Tempat Kencan

2.5K 319 22
                                    

"P'Arthit, hari ini kita akan kencan kemana?"

Arthit baru semenit membuka mata. Masih sulit untuknya membedakan mana alam mimpi dan mana alam yang nyata. Terlalu dini untuk dicecar pertanyaan seputar kencan. Kalau Arthit sudah biasa, tiap akhir pekan Kongpob selalu mengungsi kekamarnya. Katanya kebanjiran. Kebanjiran rindu.

Kongpob dengan gemas mencubit dua pipinya, menarik-narik seolah itu adalah marshmellow. Untung saja Kongpob tidak khilaf, rasa ingin menggigit kadang suka muncul seenaknya.

"P'Arthit~"

Arthit tarik selimut lagi, enggan menanggapi nada bicara Kongpob yang aduhai menggelikan.

"Jangan tidur lagi!"

"Akh!"

Kali ini Arthit memekik. Salahkan saja kelakuan kurang ajar Kongpob yang seenaknya mencubit pantat sejuta dollarnya. Mahal dan berharga, jika kau mau tahu.
Kongpob saja sampai sekarang masih mencicil angsurannya.

"Oke oke!" Arthit akhirnya bangkit. Meringis sambil mengusap aset kebanggaannya itu. "Belikan aku sarapan dulu. Habis itu kita kencan."

Kongpob berbinar. Mengangguk antusias bak anak kecil yang dijanjikan akan dibelikan mainan baru oleh ayahnya. Arthit memberi isyarat supaya Kongpob cepat pergi ke kantin bawah untuk membeli sarapan. Secepat kilat pula Kongpob melenggang pergi.
Arthit masa bodo, ia memilih tarik selimut lagi.

○○○

"Jadi kita akan kencan kemana?"

Kongpob menatap penuh harap pada Arthit yang masih saja menguap dan memasang wajah super ngantuk. Padahal ia sudah memakan seporsi patongko dan segelas pinkmilk dingin. Kongpob bukannya mau memaksa atau apa, belakangan ini memang intensitas pertemuan mereka amat sangat sedikit. Arthit super sibuk dan begitu pula dengan dirinya. Wajar saja ketika ada waktu luang seperti ini, ia ingin sekali menikmatinya dengan Arthit.

Arthit menguap sekali. "Euh. Kencan dikamar saja."

Kongpob terperangah. Kamar? Ia tak salah dengar kan?

"Anu..."

"Cari yang gampang saja. Diatas tempat tidur. Aku malas keluar."

Jawaban Arthit sukses membuat aliran darah Kongpob dua kali lipat meningkat tajam.
Apa ini semacam undangan? Keren sekali cara Arthit mengajaknya kencan di.... ehem tempat tidur.

"P'Arthit serius?"
Tanya Kongpob ragu. Padahal irama jantungnya mulai amburadul.

Arthit mengangguk pasti. Memunjuk kearah ranjang dengan dagunya, "Ayo."

Kongpob buru-buru bangkit. "Tunggu dulu!" Arthit mengernyit heran, apa lagi sih yang Kongpob mau. "Aku kebawah sebentar. 5 menit! Ya, tunggu 5 menit! Aku segera kembali."

Bak dalam film-film ninja, Kongpob melesat keluar. Arthit menatap ilfeel pada sandal Kongpob yang terabaikan begitu saja oleh pemiliknya.

○○○

"A-aku sudah siap!"

Arthit menatap heran pada kekasihnya yang nampak seperti habis menyelesaikan lari marathon. Nafas naik turun, keringat bercucuran dan Arthit tidak yakin dengan ekspresi wajah Kongpob.
Terlebih lagi saat pemuda sok keren itu menenteng sebuah plastik.

"Habis kemana?"

"Supermarket."

"Beli apa?"

"Ini."

Arthit menerima plastik pemberian Kongpob. Ringan, isinya hanya sedikit ternyata. Namun Arthit terkesima saat melihat benda apa didalamnya.

Sebuah kotak kecil, berwarna ungu, bertuliskan durex didepannya. Ditambah sebuah botol kecil yang membuat Arthit merinding seketika.

"Kong?"

Kongpob menyeringai. Dengan gerakan slow motion ala-ala film barat, ia tanggalkan kaos hitamnya.

Mendekati Arthit yang sedang manatapnya heran diatas ranjang.

"S-stop!"

Baru saja Kongpob hendak menerjang.

"Au... P'Arthit! Tinggal mulai saja."

Arthit berdecak, menatap nyalang pada Kongpob yang sedang ancang-ancang. Nomor duakan saja wajah super merah dan jantungnya yang mendadak menggila.

"Ka-kau salah paham!"

"Hah?"

"Yang kumaksud kencan dikamar itu... anu... menonton film! Atau be-bermain monopoli. A-aku punya permainan monopoli!"

Arthit menjelaskan apa maksudnya. Ekspresi bak singa lapar yang Kongpob tampilkan malah membuat lidahnya kelu.

"P'Arthit..."
Kongpob merengut. Padahal yang dibawah sana sedang semangat-semangatnya menanggapi undangan Arthit yang ternyata palsu itu.

Arthit hanya bisa tersenyum kikuk.

"Terlambat!" Lagi, Kongpob menyeringai. Meraih kancing celana Arthit. "Setidaknya kita habiskan dulu barang belanjaanku itu."

Sekarang, Kongpob yang tarik selimut.
Selanjutnya adegan tarik menarik pun terjadi.

FIN

Holla~ Terimakasih sudah membaca 😂😂😂

Mengingat tentang Arthit yang suka kencan dikamar. Jadilah fic nista ini 😶

Taulah ya durex apaan 😂
Malah sebut merek saya ya 😑

Monggo Vote dan comment 🙌🙌

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang