dan menjadikan mimpinya adalah satu-satunya kehidupan yang selalu ingin ia jalani.

Seungcheol menangkup wajah jihoon saat ia rasa senyum bahagia tergurat dari bibir mungil pria di hadapannya.

"Kau kembali.."

Jihoon memejamkan matanya intens saat seungcheol membelai pipi dinginnya. Rasa hangat menyergap saat rangsangan tangan seungcheol pada kulit pucatnya terasa begitu lembut membelai pipinya.

"Aku tak akan pernah pergi darimu, cheolie.."



===



Suara hentakan kaki lainnya terdengar dari koridor rumah sakit yang lumayan ramai itu. Tampak orang lain berlalu lalang untuk sekedar melewati pemuda kurus yang sedang frustasi tak tahu harus berbuat apa.

Tubuhnya terduduk di kursi tunggu itu dengan tangan yang berada pada paha nya untuk bisa menyeimbangkan topangan pada rahangnya. Sudah beberapa menit yang lalu pemuda itu terus-terusan menarik nafas dan melenguh panjang.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang