4

27K 262 12
                                    

Christ terbangun ketika suara alarm ponselnya berbunyi seperti biasa dipukul lima pagi. Kepalanya masih berat, karna kantuk yang masih melanda. Dia baru bisa terpejam pukul tiga pagi, karna masih belum percaya apa yang telah terjadi semalam. Dan tandanya dia baru tidur dua jam, membuat kepalanya sakit dan matanya terasa perih.

Setelah pulang dari rumah Julie semalam, Christ mencoba menghubungi Julie berkali-kali lewat panggilan telpon dan pesan singkat. Tapi hasilnya nihil, karna Julie sama sekali tidak menggubrisnya.

Perasaan risau seolah berkecamuk dalam dadanya, hatinya sulit menerima karna dia teramat sangat yakin, jika Julie pun sama mencintainya. Hati kecil Christ yakin dan dapat merasakannya selama ini.

Christ bangun terduduk di ranjangnya, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Berharap semua ini hanya mimpi buruk. Walau akhirnya Christ tersadar jika ini kenyataan. Kenyataan pahit yang harus dia terima.

Akhirnya Christ bangkit dari ranjang dan memutuskan untuk mandi, mengguyur tubuhnya dengan air dingin agar dapat mendinginkan kepala juga hatinya yang terasa begitu panas dan kusut.

Seharian pun Christ merasa hari yang dia lewati lebih panjang dari biasanya, tubuhnya terasa lelah karna kurang istirahat, dah bahkan pikirannya pun lelah karna terus-terusan memikirkan Julie dalam kepalanya. Lantaran seharian itupun Julie sama sekali tidak menjawab panggilan telpon dan membalas pesan singkat yang dia kirim.

Membuat suasana hati Christ makin buruk.

Hingga akhirnya di pukul sembilan malam ketika Christ akan pulang dari kantor, Julie ada menerima panggilannya, yang entah sudah berapa puluh kali dia abaikan.

"Jul, kamu baik-baik aja? Demi Tuhan, kamu bikin aku sangat cemas." Pekik Christ di saluran telpon dengan suara tertahan, karna mendengar suara Julie sedikit serak saat bicara di sebrang sana.

"I'm fine." Julie menjawab. "Berhentilah mencemaskan aku berlebihan mulai sekarang. Aku wanita dewasa yang bisa menjaga diriku sendiri. Dan berhenti juga menghujaniku sama puluhan pesan dan panggilan. Itu mengganggu waktu istirahatku." Sambung Julie dengan nada suara begitu dingin.

Untuk sepersekian detik Christ terdiam. Christ tercekat setelah mendengar jawaban Julie, dia bahkan sampai kehilangan kata-kata.

"Aku ingin istirahat, jadi tolong jangan ganggu aku. Dan masalah keputusanku semalam, aku serius. Jadi tolong... hargai keputusanku. Jangan hubungi aku sampai perasaan kamu hilang, atau bahkan menemukan wanita lain yang bisa membalas perasaan kamu. Tapi bukan aku. Selamat malam."

Belum sempat Christ menyahut Julie sudah memutuskan teleponnya dengan sepihak tanpa menunggu jawaban Christ.

Christ tersenyum getir, tak menyangka jika semuanya akan terjadi seperti ini. Sulit sekali menerima keputusan Julie, dan akan lebih sulit untuk tidak bertemu dengan Julie dalam waktu lama.

Lantas tiba-tiba dia tertawa getir, tawa yang di buat-buat dan nyaris di paksakan.

***

Pukul 11 malam Christ memarkirkan mobilnya diparkiran sebuah club yang lumayan ternama.

Dia terpaksa datang kemari karna Peter terus menerornya di panggilan telpon atau pesan singkat agar dirinya datang. Bahkan Peter memberikan ancaman yang tidak masuk akal jika Christ tetap tidak mau datang. Padahal Christ sudah akan bersiap tidur, walaupun memang akan sulit memejamkan matanya dengan pikiran kacau.

Setelah mematikan mesin mobil, dia membuka sefty belt dia pun keluar dengan langkah berat untuk masuk kedalam gedung dimana club itu berada.

Club terlihat sangat ramai dan sesak, udara yang di penuhi asap rokok juga suara musik yang berdentum sangat keras membuatnya makin terasa sesak.

Between Me And You, Or....Her?✓ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang