06

133 25 15
                                    

.

.

.

Sehun berjalan terseok mengikuti langkah Chanyeol yang begitu lebar. Entah apa yang kakaknya itu pikirkan sampai harus berjalan dengan langkah yang begitu besar seperti saat ini. 

"Ah! Hyung! Pelan-pelanlah sedikit. Apa kau di kejar setan hingga langkah kakimu bisa melewati empat pijakan batu sekaligus?" Sehun berkali-kali menggerutu dibelakang Chanyeol sedari tadi. 

Chanyeol akhirnya berhenti,membalik badannya menghadap Sehun yang sedang meraup oksigen. "Kau sangat payah,Sehun-ah. Cuma berjalan saja sudah lelah,apalagi jika berlari tadi. Huft.."

Sehun sampai di samping Chanyeol. Mengatur nafasnya dan mengelap keringat yang mengucur pelan di dahinya.
"Kenapa kita ke pasar?"tanya Sehun setelah menyadari keduanya berhenti di pasar utama Aplistia.

Chanyeol berdecak pelan,"tak usah bertanya. Sekarang ku bebaskan kau mau menunggu ku,atau ikut dengan ku,atau berguling bersama para lembu di sana.. terserah."

Mata Sehun melirik ke samping, tepatnya melirik para lembu yang berguling malam-malam di ladang rumput.
"Aku ikut kau saja. Akan bosan jika berbaur dengan makhluk yang bahasanya saja tidak sama."

Chanyeol terkekeh pelan,lalu langkah kakinya mulai memasuki pasar setelah ia memakai tudung jubahnya.

Sehun menghela nafas, memilih untuk mengenakan tudung jubahnya juga dan mengikuti langkah Chanyeol yang sangat lebar.

Mata Sehun berbinar melihat isi pasar di malam hari,berhias lampu lentera yang membuat si pemilik julukan 'pangeran es' itu terkagum. Netranya menyapu berbagai kios yang menjual berbagai macam benda ataupun makanan.

Menyadari bahwa kakaknya sudah tidak berada di depannya,Sehun celingukan. 
Tak lama kemudian,mata tajam Sehun dapat kembali menangkap perawakan si sulung sedang mampir di sebuah kios perhiasan.

"Untuk siapa?"

Chanyeol menaikkan kedua alisnya,menatap Sehun sekilas lalu terkekeh. "Wendy bilang.. dia menyukai gelang tali. Mungkin ini pilihan yang bagus."

Tangan Chanyeol mengangkat gelang tali bewarna biru dengan bercak kuning dan sebuah liontin mawar sebagai pemanis.

Sehun mengangguk,mengakui pilihan Chanyeol yang terlihat sederhana namun ada kesan tersendiri.
"Hmm.. lumayan. Kau mungkin bisa memberikan sekitar dua sampai tiga warna. Kalau hanya satu, berarti cinta mu tidak tulus."

Chanyeol tersenyum tipis,mengusak gemas rambut si bungsu. "Tau apa kau soal cinta,bocah?"

Dan pada akhirnya Chanyeol hanya mengambil satu gelang tali untuk Wendy dan dua buah cincin giok.

"Kau tidak tertarik apapun di sini?"tanya Chanyeol pada Sehun di sampingnya.

"Tidak. Pasar bukan gaya ku."

Decihan pelan terdengar dari Chanyeol. "Dasar pangeran manja."

Tangan Chanyeol segera merangkul leher Sehun dan menyeret adiknya itu sebelum dirinya di semprot ujaran tak suka dari sang adik.















· · · · ·۝· · · · ·

Matahari mulai menunjukkan semburat jingganya di ufuk timur. Burung gereja berkicau, hinggap di atap-atap rumah. Kepulan asap keluar melalui celah atap, suara teriakan para anak kecil mulai memenuhi berbagai penjuru desa.

Blood Moon[Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang