O5.

41 2 0
                                    

Ruangan besar itu mendadak sunyi untuk beberapa saat, hingga Tuan Kim kembali membuka suara.

"Jimin, apa kau tidak mengingat hal yang terjadi padamu di malam sebelumnya?"

Jimin yang masih dipenuhi oleh banyak tanya di dalam benaknya hanya dapat menatap Tuan Kim untuk beberapa saat sebelum menjawab.

"Hanya beberapa, Tuan. Saya tidak bisa mengingat seluruh kejadian."

Tuan Kim mengangguk kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, raut wajahnya pun terlihat memikirkan sesuatu.

"Jimin, sebenarnya saya tidak memiliki hak untuk melakukan ini. Kau bahkan bukan pekerja saya, bukan siapa-siapa saya." Ujar Tuan Kim.

"Tapi kau, saya membutuhkanmu, Park Jimin." Tambah petinggi itu seraya menatap sosok dihadapannya.

Jimin mematung beberapa saat. Apa yang dibutuhkan seorang yang kaya raya dari dirinya yang bahkan memiliki derajat sangat jauh dibawah Tuan Kim?

Apa yang diinginkan darinya?

Apa yang spesial dari dirinya?

Kenapa harus dirinya?

"Jika saya boleh tahu, Tuan Kim. Apa yang membuat dirimu membutuhkan saya?" Tanya Jimin dengan sopan.

Namun apa yang ia dengar berikutnya tidak memuaskan.

"Cukup sulit untuk memberi tahumu saat ini juga, Park Jimin. Namun jika dirimu berkenan untuk membantu saya, maka ada banyak jaminan yang akan saya berikan padamu."

"Jaminan?" Jimin mengulang kata tersebut dengan penuh tanya.

"Ya, jaminan. Keselamatanmu, kesehatanmu, bahkan hingga tempat tinggalmu akan menjadi tanggung jawab saya selama kau ingin membantu."

Bibir Jimin kembali terkatup rapat, namun netranya berhasil menangkap gerak-gerik sosok yang sedari tadi duduk disampingnya.

Tangan Yoongi mengepal, entah karena alasan apa.

"Bagaimana, Tuan Park?" Tanya Tuan Kim lagi.

"Apa ini semua harus saya putuskan sekarang?" Suara Jimin terdengar ragu-ragu, takut bila pertanyaannya terdengar tidak sopan.

Tetapi ekspresi Tuan Kim justru sedikit menenangkan Jimin, senyum tipis terulas pada wajah tersebut.

"Kami dapat menunggu hingga esok hari, Tuan Park. Anda bisa menghubungi sekretaris saya jika memang sudah memutuskan." Ujarnya seraya menggerakkan salah satu tangan pada sosok disampingnya, Yoongi.

"Jadi, yang tadi menghubungiku itu kau?" Tanya Jimin memastikan.

"Benar, Tuan. Itu nomor saya." Jawab sang pemilik surai gelap itu.

"Baiklah, Yoongi, tolong antar pulang Tuan Park. Pastikan ia tiba di kediamannya dengan selamat." Ujar Tuan Kim sebelum beranjak dan kembali mendudukkan tubuhnya di balik meja besar.

Yoongi pun ikut beranjak dan merundukkan tubuhnya sebagai tanda hormat pada Tuan Kim sebelum melangkah meninggalkan ruangan, tentunya diikuti oleh langkah-langkah kecil Park Jimin.

Tak ada sepatah kata pun dari kedua teruna itu, yang terdengar hanya langkah-langkah keduanya menuju salah satu mobil putih yang terparkir di depan gedung megah tersebut.

"Jimin hyung?"

Suara itu spontan membuat Jimin memutar badan dan mendapati sosok yang lebih tinggi darinya berdiri disana.

"Jimin hyung, ayo pulang." Ujar sosok itu kemudian menarik salah satu lengan kurus Jimin.

Tetapi gerakannya terhenti kala tangan itu dipaksa terlepas oleh seseorang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bittersweet tragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang