Chapter 3 : - Cahaya Oranye -

158 25 33
                                    

Note sebelum baca :
Di atas adalah video soundtrack. Bagi yg ingin membaca sambil ada lagunya bisa dinyalakan tpi bacanya pelan" aja karena menurutku akan lebih ngefeel. Bagi yg pngn fokus baca tnpa gangguan. Mnding nggk usah dinyalakan ^^
Sudah begitu saja selamat membaca 😊


"Baiklah anak-anak buka halaman 23 tentang ekosistem hewan."

Sebuah seruan datang dari Bu Eka yang berada tepat di depan kelas mengawali jadwal hari ini. Hari setelah kejadian yang terjadi di depan kebun sekolah tersebut. Kejadian yang melibatkan Dhian yang menjadi korban pembullyan. Nampak sekarang ia sedang diam sambil menggerakkan jari jemarinya membalik lembaran ke lembaran lain mencari halaman yang diinginkan Bu Eka.

"Ekosistem adalah suatau system ekologi yang berbentuk hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Secara umum, ada tiga tipe ekosistem yaitu ekosistem akuatik, teresial, dan buatan. Jadi, untuk absen nomor 25 tolong jelaskan apa itu ekosistem akuatik."

Ucap Bu Eka sambil memberikan pertanyaan kepada murid yang berada di dalam kelas secara acak melalui sebuah nomor absen yang tertera di dalam buku jurnal guru yang ia bawa. Tampak telihat beberapa kata datang dari salah satu murid yang berdiri menjawab quiz dadakan yang diadakan oleh Bu Eka seraya ia mengajar.

"Ekosistem Akuatik bisa disebut juga ekosistem air yang terdiri dari ekosistem air tawar, air laut, pantai, dan ekosistem Akuatik merupa ....(melanjutkan penjelasan)"

"YAP! Betul sekali. Di setiap ekosistem pastilah terdapat beberapa hewan dan Setiap hewan memiliki sebuah perlindungan diri yang berfungsi sebagai senjata dalam predasi. Oke tolong untuk absen 12 sebutkan 1 hewan yang memiliki perlindungan diri dari hewan predator."

Sebuah ucapan muncul dari Bu Eka sambil menyebut nomor absen yang merupakan nomor absen dari Aga. Ia tampak segera berdiri dan membuka mulutnya dengan pelan sambil terucap jawaban dari dalam mulutnya.

"Bunglon, mimikri."

"Yap betul sekali. Bunglon memiliki perlindungan diri yang disebut dengan mimikri atau merubah warna kulitnya menjadi sama dengan lingkungan disekitarnya. Itu bertujuan untuk mengelabuhi predator."

Sebuah jawaban dari Aga dengan deskripsi yang dikemukakan oleh Bu Eka tentang bunglon yang sekarang malah terlihat seperti Dhian, seorang gadis polos yang mencoba untuk menyatu dengan lingkungannya, mematuhi apa yang diperintahkan dengan harapan predator tidak memangsanya

Bu Eka pun melanjutkan pelajarannya dengan membalikan pandangannya menuju ke arah papan tulis yang seakan seperti kaca, memantulkan bayangan setiap orang hingga terlihat beberapa bola kertas kecil menghantam bagian belakang tubuh Dhian seperti sebuah hujan yang turun menghujani punggung Dhian.

Dhian hanya terdiam memandangi buku paket yang sedang didekapnya dan terlihat bagaimana halaman bukunya tertandai dengan bekas air matanya yang perlahan berjatuhan menetes bagaikan sebuah tetesan terakhir dari sebuah air mineral yang biasa orang minum.

Dengan sebuah Matahari yang terlihat semakin turun di balik jendela kelas, sebuah bel berbunyi mengakhiri pelajaran yang telah berlangsung dan Bu Eka pun pergi diiringi dengan murid-murid yang sedang membereskan peralatannya berencana untuk segera pergi.

"Dhian!"

Sepatah kata muncul dari Zindy yang sedang duduk dibelakang kelas dengan sepasang kakinya yang ia julurkan. Dan karena ucapan tersebut, terlihat bagaimana tempo orang-orang yang sedang mengemasi barangnya menjadi semakin cepat, seperti ingin segera pergi dari kelas tersebut.

"Pijitin kakiku dong Dhian! Capek nih."

Sebuah ucapan suruan dari zindy kepada Dhian yang kini terlihat sedang terdiam berjalan dengan pelan ke arah Zindy membungkuk dengan perlahan berencana untuk memegang kaki Zindy...

School GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang