CHAPTER 3

13 6 24
                                    

Alice berjalan dengan tatapan remeh kearahku. Apa lagi yang bisa aku lakukan,tidak ada yg bisa menolongku disini. Aku pasti akan dipermalukan dihadapan semua orang. Keluargaku, teman sekelasku pasti akan lebih membenciku. Mungkin sampai dirumah nanti,ayahku sudah menghadang dengan cambuknya. Pasti punggungku akan penuh luka lagi... Aku sudah pasrah dengan semuanya,aku memang tidak berguna!

"Ayo bangun dan lawan aku!" ujar Alice seraya menendang-nendang kakiku.

"BANGUN SEKARANG JUGA STELLA!"

Kakiku terasa lemas tak sanggup untuk menopang tubuhku, sekujur tubuhku bergetar hebat. Air mata merembes begitu saja dari kedua mataku. Aku berusaha berdiri dengan kedua kakiku. Aku menatap wajah Alice dengan tatapan memohon agar ia mengasihaniku. Tapi itu tidak berguna, wajahnya semakin dingin dan sudut bibirnya sedikit terangkat menampilkan senyum sinis.

Alice langsung mengeluarkan kotak berbatu rubi, dia pasti akan menggunakan kupu-kupu ilusinya lagi. Aku berdiri dengan susah payah,kakiku terasa sangat lemah. Tubuhku bergetar hebat karena rasa takut sekaligus gugup, kulihat disekitar beberapa orang  Menatapku kasihan namun banyak juga yang menatapku benci. Aku mengeluarkan tongkat sihirku mencoba menyerangnya dengan sisa kekuatan yg ada,tapi apa daya Alice selalu menghindar.

"Tidak ada gunanya, Stella. Seranganmu itu terlalu lemah."

Alice membuka kotak perlahan dan menyuruh kupu-kupu itu untuk menyerangku. Kupu-kupu itu mulai mengerubungi, pandanganku menggelap seketika dan langsung rubuh.

***
Aku terbangun di tempat yg menurutku asing. Aku menatap kesekitar,begitu sepi dimana aku sebenarnya?

"Kau sudah bangun rupanya."

Aku melihat kearah pintu, seorang nenek sedang memegang nampan dan berjalan masuk kedalam.

"Ne...nenek,apa yang terjadi?"

"Kau pingsan diarena tadi, beruntung aku lewat kalau tidak..." 

Nenek Smith menghela napas panjang.

"...mungkin kau sudah dilempari berbagai macam benda."

Aku terkejut dengan apa yg dikatakan nenek, pandanganku langsung berubah sendu.

"La...lalu dimana ini? Aku tidak ingat kalau tokomu memiliki kamar.".

"Ah,ini dirumahku. Tenang saja tidak ada yg bisa menemukanmu disini." ujar nenek Smith tersenyum menenangkan.

Aku hanya bisa tersenyum tipis. Pandanganku terarah ke nampan yg diatasnya terdapat mangkuk berisi bubur dan segelas air putih.

"Ah,iya kau pasti lapar." ujar nenek sambil membantuku duduk di kasur.

Dengan sabar nenek menyuapi sesendok bubur kedalam mulutku.

"Aku harus kembali sekarang." ujarku seraya mencoba berdiri.

"Hei,tunggu dulu. Kau masih lemas Dan apa yg akan kau lakukan disana sekarang? Mereka semua membencimu stella!"

Aku tidak menghiraukan apa yg dikatakan nenek,aku terus melangkah sampai keluar rumah. Baru kusadari saat aku sepenuhnya berada diambang pintu, rumah ini berada di dalam air terjun. Pantas saja tadi ada suara gemuruh dari luar.

Aku menengok kearah nenek Smith, ia terlihat sedikit marah.

"Ya,rumahku memang berada didalam air terjun. Jauh dari segala gangguan baik manusia maupun penyihir."

"Ta...tapi kenapa?"

"Kenapa? Ya,apa yg bisa aku lakukan Stella. Mereka tidak mau menerima keturunan half blood." ujar nenek Smith sedih.

Aku menundukkan kepala, ternyata keadaan nenek Smith tidak jauh berbeda denganku. Aku yg notabenenya adalah seorang anak dari keluarga terpandang, tapi malah membuat mereka malu.  Sedangkan nenek Smith dia malah tidak diterima dikedua belah pihak.

"Tapi... Kenapa nenek tidak disukai dikedua belah pihak? Bukannya seharusnya nenek istimewa?"

"Ah,stella...awalnya nenek juga berpikir kalau nenek istimewa. Tapi, tentunya karena penyihir dan manusia saling membenci, coba saja kau pikir apa yg akan terjadi jika mereka tau nenek adalah keturunan half blood. Tentu mereka merasa bahwa nenek tidak pantas hidup, karena baik manusia maupun penyihir menganggap nenek sebagai musuh walau nenek punya darah dari kedua pihak." ujar nenek smith tersenyum getir.

"Lalu apa yg akan kau lakukan Stella?"

"Aku? Aku ingin bebas, merasakan setiap inci dari dunia ini. Tidak hanya dikurung ditempat itu, berlindung pada sesuatu yg mungkin sudah berubah saat ini."

Nenek Smith tersenyum,ia berjalan mendekatiku dan berkata

"Kalau begitu pergilah...tapi jangan sampai para manusia tau kalau kau penyihir."

Mataku berbinar-binar mendengar apa yang dikatakan nenek Smith, tapi pandanganku meredup dan berubah sendu.

"Tapi nenek, bagaimana jika diluar sana aku bertemu hewan buas? Aku tidak punya skill bela diri sedikit pun."                                      
"Kalau begitu kau harus belajar!    Tenang Stella aku akan mengajarimu."

Mataku mulai berbinar lagi dan meloncat-loncat kesenangan.

"Benarkah itu nek, benarkah?"

"Iya Stella."

Aku langsung memegang tangan nenek Smith, mulai mengajaknya berputar-putar.

"Stella...Stella! Nenek sudah tua, kau ingin nenek mati!?"

Aku langsung menghentikkan aksiku, dan tersenyum lebar. Aku berjanji akan berlatih dengan giat, agar aku bisa bertemu dia lagi.... Siapa namanya? Ryouta... Nama yang keren.

TBC

Hai, i'm back!

Jadi, setelah satu bulan author kembali lagi.
Author ucapkan terima kasih kepada semua orang yg sudah baca baik yang siders maupun non siders. Kritik dan saran sangat author harapkan dari kalian semua.

See you at the next chapter!💕

a witch and humanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang