Tunggu

654 80 5
                                    

***

"Tolong bersikaplah yang baik di depan orang tuaku."

"Baiklah!"

Pintu terbuka, menampilkan ruangan yang gelap dan sunyi, ruang tamu yang berisi sofa dan meja berkelas tanpa debu terlihat jelas dalam gelap.

"Sepi sekali?" tanya Hinata.

"Iya, Ayah dan Ibu belum kembali. Duduklah dulu, akanku ambilkan minuman untukmu," jawab Naruto dengan nada datar.

Hinata duduk dengan perlahan di atas sofa, takut jika tubuhnya akan menggores sofa yang mahal itu.

Hinata POV

Kuarahkan pandangan keseluruh ruangan. Tampak jelas jika rumah yang kumasuki ini adalah milik orang yang sangat kaya. Desain rumah yang benar-benar menakjubkan.

"Tempat ini seperti istana, beda sekali dengan tempat tinggalku yang kumuh."

Naruto POV

Kulihat dia sedang memandangi rumahku. Setiap sudut ia pandangi dengan lekat. Sepertinya dia tidak menyadari kedatanganku ini.

"Ehem...," suaraku menggema keseluruh ruangan, kuletakkan nampan berisi minuman di atas meja.

Naruhina POV end

"Apa yang kau lihat?" tanya Naruto.

"Tidak ada! Kenapa kau ingin sekali aku datang?"

"Aku sudah menjelaskannya tadi, jangan bilang kau tidak dengar?"

Hinata menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Sepertinya begitu."

"Aku ingin mengenalkanmu dengan orang tuaku."

"Hah? Untuk apa?"

"Aku tidak ingin dijodohkan jadi kau di sini untuk jadi calonnya," jawab Naruto dengan cepat.

"Calon? Maksudmu aku calon istrimu? Mana mungkin aku mau dengan orang aneh sepertimu," Hinata berdiri hendak pergi dari tempat itu.

Naruto mencegah Hinata pergi, "Ayolah, apakau tau? Cinta itu tumbuh seiring berjalannya waktu."

"Tapi aku belum mau menikah, apalagi denganmu."

"Ayolah, aku sangat ingin bersamamu."

"Apa kau tidak sadar! Aku hanya gadis miskin yang tidak memiliki apapun, sedangkan kau? Kau memiliki segalanya! Kita berbeda orangtuamu tidak akan menyukaiku." bentak Hinata.

"Tidak, bahkan mereka yang memintaku membawamu, aku yakin mereka akan suka dengan pilihanku. Lagi pula aku sering memperhatikanmu."

"Kapan?"

"Setiap hari, akukan bekerja di indomart," kata Naruto.

"Kau mengikutiku sampai rela bekerja di sana?"

"Kau tau jawabannya."

Naruto terus meyakinkan Hinata. Tanpa sadar bahwa kedua orangtua Naruto sudah pulang.

"Wah, kalian sedang apa sampai tidak sadar kami ada disini?" tanya Kushina.

Hinata memandangi dua orang yang baru dilihatnya.

"Bukan apa-apa bu." kata Naruto.

"Apa ini calon menantuku? Dia sangat cantik, siapa namamu?" tanya Kushina.

"Hi-hinata." jawab Hinata dengan gugup.

"Nama yang cantik, seperti dirimu."

"Te-terimakasih."

"Ah, ayo duduk dulu, ada yang ingin kami tanyakan," kata Minato.

Setelah mengatakan itu Minato memulai pertanyaannya, "Apa kau tau kenapa Naruto membawamu kemari?"

Hinata mengangguk, "Iya."

"Apa kau menyetujuinya?"

Hinata berpikir sejenak kemudian mengangguk kembali, "Iya."

"Sudah berapa kalian saling kenal?"

"Em...belum lama."

"Bisa kau ceritakan tentang dirimu?"

"Saya bekerja di alfamart...saya tinggal sendiri di dekat sini...saya..."

"Ah, sudah-sudah jangan tegang begitu," kata Kushina mencairkan suasana.

Minato dan Kushina memandangi dengan lekat gadis yang dibawa Naruto, menilai sang gadis secara keseluruhan. Saling berbisik satu sama lain, kemudian mengangguk bersamaan.

"Ibu, ini sudah sore Hinata harus pulang, aku akan mengantarnya," ucap Naruto, "Kami permisi."

"Iya, hati-hati ya."

Naruto dan Hinata pergi meninggalkan rumah itu. Naruto mengantarkan Hinata kembali kerumahnya.

"Aku kira kau tidak akan setuju?" tanya Naruto.

"..."

Naruto melirik Hinata yang terdiam, "Kalau kau ingin bertanya, tanyakan saja."

"Apa kau yakin tidak akan menyesal menikah denganku?" tanya Hinata.

"Tidak." jawab Naruto yakin.

Tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Hinata.

"Tidak usah dipikirkan, kita akan bertemu lagi besok, aku akan menjemputmu."

"Iya...," lirih Hinata.

Angin sore menghembus perlahan, menerpa mereka berdua. Naruto hendak kembali kerumahnya, namun Hinata mencegahnya, "Tunggu, apa kau bisa disini lebih lama?" pinta Hinata.

Naruto tersenyum, "Tentu, apapun untukmu sayang."

Hinata membawa Naruto masuk kedalam rumah, mereka duduk di ruangan keluarga, ruangan yang hanya berisi sebuah tikar dan meja kecil.

"Ada apa?" tanya Naruto.

Hinata menggeleng perlahan, menyembunyikan penjelasan.

"Hah, kalau tidak ada yang ingin dibicarakan aku pulang saja!"

Naruto POV

Aku berdiri hendak pergi meninggalkannya, tapi kenapa aku merasa tidak tega? Aku ingin tetap di sini menemaninya. Pasti ada yang ingin ia bicarakan.

Hinata POV

"Ada apa denganku? Kenapa aku melarangnya pergi? Kenapa aku ingin dia disini?"

Kulihat ia berdiri, aku yakin dia akan meninggalkanku disini. Tapi kenapa dia hanya diam saja? Apa yang dia pikirkan? Apa dia ingin menemaniku?

Naruhina POV end

"Apa kau bisa temani aku disini?" tanya Hinata lagi.

Naruto tersenyum, "Ini sudah malam, kau tidak takut padaku?"

"Apa perlu aku takut padamu?"

"Ya...kalau ada apa-apa jangan salahkan aku ya, hehe...."

Hinata mengangguk.

"Akan kukabari orangtuaku, aku akan menginap disini."

Naruto mengambil ponsel dari saku celananya, mengetikkan sebuah pesan pada orangtuanya. Dengan sekejap ia sudah mendapatkan balasannya.

"Ya, sepertinya mereka sudah mengijinkanku menginap disini."

"Apa tidak apa-apa?"

"Tidak, em...aku tidur dimana?" tanya Naruto.

"Kita bisa tidur dikamar," jawab Hinata dengan santainya.

"Eh?"

"Kenapa? Kalau tidak mau tidak apa," kata Hinata sambil melangkah kedalam kamar.

"Iya, aku mau," kata Naruto mengikuti.

***

To Be Continue...

Berawal dari alfamartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang