01

15 2 0
                                    

"Ya ampun, beneran ini hasil dari tes kemarin?" Tanya seorang perempuan.

"Gue udah nebak ekspresi lo pertama kali pasti kayak begini." Sahut seorang perempuan lainnya.

"Sumpah, gue ga nyangka hasilnya bakal sebagus ini, Sya. 85 Sya nilai gue, 85."

"Rissa, emang ini udah jalan lo. Lo berhasil Sa, lo berhasil!"

Perempuan yang di panggil Rissa pun langsung memeluk teman yang berdiri di depannya itu.

"Gue...gue gatau harus berterimakasih sama lo dengan cara apa lagi Sya. Lo tuh bener-bener life savior gua." Kata Rissa sambil mengeluarkan efek suara tangisan.

"Halah, udahan main dramanya. Gua tau ini tuh penting banget buat lu tapi jangan alay deh." Perempuan yang bernama Marsya pun langsung menjauhkan tubuhnya dari Rissa.

"Lu tadi sama aja alay kayak gue pele."

"Eh tapi beneran lho Sya, makasih parah karna lu udah mau ngajarin tentang trigonometri si bangke ini. Gua gangerti lagi harus gimana, sampe gue sadar kalo sahabat gua jago MTK nya." Puji Rissa dengan ikhlas se ikhlas-ikhlas nya sambik tersenyum lebar.

"Gua tuh ngebantuin lu gara-gara gua capek ngeliat lu remedial lagi dimana udah gaada seorang pun yang ikut remedial."

"Yah gimana lagi, gue emang udah ditakdirin ga berjodoh sama MTK. Mau belajar seniat dan segiat apapun sama aja hasilnya." Raut sedih muncul di wajah Rissa

"Ssshuuut, gaboleh ngomong gitu. MTK ga sesusah itu kok. Kalo lo banyak belajar dan latihan pasti bisa. Nilai lo jelek karna lo males ngerjain latihannya aja." Sangkal Marsya

Rissa mencebikkan bibirnya, "Iye mbak. Sekarang udahan ya ngomongin MTK, gua fobia. Mending kita sekarang makan ke kantin dan pesen...."

"NASI MBOK YANTII!!" Sahut keduanya dengan semangat.

Teman sekelas Rissa dan Marsya menatap keduanya dengan tatapan yang tak terdefinisikan. Mereka berdua aneh, sangat aneh.

Rissa dan Marsya memang sudah saling kenal semenjak duduk di kelas 7 SMP. Sangat tidak aneh jika mereka menjadi sahabat sekarang. Mereka sendiri bahkan menganggap bahwa mereka berdua memiliki kepribadian yang hampir sama, mungkin hanya satu perbedaannya. Mora tidak suka pelajaran Matematika, sementara Marsya menyukainya.

"MBOK YANTIII RISSA SAMA MARSYA PESEN MENU SPESIAL BIASANYA YA..." Suara teriakan Rissa terdengar seantero kantin. Ia berteriak karena kios tempat jualan Mbok Yanti sudah dipenuhi murid-murid yang kelaparan.

"SIAPPP! TAPI AGAK LAMA YAA..." Sahut Mbok Yanti dari dalam kios.

Setelah menunggu selama 10 menit, santapan Rissa dan Marsya pun tiba.

"Wuah, akhirnya makanannya udah sampe nih, makasih ya Mbok Yanti," Sahut Marsya antusias dengan mata berbinar yang ditunjukkan kepada Mbok Yanti

"Sama-sama eneng-eneng geulis," Kata Mbok yanti sambil mencubit pipi kedua perempuan itu gemas. Rissa dan Marsya tertawa geli melihat kelakuan Mbok Yanti ini.

Dua buah piring penuh yang diisi nasi, telor ceplok, capcay dan ayam goreng ini telah di deklarasikan sebagai menu spesial oleh Rissa dan Marsya. Mereka hampir setiap hari memesan menu yang sama untuk makan siang. Orang tua Rissa dan Marsya memang selalu sibuk hingga tak pernah sempat membuatkan bekal untuk mereka berdua. Tapi mereka tidak pernah sedih karena selalu ada Mbok Yanti yang menyediakan makan siang untuk mereka berdua.

"Sya, cariin gua cowok dong." Sahut Rissa tiba tiba

Marsya yang sedang mengunyah nasinya seketika tersedak.

"Gila nih anak satu, gaada angin gaada petir tiba-tiba nanyain beginian." Kata Marsya sambil meneguk air dari botol minumnya.

"Ga salah lah gua ngomong gini. Lu udah punya gebetan. Gimana gua ga iri coba." Kata Rissa kesal sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Mereka sudah saling mengenal semenjak lima tahun yang lalu. Rissa sudah mengenal Marsya dengan sangat jelas. Marsya pun juga sudah mengenal Rissa dengan sangat jelas. Mereka berdua belum pernah terlibat hubungan dengan seorang lelaki sebelumnya. Sampai pada akhirnya seorang laki-laki yang bernama Raihan mencoba mendekati Marsya lewat chat akhir-akhir ini.

"Gua belum jadian kali. Baru jadi temen chat-an doang." Bela Marsya.

"Yah setidaknya lu udah ada 'seseorang' gitu. Lha gue gaada." Ucap Rissa lagi dengan nada sedih.

Marsya mendecak.

"Kayakya sekarang gue akan berganti profesi sebagai your personal advicer deh Sa. Satu yang gua kenal dari lo. Lo itu anaknya hiperaktif, tapi kalo udah ketemu sama cowok yang lu suka pasti lu ciut, gaberani, pura-pura gasuka sama dia. Lo tuh harusnya lebih terbuka dan lebih spontan saat lo emang udah nemuin cowok yang lo suka dan cocok."

"Kalo ngomog sih emang gampang Sya, tapi jujur ngelakuinnya susah banget. Gua udah pernah ngikutin kata-kata lu ini pas SMP dan hasilnya, nihil. Gua cuman takut ditolak doang. Gengsi kali kalo cewek ditolak cowok." Ucap Rissa khawatir.

"Ya semua orang yang nyatain perasaan mereka pasti gitu kali Sa, mau cowok ataupun cewek. Yang penting lu pede aja, percaya sama diri sendiri. Pas udah nemuin cowok yang bebet, bibit, bobotnya udah cakep, langsung sleding." Saran Marsya dengan percaya diri.

"Ah tau ah. Udahan ngomongin cowoknya, gua jadi sensi."

"Si gajebo. Lo yang mulai topik, lo yang kesel."

••••••••••
Okay guys, what do you think so far?
Masih raib emang alurnya

Please support me with your ⭐️(vote)

Before You SpeakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang