[THRILLER] Yoo Ki Hyun

33 2 0
                                    


Ada beberapa rumor yang beredar di kalangan masyarakat mengenai keluarga Ki-hyun. Leluhurnya adalah cenayang, dan yang paling sering Ki-hyun dengar adalah pernikahan gaib antara mendiang kakek buyutnya dengan seorang jin perempuan penunggu lembah di kampung halaman kakek buyutnya itu. Setelah melakukan upacara pernikahan, kakek buyutnya tersebut meninggal secara tidak wajar tujuh hari setelahnya. Setiap Ki-hyun pergi mengunjungi neneknya, banyak tetangga yang menceritakan hal itu kepadanya tanpa ia minta. Padahal dia sama sekali tidak pernah mendengar apapun dari keluarganya sendiri.

"Bu, tetangga-tetangga nenek itu berkata yang tidak-tidak lagi." Kata Ki-hyun tanpa mengalihkan matanya dari layar ponselnya. Hari ini adalah hari kedua ia dan keluarga berada di rumah nenek untuk merayakan hari chuseok. "Mereka bilang, anak bungsu dari keturunan terakhir generasi ke empat akan menjadi suami selanjutnya istri—Ibu, sakit!" Ki-hyun meringis ketika kepalanya dipukul oleh ibunya dengan sendok nasi.

"Jangan berkata yang tidak-tidak."

"Tapi mereka terus menerus membuatku takut, bu. Masalahnya, ayah adalah anak bungsu nenek, 'kan? Dan kakek buyut cenayang adalah kakek dari kakek buyut nenek."

"Jadi, kau takut karena kau anak paling kecil ibu?"

Ki-hyun mencicit, kemudian menatap ibunya dengan kesal. "Bu, aku sudah besar. Aku memang bungsu, tapi aku tidak kecil." Pria itu sama sekali tidak takut, meskipun ia sempat bergidik ngeri ketika tidak sengaja menatap foto mendiang kakek buyut cenayangnya itu di rumah sang nenek. Meskipun ketakutan saat menonton film horor, Ki-hyun tidak terlalu takut dengan hantu sungguhan.

"Tapi sungguh, bu. Apa ibu tidak pernah dengar apapun dari ayah tentang rumor itu?" Sang ibu mendecak kesal karena anak laki-lakinya itu tidak henti-hentinya bertanya.

"Pernah, sekali." Jawab ibunya sambil meletakkan gulingan gimbap ke atas nampan. Mendengar jawaban ibunya, mata Ki-hyun menjadi berbinar dan segera mendekati perempuan yang telah melahirkannya tersebut.

"Ceritakan, bu!"

Nyonya Yoo itu tidak banyak merespon. Tapi Ki-hyun sudah mendapatkan informasi yang cukup kalau benar bahwa kakek cenayangnya itu menikah dengan hantu perempuan penunggu lembah. Dan ketika ditanya mengenai kebenaran tentang pergantian suami dengan cepat ibunya menjawab, "Ibu tidak tahu."

Akhirnya Ki-hyun menyerah dan memilih pergi ke luar rumah. Nenek sedang pergi bersama ayahnya, dan ibunya sedang sibuk membuat gimbap di dapur. Sebenarnya Ki-hyun ingin membantu, tapi entah karena dorongan apa Ki-hyun memilih menyingkir. Hari libur chuseok masih sisa satu hari, dan Ki-hyun ingin bermalas-malasan. Kakinya membawa sang empunya ke belakang rumah. Di sana terdapat sebuah sungai kecil yang jernih airnya. Dulu sewaktu kecil ia dan sang ayah sering pergi untuk mandi di sungai itu. Dan sekarang tujuannya pergi ke sungai itu bukan untuk mandi –karena dia sudah besar.

Sungai itu masih sama seperti yang terakhir kali Ki-hyun ingat, membuatnya makin bersemangat. Seusai melepas sepatu dan menggulung celana panjangnya, Ki-hyun berjalan menuju sungai itu. Berniat untuk mencelupkan kakinya ke dalam sungai urung ia lakukan ketika mendengar suara perempuan yang mengalun dari kejauhan. Ki-hyun menoleh ke sekitarnya, berusaha mencari sumber suara tersebut. Beruntung, semakin lama suara itu makin terasa dekat. Hingga beberapa detik kemudian, Ki-hyun melihat seorang perempuan cantik berkepang dua berjalan tanpa alas kaki menuju sungai. Perempuan itu tersenyum ke arah Ki-hyun dan duduk di bibir sungai.

"Lama tidak melihatmu." Ujar perempuan cantik itu membuat Ki-hyun terhenyak. Apa dia mengenalnya? "Terakhir kali ku lihat, kau masih sekecil ini." Perempuan itu menyentuh perutnya.

"Apa kau mengenalku?" Tanya Ki-hyun akhirnya tersadar dari rasa kagumnya terhadap kecantikan perempuan itu.

"Kau tidak mengingatku? Sedihnya. Padahal aku sudah menunggumu selama 26 tahun."

Ki-hyun makin bingung. Belum sampai hilang rasa terkejutnya, perempuan itu berdiri dan menyeberang sungai untuk menghampirinya. Bau harum semerbak seketika memenuhi rongga hidung Ki-hyun. Iris mata berwarna biru milik perempuan itu menatapnya tanpa berkedip. Kemudian ketika tangan dinginnya mendarat di pipi Ki-hyun, ia tersenyum lembut kemudian berucap, "Kau adalah suamiku, Ki-hyun-ah."

Ki-hyun bangun dan langsung terduduk dengan nafas yang tersengal-sengal. Peluh membanjiri leher dan dahinya.

"Ki-hyun, kau tidak apa-apa?" Sang ayah memegang pundak putranya dengan khawatir. Sejak menemukannya pingsan di tepi sungai sore tadi, seluruh keluarga khawatir setengah mati. Pasalnya mereka mendapati Ki-hyun dengan tubuh yang pucat pasi dan sedingin es. Bibirnya membiru dan sontak membuat semua orang panik luar biasa. Mereka pikir Ki-hyun sudah mati.

"Ki-hyun, apa kau ingat kenapa kau bisa pingsan seperti itu? Ibu cemas sekali."

Ki-hyun tidak terlalu ingat karena ia masih terkejut. Dia merasa sempat mati beberapa saat yang lalu. Dia merasa ketakutan setengah mati. Tapi sesuatu masih membayanginya hingga saat ini. Dia hanya ingat sepotong-potong. Seperti pergi ke sungai untuk berendam, kemudian ia mendengar suara perempuan. Kemudian ia melihat perempuan cantik dan mereka saling berhadapan.

Lalu ketika Ki-hyun mengingat apa yang perempuan cantik itu katakan, wajahnya kembali berubah pucat. Suhu ruangan di sekitarnya tiba-tiba menjadi lebih rendah.

Dengan ketakutan, Ki-hyun mengenggam tangan ibunya.

"Ibu...Aku akan mati."    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshots; Monsta XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang