[ROM] Son Hyun Woo

112 11 0
                                    

Hyun-woo menyimpan gelas bir-nya yang masih tersisa setengah. Dia sudah mengisi ulang dua kali dan dia tidak bisa minum lagi. Bukan khawatir akan mabuk namun seseorang di rumah pasti tidak akan menyukai bau alkohol yang menguar dari mulutnya.

Acara makan malam kantor yang sudah membuatnya terjebak selama dua jam ini mulai membuatnya resah. Para senior masih bersikeras mengisi gelasnya dan sama sekali belum tampak kelelahan. Ia bahkan sempat mendengar kalau meraka akan pergi ke karaoke dan melanjutkan ronde kedua. Ia makin resah.

"Pak Son, kau ikut, 'kan?"

Ini dia kesempatan Hyun-woo untuk pamit. Pria berkulit perunggu itu mendehem kecil.

"Saya khawatir tidak bisa turut bergabung untuk, manager-nim. Malam makin larut dan istri saya pasti sudah menunggu di rumah."

"Ey, dia pasti baik-baik saja!"

"Manager Kim, istrinya sendirian di rumah. Dan kudengar, dia sedang mengandung." Sahut seseorang membuat Hyun-woo menjerit senang dalam hati.

Manager Kim terbatuk pelan. "Istrimu sedang hamil?"

"Benar, manager. Bulan ini masuk bulan ke empat." Jawab Hyun-woo antusias.

Laki-laki bertubuh tambun yang dipanggil Manager Kim itu kemudian mengangguk-angguk.

Beberapa saat kemudian setelah menghabiskan isi gelas masing-masing, beberapa memutuskan untuk pulang dan sisanya meneruskan ronde mereka ke karaoke. Beberapa yang memutuskan untuk pulang itu tentu saja salah satunya adalah Son Hyun-woo. Pria itu segera memberhentikan sebuah taksi dan pulang ke rumah.

Rumah Hyun-woo dan restoran yang ia kunjungi tadi tidak terlalu jauh. Bahkan hanya dalam waktu dua puluh menit, ia sudah mencapai gedung apartemennya. Dengan tidak sabar, Hyun-woo berjalan menuju rumahnya. Apartemen ini ia sewa bersama istrinya tepat setelah ia menikah, dengan cicilan 36 bulan.

Hyun-woo menekan digit kata kunci rumah dan membuka pintu pelan-pelan. Kemudian masuk ke dalam rumah sambil melirik jarum di jam tangannya sudah yang menunjukkan pukul 11 malam. Khawatir akan membangunkam sang istri, Hyun-woo berjalan sepelan mungkin. Namun ketika melihat televisi masih menyala, Hyun-woo tertegun. Apa istrinya masih terjaga?

"Kau sudah pulang?" Suara yang berasal dari dapur itu membuat Hyun-woo memutar kepalanya. Kemudian tampaklah seorang wanita yang tengah menyeduh teh berdiri di balik konter dapur. "Apa kau masih lapar? Aku sudah memasak sup tadi sore, dan kalau kau masih lapar aku akan memanaskannya untukmu. Ah, kau ingin teh juga? Ini teh kamomil, baunya harum sekali." Hyun-woo tidak menjawab dan bergerak menghampiri istrinya tanpa berkata apapun.

"Yeobo, ada apa? Kenapa diam saja?" Tanyanya dengan tenang. Tangan mungil istri Hyun-woo itu meraih dasi yang Hyun-woo kenakan dan melepaskannya dari kerah kemeja.

"Soo-jin."

"Hm?"

"Kenapa kau belum tidur? Kau menungguku?"

Yang ia panggil Soo-jin itu menggeleng pelan lalu tersenyum tipis. "Aku baru saja bangun. Tadi aku sempat tertidur, tapi perutku ditendang dan akhirnya aku bangun. Karena aku tidak bisa tidur lagi, aku pergi ke depan televisi dan menyalakannya. Kemudian aku memutuskan untuk menunggumu –karena ternyata kau belum pulang, sambil menyeduh teh. Setelah itu kau muncul."

Hyun-woo terkesiap kecil, lalu tersenyum lebar sampai kedua matanya tampak hilang. Dia suka sekali saat Soo-jin bicara panjang lebar. Suara-suara yang ia hasilkan seperti vitamin untuk Hyun-woo dan membuat rasa lelahnya hilang. Soo-jin yang suka sekali bicara itu melengkapi Hyun-woo yang jarang berbicara panjang lebar.

"Apa bayi kita merindukanku?" Katanya sambil mengelus perut istrinya yang cembung. Lau terkesiap ketika merasakan getaran di balik kulit perut Han Soo-jin. "Aga, kenapa kau belum tidur, hm? Ayah sudah pulang. Jadi, mari kita temani ibu tidur, ya?"

Soo-jin terkekeh, lalu mengusap rambut suaminya yang tampak berantakan. "Apa hari ini cukup berat?" Tanyanya. Hyun-woo menggeleng kecil lalu mengangkat kepalanya untuk menatapnya.

"Hari beratku sudah berakhir sejak aku menikahimu," jawab Hyun-woo. Ia lantas meraihwm wajah Soo-jin dan mencium lembut bibir istrinya itu. "Mari habiskan teh-mu dan pergi tidur." 

*

*

*

Hallo, ini adalah debut fanfiction yang saya publish (/\)

Gimana menurut kalian? :)

   

Oneshots; Monsta XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang