"Teerak, tolong ambilkan handukku na..."
"Teerak?"
"P'Ai'Oon... Teerak? Aku mulai kedinginan."
"P'Arthit!"
Kongpob yang terjebak diantara sela pintu kamar mandi terlonjak kaget. Jika bukan karena keadaannya yang sehabis mandi dan polos tanpa sehelai benang pun, mungkin sudah dari tadi ia meninggalkan tempat itu.
Arthit dengan piyamanya yang bermotif pisang, memasang wajah super cemberut lengkap dengan sebuah handuk coklat ditangannya.
Kongpob berbinar setelah beberapa kali memanggil Arthit yang sempat tak ada sahutan. Ia tertawa saat belahan jiwanya itu menggeram sambil melempar handuk itu mengenai kepalanya.
"Brengsek!"
"Au?"
"Jangan memanggilku Teerak!"
Lihat. Bagaimana bisa Kongpob pensiun dalam hal menggoda Arthit, kalau begini saja ekspresi pemuda manis itu bahkan membuat tubuh Kongpob yang tadinya dingin berangsur menghangat.
"Tunggu aku teerak... jangan tidur duluan!"
Selanjutnya Arthit menghentak-hentakan kakinya dilantai, ceritanya ia sedang merajuk.
○○○
"Teerak... aku sayang sekali..."
Arthit memutar bola matanya jengah. Kalau sudah begini ia rasanya mau muntah saja. Kongpob dalam mode manja level epic, menggelayutinya bak monyet baru bertemu dengan pisang. Mungkin karena piyama yang ia kenakan memang motifnya begitu.
"Janga memanggilku teerak!"
Aroma segar mampir dihidung Arthit. Aroma jeruk, dengan campuran mint yang membuat Arthit betah dipeluk sedemikian rapat seperti ini. Ssstt, jangan beritahu Kongpob. Bisa besar kepala ia.
"Memangnya kenapa? Kan aku memang sayang sekali denganmu."
Arthit berdecak. Hembusan nafas Kongpob dilehernya membuatnya gerah.
Bukannya apa Arthit sampai sekarang masih saja risih mendengar panggilan sayang dari Kongpob, hanya saja ia memang begitu. Ada beberapa hal yang sampai saat ini ia masih terlalu malu untuk mengakuinya."Jangan seperti anak SMA yang baru pacaran!"
Kongpob terkekeh. Tangannya terulur menuju perut rata Arthit, mengelusnya perlahan. Arthit dalam hati heran, kenapa ia sekarang diperlakukan bak ibu hamil?
"Semoga cepat isi."
Gumam Kongpob. Selanjutnya ia meringis, sebuah jitakan disertai cubitan maut mampir ditubuhnya."Auh, sakit. Kau mau membunuhku teerak?"
Arthit mengeluarkan jurus andalannya, merengut. Dengan segera melepas segala kuncian Kongpob pada tubuhnya, memilih duduk disisi ranjang sambil melipat kedua lengannya didada.
"Brengsek!"
Lihat? Dikala Kongpob tak berhenti memanggilnya dengan segala sebutan bermakna cinta, Arthit malah selalu mengumpatinya. Untung saja kadar cinta Kongpob tidak bisa diukur dengan Lovemeter -alat pengukur kadar cinta-. Mau dimaki, diumpat, dipukul, dicubit atau dibunuh sekalipun ia rela. Asal itu Arthit.
"Eii, jangan mengumpat."
Kongpob mendekat. Jika sudah seperti ini, maka ia butuh sebuah strategi yang bagusnya menyamai strategi Tiki Taka yang terkenal itu. Arthit sedang sensi, mungkin saja ia sedang pms atau apa. Kalau begini Kongpob mesti pelan-pelan dalam bertindak.
"Teerak... marah kenapa hm?"
Beruntunglah Arthit yang dengan gratisnya bisa mendengar nada lembut nan menenangkan milik Kongpob. Kalau orang lain, mungkin saja Kongpob akan memasang tarif khusus.
"Berisik!"
Cara pertama: berkata lembut. Failed.
"Mau pink milk?"
Kali ini hanya dibalas dengusan saja oleh si manis jembatan Rama itu.
Cara kedua: Tawari kesukaannya. Failed.
Oke cara terakhir!
"Ya sudah, jika P'Arthit tak mau bicara. Aku tidur saja."
Kongpob pura-pura merajuk juga.
Memilih membaringkan tubuhnya, menarik selimut dan membelakangi Arthit.
Strategi gila macam apa yang Kongpob lakukan.
○○○
Butuh waktu berjam-jam ternyata untuk Arthit sembuh dari penyakit merajuknya. Sebenarnya Kongpob pura-pura tidur, mengintip sekilas ke jam dimeja nakasnya yang ternyata sudah menunjukan pukul 2 pagi.
Awalnya ia tidur membelakangi Arthit, kini ia iseng memutar arah tidurnya.
Dan benar saja.
Setelah lama menunggu, akhirnya.
Lucu sekali. Awalnya ia hanya merasakan tangan Arthit mampir dikepalanya, mengusap pelan disana.
Selanjutnya malah membuat Kongpob dalam hati bersorak ria. Arthit meraih lengannya, mengangkatnya dan setelah itu Kongpob merasakan tubuhnya menghangat terisi sesuatu. Seperti sebuah kebiasaan mereka, saling berpelukan ketika tidur. Anggap saja Kongpib gila karena ia berpikir, mungkin saja Arthit tidak bisa tidur karena tidak ia peluk, dan terlalu gengsi untuk meminta.
Kongpob mati-matian berakting pura-pura tidur. Menikmati semua perlakuan Arthit. Terutama ketika pemuda manis itu menggesekan hidung pada dada bidangnya.
Tahan, Kong.
Sebuah kecupan mampir didahinya.
"Maaf naa...teerak."
Bisik Arthit.Selanjutnya Kongpob benar-benar baru bisa tidur.
FIN
Holla~ Terimakasih sudah membaca 😁😁😁
Saya gemes banget sama part yang ini. 😱😱😱
Coba aja ya pas di Sotus S beneran ada scene Kongpob manggil Arthit pake sebutan teerak 😂😂*teerak: sayang.
Monggo vote dan comment 🙌🙌🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer
FanfictionInspired by Kongpob and Arthit special interview. Super short story collection. - Menjadi lebih dekat dan lebih dekat lagi bersama Kongpob & Arthit. - Warning: BoyxBoy story. Sotus belongs to Bittersweet. Story by Harasu.