Tongkat Dua Ustad

561 23 1
                                    

"Nafsu dan iman itu seperti tongkat. Keduanya menuntunmu melalui jalan yang sangat berbeda."

Ustad Gatot, yang duduk sangat berwibawa di kursinya yang berukir kaligrafi  dan berukuran cukup besar, tengah memberi wejangan kepada dua santri utamanya. Ustad Rokhim dan Tadjudin.

Dua santri yang sama-sama dia sayangi. Sama-sama menjadi harapan bagi kemajuan Pondok Pesantren Al Amin.

Pondok pesantren sama dengan sebuah desa. Dua santri itu tokoh bagi santri lain. Pengaruhnya sama-sama kuat. Hingga membelah para santri menjadi pengikutnya, atau setidaknya mengidolakan masing-masing dari dua santri itu. Bahkan Gatot merasakan ada rivalitas di antara keduanya meski terlihat sangat akrab. Saling menghormati. Saling bertegur sapa dengan sangat sopan. Santun. Gatot senang dengan keduanya. Senang dengan rivalitasnya.

Bukankah hidup ini akan lebih hidup dengan persaingan? Tentu bersaing secara sehat. Bisa dibayangkan dunia ini bila penghuninya tidak ada yang mau bersaing. Semua serba oke. Serba baik. Pasti monoton. Pasti tak bergerak. Statis. Itulah sunnatullah.

Allah menciptakan predator untuk menjaga keseimbangan alam. Allah menciptakan iblis dan setan juga bukan  untuk menakut-nakuti manusia seperti digambarkan secara salah kaprah dalam cerita film dan sinetron horor yang sangat disukai orang itu, tapi juga untuk kemajuan. Kemajuan iman seseorang. Dan itu manusia. Itulah hebatnya manusia. Jin dan bahkan malaikat ada seolah kerena manusia--meski semua diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Jadi penciptaan semua makhluk bukan main-main.

Kalau hanya untuk jadi pocong dan kuntilanak, kedua makhluk api itu pasti sangat tersinggung dengan derajatnya.

Allah menciptakan jin dengan tujuan yang sama seperti Allah menciptakan manusia. Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat: 56).

Namun yang jadi tanda tanya besar, bagaimana kedua makhluk yang secara substansi berbeda karena  bahan baku penciptaannya yang berbeda pula itu beribadah kepada Allah SWT? Apa cara jin beribadah juga sama dengan  cara manusia? Sebab jangan-jangan pengabdian jin kepada Tuhannya justru dilakukan dengan cata menggoda keimanan manusia. Bukan malah sebaliknya.

Allah SWT berfirman:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ
يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا   ۗ  وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ

(wa kazaalika ja'alnaa likulli nabiyyin 'aduwwan syayaathiinal-insi wal-jinni yuuhii ba'dhuhum ilaa ba'dhin zukhrufal-qouli ghuruuroo, walau syaaa'a robbuka maa fa'aluuhu fa zar-hum wa maa yaftaruun)

"Dan demikianlah untuk setiap Nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan." (QS. Al-An'am 6: Ayat 112)

Gus RiterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang