Hyungseob kecewa. Sangat kecewa. Haknyeon yang diberi kepercayaan penuh malah bermain dibelakang. Mulutnya manis sekali saat berjanji untuk saling percaya.Hyungseob dan Haknyeon bukanlah sedang menjalani hubungan jarak jauh. Mereka hanya beda sekolah dan beda komplek perumahan saja. Kesibukan yang memperpanjang jarak. Kelas akhir harus lebih mendahulukan masa depan bukan pacaran.
Haknyeon jelas mengirimi pesan bahwa dia tidak bisa datang menjemput Hyungseob di tempat bimbel. Nyatanya siswa bodoh itu malah bergandengan tangan dengan siswi sekolahnya lalu melintas di seberang jalan gedung bimbel.
Joo Haknyeon tak hanya bebal pada otak tetapi pada perasaan tulus dari Hyungseob.
Matahari bersinar cerah kala itu. Awan putih menghiasi langit menemani sang surya. Detik selanjutnya teriknya matahari dan cerahnya cuaca dinodai oleh rintik air yang berjatuhan dari langit.
Hyungseob mengangkat kepalanya menatap langit saat setetes air baru saja jatuh tepat di ujung hidungnya.
"Apa kau berada dipihakku? Kalau begitu turunlah sederas mungkin. Tenggelamkan Joo Haknyeon beserta selingkuhannya."
Bagaikan sebuah mantra, yang semula rintik menjadi deras mengguyur bumi. Hyungseob masih bertahan di tempat yang sama. Tanpa atap tanpa payung. Pandangannya masih mengikuti kemana arah Haknyeon pergi.
Tepat saat Haknyeon berbelok di perempatan, hujan tak lagi jatuh mengeroyok Hyungseob. Aneh derasnya hujan padahal masih bisa ditatap oleh mata.
"Hyungseob-ssi?"
Hyungseob baru sadar jika ia tengah dipayungi. Tanpa menunggu lagi, dia menoleh dan mendapati seorang siswa sekolah tetangga yang tengah memayunginya dengan payung berwarna kuning seperti pisang.
"Park Woojin, benar?"
Hyungseob mencoba menebak nama milik orang dihadapannya. Dia menyunggingkan senyum saat orang itu mengangguk membenarkan.
"Ada apa, Woojin-ssi?"
"Ini mau mengembalikan catatanmu."
Hyungseob menerima buku tulis yang diberikan oleh Woojin. Itu buku tulisnya. Buku tulis khusus bimbel.
"Sudah selesai? Cepat sekali. Padahal sudah kubilang jangan buru-buru. Santai saja."
Woojin tertawa sebentar. Tawanya yang renyah kemudian digantikan oleh sebuah senyuman manis.
"Berminat untuk berteduh?"
"Dimana?"
"Dekat sini saja. Ada kafe yang menurutku enak."
"Boleh."
"Sekalian mendengarkan ceritamu. Aku akan menjadi orang asing yang di kemudian hari akan lupa dengan keluh kesahmu."
"Woojin-ssi."
"Ya?"
"Memangnya aku kenapa?"
Hyungseob menyunggingkan senyum. Sayangnya Woojin sadar akan sedikit perbedaan yang tengah terjadi. Hyungseob itu dikenal memiliki senyum termanis di tempat bimbel. Tapi lihat sekarang anak itu tersenyum miris tanpa gairah.
Woojin tak berkata apapun lagi. Dia hanya diam dan tiba-tiba saja menarik tangan Hyungseob. Merengkuh pundaknya agar lebih mendekat dan keduanya tak terkena guyuran hujan sedikitpun.
《 6 of 7 : Summer Rain 》180526 ✔
Niatnya project seminggu kelar but ya tau lah malesnya ngelebihin segalanya ㅠ.ㅠ Kemungkinan hari ini bakalan update one more chap again sebagai penutup. Dan yah besok kalau lancar jaya bakalan nerusin chaptered yang nganggur. Doakan dong kasian jadi baru setengah terus terbengkalai di note hape ㅠ.ㅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
Apaixonar ; Jinseob
Short Story(v.) To fall in love with someone or something. The act of falling in love Oneshoot colection [ 7 of 7 ] Park Woojin x Ahn Hyungseob © Stuturu