Chapter 2 : - Waktunya Terbang -

217 34 20
                                    

Note sebelum baca :
Di atas adalah video soundtrack. Bagi yg ingin membaca sambil ada lagunya bisa dinyalakan tpi bacanya pelan" aja karena menurutku akan lebih ngefeel. Bagi yg pngn fokus baca tnpa gangguan. Mnding nggk usah dinyalakan ^^
Sudah begitu saja selamat membaca 😊


Beberapa hari telah berlalu semenjak pertemuan tersebut. Pertemuan dengan seorang gadis yang populer sebagai gadis cantik yang terpintar di sekolahnya. Nampak terlihat Aga sedang duduk sendirian di sebelah jendela kelasnya mengasingkan diri dari lingkaran pergaulan. Suasana kelas yang sedang dalam jam istirahat inipun tampak berbeda bila dibandingkan dengan pertama kali ia masuk kedalamnya. Menjadi seperti sebuah peradaban kuno.

Terdapat sistem kasta didalam kelas yang terbagi menjadi golongan bangsawan dan golongan buruh kecil yang kesejahteraannya berada di tangan para bangsawan. Mungkin akan datang sepatah pertanyaan seperti, "Siapa anggota kelompok bangsawan itu?" Tentu saja Zindy, Rizal dan beberapa anak lainnya yang dianggap pantas. Tak seperti Rizal yang walaupun terlihat sebagai bangsawan dia tetap tidak melakukan hal-hal seperti Zindy yang mendiskriminasikan orang-orang disekitarnya.

"Dhian, bisa belikan aku minuman."

"B.. Baik."

Percakapan kecil antara Zindy dan Dhian, gadis manis yang berada di sebelah Aga yang kini terlihat masuk kedalam golongan para bangsawan elit itu. Walaupun ia hanya terlihat sebagai kacung yang diperalat.

"Yang benar saja, ini bukan jaman feodalisme oi."

Gumaman Aga yang pelan, menyatu dengan suara lembaran kertas yang terbalik dari bukunya mencoba melirik kelompok para bangsawan tersebut dengan sepasang bola matanya seperti seekor kelelawar yang melihat dalam kegelapan dan berusaha bersembunyi dibalik bayangan buku kecil yang ia baca.

Sebuah pernyataan yang menyebutkan masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan itu mungkin berlaku bagi mereka yang berada di kasta paling atas. Lalu bagaimana dengan kasta yang berada di bawah mereka? Tentu saja hanya bisa pasrah seperti halnya hewan herbivora yang tidak berdaya bila diterkam oleh hewan karnivora.

"Zi.. Zindy, I.. Ini minumanmu."

Dhian yang memberikan sebuah minuman kepada Zindy seperti anjing peliharaan yang mengikuti semua perkataan majikannya.

"Lama banget sih! Yah, nggak kaget juga sih secara kamu kan begitu. Hahaha..."

Ucapan Zindy kepada Dhian sembari mengambil minuman kaleng dari tangannya dengan menyilangkan kakinya dan menatapnya dengan mata yang merendahkan sambil terukir wajahnya seakan sedang tersenyum melihat Dhian yang terlihat seperti anjing peliharaan baginya. Dhian hanya bisa membalasnya dengan sebuah senyuman yang lebih terlihat seperti sebuah topeng yang sering dipakai oleh seekor monyet untuk menyembunyikan wajahnya yang terlihat seperti awan kelabu.

Dengan tingkahnya yang seperti seorang putri bangsawan, Zindy membuka minuman kaleng yang diberikan oleh Dhian dan meminumnya hingga terdengar suara cipratan air yang keluar dari mulut Zindy menerpa bagai hujan menargetkan wajah Dhian yang berada di depannya.

"KECUTT!!! Kenapa beliin ini sih!."

Sebuah ucapan yang keras dan mengerikan tanpa tau apa itu arti terimakasih menghancurkan perasaan Dhian yang terlihat basah kuyup terkena semburan air berwarna kuning dari Zindy.

"Ma.. Maaf."

Hanya kata itulah yang keluar dari Dhian dengan wajahnya yang tertutup oleh rambutnya yang basah, menatap ke bawah berusaha membedung tekanan air mata yang ingin segera keluar dari balik bola matanya. Seperti suara symphony yang hilang dalam ruangan, semua orang yang berada di dalam kelas terdiam dan tak berani menatap sekelompok bangsawan tersebut. Hanya sebuah lirikan kecil yang nakal terlihat dari beberapa anak dengan bersembunyi di dalam bayangan seperti yang dilakukan oleh Aga yang kini terlihat tidak tahan dengan suasana yang terjadi di dalam kelasnya hingga ia berdiri dan menatap sekelompok para bangsawan tersebut yang sedang duduk di belakang kelas.

School GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang