Warning Mature content. Mohon bijak dalam membaca.
○○○
Apa suara favoritmu?"Ngghhh... Kong...pob."
"Pelan...kumohon. Akh."
"Lagi...hhh."
"Shi...iiit. please...me."
Kongpob menggelengkan kepalanya. Mahasiswa tua macam dirinya seharusnya tak pantas lagi main-main dalam perkuliahan. Dosen super killer dengan predikat nomor satu dalam hal memberi nilai D pada mahasiswa saat ini sedang dengan semangatnya berceramah didepan. Kongpob mungkin memang mahasiswa yang pintar dan terkenal, tapi semua itu akan runtuh begitu saja saat aliran darahnya mendadak meningkat tajam, apalagi di jam-jam kritis seperti saat ini.
Salahkan saja dengan suara sensual Arthit yang mendadak terngiang dikepalanya, bukan lagi seperti kaset rusak, mungkin seperti suara dosen menyebalkan yang sedang berteriak didepannya ini.
Teriak?
"Kongpob! Kongpob Suthiluck!"
Shit, Kongpob melamun sampai segitunya.
"A-anu. Ya, Professor."
Demi Tuhan, aliran darah Kongpob masih amburadul. Jika dosen horor ini tahu apa isi otaknya, mungkin saja Kongpob sudah dilaporkan ke pihak yang berwajib.
"Apa kau tidak memperhatikan perkuliahanku?"
Kongpob mengatupkan kedua tangannya, meminta maaf.
"Saya minta maaf."Suara dengusan pun terdengar. Kongpob bernafas lega karena keselamatan jiwa dan raganya masih bisa ia jaga.
Sial sekali.
Kalau tahu begini, ia seharusnya tak perlu sampai lupa diri semalam. Lagi-lagi salahkan saja kekasihnya, terlalu manis. Semalam ia lupa diri jika ibunya dulu pernah melarangnya mengkonsumsi sesuatu yang manis secara berlebihan.Tapi kali ini yang Kongpob konsumsi, manisnya jauh lebih berbahaya.
Kongpob permisi. Mau izin ketoilet. Selanjutnya ia mencari tissue dan mendekam beberapa saat disana.
○○○
"P'Arthit...naaaa..."
Arthit memutar bola matanya bosan. Dulu ia pernah bilang jika ia paling tidak suka jika waktu kerjanya diganggu, oleh siapapun termasuk dengan si bajingan brengsek yang seenaknya menelponnya.
"Apa lagi?"
Arthit minggir sebentar mencari tempat aman untuk menelpon. Kadang si sialan Kongpob ini suka sekali membawa topik yang seharusnya tidak dibicarakan ditelpon. Contohnya? Seperti saat ini.
"Datang ketempatku lagi naa..."
"Sialan! Semalam sudah!"
Berkat tempat sepi ini Arthit bisa memuaskan diri mengumpat.
"Bantu aku,please."
Arthit mendengus. Jijik sekali mendengar nada manja dari mulut Kongpob. Membuat hatinya capek, melompat kesana kemari.
"Cepat katakan, ada urusan apa?"
"Um, bantu... bantu aku membuat tugas."
Arthit berdecak, jika Kongpob ada didepannya sekarang, positif sudah Arthit akan mencekik leher pemuda gila itu.
"Astaga. Tidak ingat kau sudah tingkat berapa,huh?""Kali ini saja. Besok-besok tidak lagi."
"Jangan sampai kau menyerangku lagi seperti semalam!"
Kongpob diseberang sana tertawa. "Au? Kalau itu aku tidak bisa janji."
"Kongpob!!!"
"P'Arthit...naaa khap..."
Sial sekali.
Nada manja Kongpob lagi-lagi membuat Arthit. buru-buru menenggak pink milk. Berusaha meredam api dalam dirinya yang mulai menyala.FIN
Holla~ Terimakasih sudah membaca 😁😁
Otak saya amburadul gegara liat Special interview nya Kongpob Arthit. Udah pada liat belom? Kalo belom buruan gih liat. Waks~
Alamak~ duo racun yang meracuni hidup dan kehidupanku 😱😱😱
Dan jadilah sebuah work baru akibat kesemrawutan otak dan tangan saya yang tumben-tumbenan gatel pengen melampiaskan segala rasa 😑😑😑
Mereka berdua tuh ya.
Mau KongArt atau SingKit bawaan nya bikin anak gadis jejeritan terus tiap malem 😱😱Oke, fine. I'm konslet.
Monggo Vote dan comment na~ 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer
FanfictionInspired by Kongpob and Arthit special interview. Super short story collection. - Menjadi lebih dekat dan lebih dekat lagi bersama Kongpob & Arthit. - Warning: BoyxBoy story. Sotus belongs to Bittersweet. Story by Harasu.