Chapter 1 : - Pertemuan Yang Ditakdirkan -

453 77 77
                                    

Note sebelum baca :
Di atas adalah video soundtrack. Bagi yg ingin membaca sambil ada lagunya bisa dinyalakan tpi bacanya pelan" aja karena menurutku akan lebih ngefeel. Bagi yg pngn fokus baca tnpa gangguan. Mnding nggk usah dinyalakan ^^
Sudah begitu saja selamat membaca 😊

SMA Garuda. Sekolah idaman bagi seluruh pelajar Indonesia. Berada tepat ditengah kota merupakan nilai plus sekolah ini. Seluruh wilayah harus diperhatikan seksama karena pancarannya membuat siapapun terpesona melihat riuhnya kota dari atap sekolah. Kota yang hangat, dijejali dengan toko-toko yang pas untuk kaum pelajar.

Musim berganti, meskipun hanya dua musim di negara ini. Aroma hujan yang sering tericum, berganti terik matahari yang siap membakar apapun. Genangan airpun tampak seperti sebuah oasis. Dengan diiringi awan-awan berarak di langit, sebuah dedaunan kering jatuh karena tak kuasa menahan panasnya matahari dan terinjak-injak oleh para pengguna jalan dengan seragam yang saling bentrok satu sama lain menuju SMA Garuda.

Segerombolan dari mereka mulai membuat beberapa barisan dan merapatkannya dengan sangat rapi di dalam aula sekolah. Apa yang terjadi? "MOS" sebuah acara bagi para pelajar yang diterima di sekolah ini. Terpampang wajah-wajah yang antusias dan gembira karena berada disini. Tapi, ada sedikit perasaan berbeda dengan anak laki-laki yang berada tepat di sudut kiri belakang barisan. Seorang anak laki-laki dengan mata yang kusam. Seperti mata ikan yang membusuk, bahkan kucingpun enggan memakannya. Sebuah rambut gelap dengan paduan postur tubuh yang sedikit membungkuk. Seakan ia tak peduli jika dirinya berada disini dan tak mau tau tentang apa yang terjadi di sekitarnya.

"Cepatlah selesaikan acara tidak jelas ini, agar aku cepat pulang dan berbaring di kasur kecilku."

Mungkin itulah yang sedang coba ia ungkapkan dalam raut wajahnya yang flat seperti padang pasir yang tandus tanpa adanya tumbuhan sedikitpun didalamnya. Acara penyambutan murid barupun dimulai dengan iringan canda tawa para peserta didik baru, meskipun hanya lelaki itu saja yang terlihat flat tanpa adanya interaksi sedikitpun kepada peserta lainnya.

Para panitiapun mencoba berinteraksi dengannya melalui sebuah permainan yang diadakan di dalam acara tersebut. Namun, sayangnya lelaki itu hanya menunjukkan sebuah respon yang amat sangat dingin. Ia seperti membangun sebuah tembok cina di sekelilingnya, memastikan tidak ada seorangpun yang dapat melewati dinding tebalnya.

"Sebuah balok es yang diselimuti tembok cina."

Itulah ungkapan yang tepat untuknya. Setelah permainan itu selesai, acara selanjutnya merupakan tour dalam sekolah. Panitia mengarahkan para peserta didik baru ke jalur yang ditentukan agar para murid baru dapat lebih mengerti tentang letak dan infrastruktur yang ada di dalam sekolah. Dimulai dari beberapa laboratorium untuk praktek, sebuah gedung olahraga disertai lapangan basket,voli dan badminton. Acara ini diakhiri ketika sampainya para peserta di tempat ruangan ektrakurikuler berada. Dimana tempat ekstrakurikuler itu berjejeran di lantai 3 gedung sekolah.

Setelah berakhirnya acara tersebut, Lelaki dingin itupun segera menginjakkan kaki dan pergi dari gedung sekolah dengan melewati sebuah kebun di dekat ruang laboratorium. Kebun yang indah dengan berbagai bunga yang bermekaran membentuk sebuah kelompok warna yang berpadu indah melebihi indahnya pelangi di langit. Tanpa sadarnya akan waktu, sebuah cahaya matahari yang tenggelam membuat lelaki dingin itu melihat siluet seorang gadis cantik yang sedang menyirami tanaman disana.

Seorang gadis dengan rambut hitam pekat dengan panjang setengah dari tulang punggugnya yang dihiasi topi musim panas dengan pipi yang merah merona menyerupai kelopak bunga mawar yang terapung dalam susu. Badan yang ramping, diselimuti oleh seragam yang padu hingga terlihat cocok dipakainya. Dengan senyuman yang semanis madu, ia arahkan kepada lelaki dingin tersebut.

School GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang