VIII. You Only Love

1.7K 151 37
                                    

Ckrek! Ckrek! Ckrek!

"Hyung! Hentikan"

Suara pemuda manis itu masih terdengar di dapur berukuran minimalis yang berada di apartemen yang ditinggalinya dan suaminya. Ini adalah hari ketiga setelah pernikahan mereka.

Ckrek!

"Astaga hyung! Kau apa apaan sih? Ini masih pagi, lagipula aku belum mandi!" Protes pemuda berparas cantik itu, seraya menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Menggemaskan.

Kata itu yang dapat menggambarkan sosok pemuda cantik yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suaminya yang akan berangkat kerja.

"Ahahah, Winnie imut sekali disini." Puji Yuta, pemuda yang berstatus sebagai suami dari pemuda cantik tersebut.

"Ish, hyung! Sudah kuperingatkan berkali kali. Jangan pernah mengambil gambarku saat bangun tidur, aku terlihat jelek. " gerutu Winwin, nama pemuda berwajah cantik itu. Seraya mengerucutkan bibirnya sambil kembali berkutat dengan pisau dapurnya.

"Hahahah, lucunya istriku." Gumam Yuta, tetap mengamati setiap inchi permukaan wajah Winwin.

Tak ada respon, Yuta menarik perlahan dagu Winwin, menciumnya secara tiba tiba. Winwin menghentikan kegiatannya dengan menyimpan pisau dapur itu, seraya memejamkan matanya kala merasakan ujung bibir Yuta menyentuhnya.

"Hyung!" Elak Winwin, lalu mendorong lembut tubuh Yuta sambil melepas ciuman itu. Namun lengan Yuta masih bertengger di pinggul Winwin, mengeratkan pelukannya untuk kesekian kalinya.

"Kenapa? Hm?" Tanya Yuta, seraya kembali mendaratkan sebuah ciuman lembut, namun kali ini hanya di permukaan pipi dan bahu.

Winwin mengerlingkan mata indahnya, lalu menghela nafasnya sesaat. Membalikan tubuhnya agar menghadap Yuta, dan menaruh lengan mungilnya di pergelangan leher Yuta.

"Terimakasih sudah memilihku." Ujar Winwin, lalu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Yuta. Dibalas dengan sebuah elusan pada rambut dan tengkuk Winwin.

"Kau seharusnya tidak mengatakan hal seperti itu. Aku yang seharusnya berterimakasih, cantik-ku." Balas Yuta, senyumnya mengukir di penghujung bibirnya.

Winwin tertawa kecil, lalu mencubit perut Yuta. Dan mengangkat wajahnya agar berhadapan dengan pemuda yang menikahinya tiga hari lalu.

"Ah, hyung pasti mabuk ya? Tidak biasanya kau manis seperti ini." Ledek Winwin, lalu kembali pada posisinya, mempersiapkan sarapan pagi.

"Ya, aku mabuk dirimu. " balas Yuta, yang justru membuat Winwin tidak dapat menahan hasratnya sendiri.

Winwin kembali menanggalkan pisau dapur yang sedari tadi digenggamnya itu, lalu menghampiri Yuta dan mendekatkan bibirnya pada daun telinga pemuda yang lebih tua darinya itu.

"Hyung, aku kehilangan gairah untuk memasak. Bagaimana jika aku yang menjadi sarapanmu, pagi ini?" Bisik Winwin.

"Theres no rejection, Yes please sweetheart." Balas Yuta, lalu menggendong tubuh kurus Winwin menjauhi dapur.

*****

Sore harinya, Yuta telah sampai di rumah. Pemuda Jepang itu segera menghampiri istrinya yang tengah sibuk dengan sebuah laptop didepan matanya.

Yuta mengendap endap menghampiri Winwin yang benar benar fokus dengan laptopnya, ia memperkecil suara langkahnya agar tidak terdengar oleh indera pendengaran Winwin.

Yuta pun mengeluarkan sebuah kalung dari saku celananya. Ya, kalung perak dengan gantungan bintang itu didapat Yuta dari uang tabungannya sebelum ia melamar dan menikahi Winwin. Ia ingin memberikan kalung tersebut saat ulang tahun Winwin, tapi rasanya puncak kesabaran dirinya tak dapat menahan lebih lama lagi.

He-StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang