04: FRIENDZONE

171 28 4
                                    

Saat itu setelah wonwoo mengantar jihoon ke kampusnya, banyak murid lainnya yang membisikan hal-hal aneh tentang jihoon.

Jihoon tak tahu kenapa orang-orang malah membencinya saat ia ingin berteman dengan mereka. Cacian-cacian pedas yang keluar dari mulut-mulut itu tak jadi masalah bagi jihoon untuk tetap menjalani kehidupannya di universitas ternama itu.

Jihoon mungkin sudah terlalu banyak pikiran yang harus ia pikirkan dari pada memikirkan orang-orang kurang kerjaan seperti mereka.

Jihoon mengerucutkan bibirnya saat mengetahui soonyoung tak masuk hari ini. Ia berinisiatif untuk menelfon teman pemalasnya itu.

"Soonyoung! Kau tak masuk hari ini?"

Jihoon mengerang saat mendengar suara seseorang di seberang sana. Bukan seorang kwon soonyoung tetapi orang bodoh bernama seokmin yang menjawab panggilannya.

"Jihoon hyung? Ah ini aku seokmin,"

"Dimana soonyoung?"

Jihoon malas ketika seseorang sudah bertele-tele saat ia sedang serius, ia sebenarnya menyesal ketika kali ini ia menelfon soonyoung. Lagi pula itu tak terhubung dengan soonyoung secara langsung, melainkan dengan orang bodoh yang selalu mengganggu hidupnya.

"Dia tidur."

Jihoon memutuskan panggilan itu, dengan malas ia duduk di bangku mengingat kelas sudah di mulai.



---



Soonyoung melangkahkan kakinya pelan di pelataran toko-toko yang berdiri kokoh itu. Sementara wonwoo, yang berada di sampingnya sedang memegang sekaleng minuman soda di tangannya.

Soonyoung tak tahu harus bilang apa saat dirinya mengetahui wonwoo mengantar sahabatnya -jihoon- ke kampusnya.

Bukan apa, tapi..

Kenapa harus jihoon? Jika memang jihoon, kenapa dirinya tidak di perlakukan sama dengan jihoon? Kampus mereka sama dan malahan mereka satu kelas. Jarak rumah soonyoung dan jihoon bahkan sangat dekat jika wonwoo yang datang pagi-pagi ke rumah jihoon yang melewati rumah soonyoung dulunya sebelum tiba ke rumah jihoon.

Soonyoung tersenyum kecut saat menyadari alasannya. Oh, jihoon? Anak itu bahkan sudah melakukan hal yang sama saat ia menduduki sekolah tingkat akhir. Soonyoung tahu, jihoon itu terlampau manis, dia lembut dan penyayang. Dia sangat pintar dan juga dia yang paling kaya di kalangannya.

Sangat bertolak belakang dengan dirinya. Ia merebut mingyu saat sekolah menengah akhirnya dan kini datang ke dunianya untuk berbagi wonwoo dengannya? Dirinya bahkan rela berkelahi hebat dengan tubuh mungil yang tak ada sebandingnya itu.

"Emm.. Kau tidak pergi ke kampus?" Ucap wonwoo memecah keheningan.

"Tidak."

"Kenapa? Jihoon tadi masuk,"

'Oh, tentu saja dia masuk, wonwoo. Bukannya kau yang mengantarnya?'

Soonyoung hanya diam, ia terus memutar pertanyaan bencinya di memori kepalanya. Fakta yang menyatakan jika wonwoo lebih memilih jihoon dari pada dirinya sungguh membuatnya kehilangan akal sehat. Ia benci saat jihoon terus-terusan mengambil alih jika dirinya sudah berada di dekat namja mungil itu.

Rasa sesak di dadanya 2 tahun yang lalu kini terulang kembali. Ia hanya takut jika jihoon memperlakukan orang yang ia sayang dengan tidak benar. Apa itu alasan logisnya? Singkat-singkat saja, ia menyukai mingyu dulunya dan mingyu yang menyukai jihoon. Namun jihoon menolak mingyu karena jihoon tahu bahwa soonyoung menyukai mingyu.

Dan kini hal itu kembali terulang, rasanya seperti terus-terusan terjebak dalam nostalgia yang rumit untuk di jelaskan.

Maka biarlah hal itu terus-terusan berjalan dengan sendirinya seiringan dengan waktu yang akan menjawabnya.

Apa yang soonyoung pikirkan akan terjadi waktu sekolahnya dulu dan menjebak soonyoung dalam perkelahian lagi dengan jihoon? Itu semua tak akan soonyoung lakukan jika wonwoo, orang yang kini ia cintai. Kembali merasakan perihnya cinta saat jihoon menolak kesekian pemuda yang telah menyatakan cinta pada dirinya.



TBC

Chap ini mian terlalu pendek eheheh😅😪😪 lagi kuker aja makanya ngetik ini dan tbc dengan tidak elitnya:'))

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang