Friendshit

618 140 14
                                    


Ahn Hyungseob menyukai Park Woojin. Suka sekali. Sangat sangat sangat suka Woojin.

Yang seperti itu masih menjadi rahasia milik sendiri. Bukan berarti Hyungseob tak punya teman untuk berbagi. Tapi dia hanya mencoba mengambil hikmah dari pengalaman terdahulu.

Sekalipun teman terdekat tetap saja tingkah laku yang sifatnya refleks tak bisa dihalang-halangi.

Hyungseob menganggumi dalam diam tapi temannya membongkar dengan cara yang lebih kearah memalukan diri sendiri.

Seperti meneriaki nama Hyungseob sekencang mungkin saat sang pujaan hati tertangkap mata.

"SEOB! SEOB! SEOB!"

"HYUNGSEOB! AHN HYUNGSEOB!"

Jangan lupakan gerakan tangan heboh sang teman yang menyuruhnya datang mendekat.

Saat Hyungseob mendekat, kebetulan sang pujaan hati juga sedang melangkah mendekati Hyungseob. Bukan menghampiri lalu mengajaknya bercengkrama tetapi hanya melintas saja. Namun reaksi yang ditimbulkan temannya benar-benar menyebalkan.

"LIHAT SIAPA YANG SEDANG JATUH CINTA DISINI!"

"YA TUHAN PIPIMU MEMERAH!"

Teriakan sang teman membuat seisi kelas penasaran dan memberondong berbabagi pertannya. Pada akhirnya rahasia Hyungseob tentang objek suka-sukaannya menjadi bersifat publik.

Menyebalkannya adalah saat teman sekelasnya selalu bersikap aneh dan berlebihan saat Hyungseob dan sang pujaan hati berinteraksi yang sangat kecil. Contohnya hanya sekedar lewat atau tanpa sengaja berpapasan.

Kejadian selanjutnya adalah yang paling menyakitkan yaitu, menjauhnya sang objek suka-sukaan akibat merasa ilfeel dan malu sendiri. Hyungseob rasanya ingin menangis mengingat kenangan pahit satu tahun yang lalu.

Tidak mau terulang lagi, Hyungseob benar-benar menutup dirinya rapat-rapat. Bukan berarti dia yang hyper berubah menjadi sosok introvert yang senang dengan buku. Bukan. Dia hanya tak ingin menceritakan lagi kisah cintanya pada seorang teman.

Hyungseob saat ini sedang dikantin. Dia menyantap makan siang di meja yang sama dengan teman sekelasnya yang lain. Telinganya mendengarkan dengan seksama cerita demi cerita satu persatu temannya. Sesekali mulutnya akan tertawa atau memberi tanggapan jika dianggap perlu. Berbeda dengan matanya yang fokus pada satu hal yaitu, mengamati Park Woojin.

Park Woojin duduk bersama teman-temannya di meja yang hanya berjarak lima sampai sepuluh langkah saja. Posisi yang sudah cukup terlalu dekat bagi Hyungseob untuk menganggumi tiap gerak-gerik lelaki bergingsul tersebut.

"Dia tampan sekali sungguh!"

"Jangan tersenyum kumohon."

"Jantungku sudah tidak bisa berdetak lebih cepat lagi cukup."

"Tidak aku tidak kuat lagi."

"asdfghjkl Woojin ya tuhan park-"

Puk

"Kau kenapa?"

"-WOOJIN!"

Hyungseob merutuki sikap bodohnya yang tiba-tiba saja meneriaki jeritan dalam hati. Kenapa juga Jihoon menepuk pundaknya tadi?!

Hyungseob langsung memalingkan wajahnya ke arah kanan. Dia menatap tajam Jihoon yang baru saja menepuk pundaknya dengan keras. Yang dia tahu Woojin sempat beradu tatap dengannya sambil mengerutkan dahi. Mungkin dia kebingungan karena namamya diteriaki oleh orang asing.

"Pantas saja pandangannya sejak tadi tak fokus pada kita."

"Lihat pipinya memerah!"

"Ssst kalian membuatnya malu!"

"Jangan keras-keras nanti seperti kejadian sebelumnya."

Hyungseob ingin menangis ditempat mendengar celotehan teman-temannya yang lain. Apa gunanya mereka bilang seperti itu jika dengan suara yang keras.

"Hei, Woojin menanyai nama Hyungseob."

Dongbin menerjemahkan gestur mulut Woojin yang mengatakan sesuatu secara terbata-bata dan tanpa suara.

"Namanya Ahn Hyungs-hmmp"

Hyungseob lebih dulu membekap mulut Jihoon yang hendak menyebutkan namanya.

"Jihoon berpihaklah padaku sekali saja ya?"

Jihoon memang langsung diam tapi temannya yang lain tak bisa dicegah.

"Namanya Ahn Hyungseob."

"Sekertaris 12-3"

"Ulang tahunnya bulan agustus tanggal sembila ."

"Rumahnya searah denganmu."

"Makanan favoritnya bla bla bla."

Teruskanlah saja teman-teman. Hyungseob sudah biasa menanggung malu berteman dengan kalian. Dia sudah berkali menbenturkan dahinya ke meja dan temannya tak ada yang peduli.

Tidak dia masih punya Dongbin yang peduli. Peduli pada nampan makan siang Hyungseob lebih tepatnya. Dongbin langsung menarik nampan makan siang Hyungseob saat sang empu hendak membenturkan kepalanya ke meja.

"Seob, aku habiskan ya?"

Tuhan tolong buat teman-teman seorang Ahn Hyungseob menyesal karena membuat anak baik seperti Hyungseob membolos karena tak kuasa menahan malu.

《4 of 7 : Friendshit 》 ✔ 180509

Apaixonar ; JinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang