Veyara mau Sekolah.

4.4K 245 13
                                    

Veyara berlari masuk ke dalam rumah mereka seraya berteriak memanggil sang Ibu.
Prilly yang tengah melipat pakaian milik Veyara segera menemui putrinya itu sebelum teriakan itu berubah menjadi tangisan prustasi.

"Apa sih Vey?baru pulang kok teriak-teriak?"tanya Prilly.

Veyara mendekat kearah Prilly kemudian menarik tangan Ibu nya itu untuk duduk di sofa.

"Umi tau tak?kejap lagi Oncle Vichal mau daftalin akak Kinal cekolah,"kata Veyara.

"Terus?"

Veyara memandang Umi nya dengan wajah berbinar.

"Vey mu cekolah juja lah Umi, mu temu banak kawan-kawan,"katanya.

"Iya, nanti kita ngomong sama Abi kalau Vey mau TK ya,"jawab Prilly menawarkan.

Veyara menggeleng, "Tak nak TK, nak SD cem akak Kinal."

Prilly menghela napas, Veyara dan segala keinginannya adalah sesuatu yang bisa membuat Prilly pusing mendadak.

"Tapi kan nak, Vey kan baru 4 tahun sayang, mana bisa masuk SD, TK dulu ya?"bujuk Prilly.

Namun, seperti biasa, Veyara tidak menerima segala macam penolakan.
Yang dia tau hanya dia ingin sekolah bersama Kinara, sudah. Hanya itu saja.

"Heuh, yaudah nanti Veya ngomong sendiri sama Abi ya, sekarang waktunya bobok siang, kita cuci kaki, ganti baju terus bobok,"kata Prilly.
Ia segera meraih tubuh mungil itu lantas membawanya ke kamar.
Biarlah, masalah ini akan ia serahkan pada Ali.

****

"Assalamualaikum,"ucap Ali.

"Wa'alaikumusalam,"jawab Prilly seraya mencium tangan Ali kemudian mengambil jas Ali yang tersampir di lengannya.

"Abiiiii... " Veyara menjerit dari ruang tengah saat mendengar salam dari Ali.

"Ugghhh... Assalamualaikum anak Abi?" Ali tersenyum menatap Veyara yang berlari kearahnya dengan segera ia meraih tubuh kecil itu ke dalam gendongannya.

"Mikomcalam Abi,"jawabnya.

Ali menciumi pipi montok Veyara dengan gemas, putrinya itu selalu menjadi penawar yang ampuh untuk menghilangkan semua kepenatan nya setelah seharian berkutat dengan pekerjaan.

"Abi penat tak?"tanya Veyara setelah Ali mengajaknya duduk di sofa di ruang tengah sedangkan Prilly mengambilkan air minum untuk suaminya itu.

"Iya, Abi penat. Soalnya hari ini Abi banyak banget kerjaan, tapi nggak apa-apa. Ketemu Veyara itu udah bisa ngilangin penatnya Abi kok,"jawab Ali seraya mencuri satu ciuman dari pipi montok itu.
Pipi gembil Veyara sangat lembut membuat Ali selalu gemas ingin menciuminya, bisa di bilang pipi adalah spot pavoritnya di wajah putri kecilnya itu.

"Ini Bii di minum dulu air nya,"kata Prilly seraya memberikan segelas air putih untuk Ali.

Ali menerima air itu dengan senyum, ia segera menghabiskan air itu hanya dalam satu tegukan.

"Makasih Mii,"ucapnya sambil menyerahkan kembali gelas kepada Prilly.

Prilly mengangguk kemudian menaruh gelas itu di atas meja kecil yang ada disampingnya lantas ikut duduk bersama suami dan anaknya.

"Abi, akak Kinal nanti mau cekolah lho."

Prilly terkekeh, Veyara kembali membuka pembahasan itu.
Si kecil itu benar-benar mengingat ucapan Prilly untuk membahas itu saat Abi nya pulang dari kerja.

"Terus?"tanya Ali persis seperti yang Prilly katakan.

"Ya, Vey juja mu cekolah dong Abi! Vey nak cekolah juja cem akak Kinal, mu temu banyak kawan-kawan."

Ali menatap kearah Prilly seolah bertanya 'apa lagi ini?', sementara yang di tatap hanya mengendikan bahunya tidak tau.

"Tapi kan Veya masih kecil nak, nanti Abi daftarin ke TK ya?mau?"

Veyara cemberut, "Vey tak nak TK, Vey nak SD cem akak Kinal."

Ali lagi-lagi menatap pada Prilly membuat wanita itu menarik napas panjang.

"Aku siapin kamu air buat mandi dulu ya."

Setelah mengatakan itu Prilly langsung pergi menuju ke kamarnya tanpa menoleh lagi.

Sedangkan, Ali kini menggaruk tengkuknya kikuk.
Sungguh, menghadapi banyak klien lebih mudah daripada menghadapi si kecil di depannya ini.

Beruntung suara ponsel menyelematkannya kali ini.

"Iya Dad?"tanya Ali saat mengangkat telpon yang ternyata dari Javier.

"Tidak, ini Mommy mu kangen sama Veyara, katanya kapan kalian mau kerumah lagi?"

Ali memutar bola matanya jengah, Ibu nya itu selalu lebay seperti biasa.
Perasaan baru kemarin mereka berkunjung kesana dan sekarang Ibu nya itu kembali meminta mereka untuk berkunjung.
Oke, Ali akui sebagai anak satu-satu nya di keluarganya Ibu nya hanya bisa berharap padanya.
Tapi, tidak harus setiap hari juga kan?
Ali juga punya keluarga sendiri sekarang dan dia juga ingin menjadi anak yang mandiri, yang bisa memimpin keluarganya tanpa campur tangan dari orang tuanya.

"Beritahu Mom, minggu depan baru kami kesana sesuai jadwal yang telah kita sepakati."

"Aliiiii... kok gitu sih?
Mom merindukan cucu Mom?apa tidak boleh?"
Kini, bukan lagi suara Javier yang terdengar melainkan suara Jennita.

Ali menghela napas lantas memberikan ponselnya pada Veyara tanpa membalas ucapan sang Ibu.

"Opaaaaa... "

"Ahhh, cucu Opa. Opa rindu sama Veyara.
Kapan mau nemuin Opa lagi?"

Veyara menatap pada Ali.
Si kecil itu mengangguk saat Ali menunjukan 7 jarinya tanpa suara.

"7 hali agih Opa.
Vey juja lindu Opa dan Atok.
Nati pas Vey kecana kita main-main ya Opa?tapi cekalan Vey mo cakap-cakap dulu cama Abi, bye bye Opaaa, Bye Bye atokkk... " dengan sepihak Vey memutuskan sambungan telpon lantas kembali menatap Abi nya yang kini menutup wajahnya dengan prustasi.

*****

30 April 2018

FB : Amanda Veyara Syarief

Story Of VeyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang