"Jungkook-ah?"
Suara Jimin pun terdengar memecah keheningan sejak keberangkatan mereka meninggalkan apartment. Tidak seperti biasanya, Jimin mendapati tingkah Jungkook yang sedikit aneh.
Pria dengan marga Jeon ini membungkam mulutnya sedari tadi, diam dan hanya terfokus pada jalanan di depan.
"Kook-ah?"
Kali ini tangannya tergerak, menyentuh bahu sang wira disampingnya. Detik berikutnya Jungkook sedikit tersentak, kemudian menolehkan kepala saat mobilnya terhenti dikarenakan lampu merah.
"Ada apa, hyung?" Tanya Jungkook seraya menatap Jimin.
"Apa yang kau pikirkan?"
Jungkook hanya menggeleng, kemudian mengulas senyum tipis pada bibirnya.
"Tak apa, hyung. Nanti kau pulang jam 7 seperti biasanya?"
Jimin hanya mengedip beberapa kali, bingung mengapa kawannya ini justru mengganti topik pembicaraan.
"Iya, Kook-ah. Jam 7 seperti biasa, ada apa?" Tanya Jimin heran.
Jungkook kembali menginjak pedal gas, dan mobil pun mulai melaju menuju kantor Jimin yang tinggal berjarak beberapa blok lagi.
"Aku jemput, ya?"
Jimin semakin dibuat bingung karenannya, ia pun hanya memberi anggukan pada sang wira.
Tak lama setelah itu mobil pun terhenti, tepat di depan sebuah gedung megah bertingkat dimana Jimin mencari nafkah.
"Terima kasih, Kook-ah. Hati-hati di jalan, ne?"
Jimin pun melangkah keluar kemudian menutup pintu mobil hitam itu.
"Hyung!" Teriak sosok yang lebih muda dari dalam mobil tepat setelah kaca mobil di turunkan.
Jimin pun merundukkan kepala, menyesuaikan tingginya dengan jendela mobil itu.
"Ada apa, Kook-ah?"
"Jangan kemana-mana sebelum aku jemput, arra?"
Jimin mengangkat kedua alisnya, ada apa dengan Jungkook hari ini, eh?
"Oh- baiklah. Tentu saja, Kook."
Jungkook kembali memberikan senyum tipisnya sebelum kembali menutup kaca jendela mobil dan berlalu, meninggalkan Jimin seorang diri di depan lobby dengan penuh tanya.
Jimin pun membalik badan, mengambil langkah memasuki gedung berlantai marmer tersebut menuju sebuah lift yang tak jauh dari meja receptionist.
"JIMIN-AAH!"
Suara buriton itu tiba-tiba memenuhi lantai satu milik gedung megah tersebut, menyebabkan langkah setiap orang yang berlalu lalang terhenti hanya untuk mencari sumber suara.
Ternyata pemiliknya tidak segagah suaranya, tidak berbadan besar seperti pemilik suara berat pada umumnya.
Pemiliknya justru pemuda dengan senyum kotaknya yang khas dengan badan rampingnya yang memiliki tinggi 178 cm.
Siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet tragedy
FanficBila cinta menjadi tuan, mengapa ego masih bertahta. Hati berbisik tetap bersama, logika meronta ingin berpisah saja. Apa yang terjadi jika seorang pekerja kantoran dihadapkan dengan masalah kehidupan yang rumit, ancaman-ancaman yang terus menghantu...