BUNGA UNTUK BERLIAN|| PART 2

41 9 0
                                    

" Malu ku itu, ketika dirimu sedang menatap ku"

Bunga anastasya

" Bungaaa....."

Bunga begitu tersentak ketika pendengaran nya mendapat suara yang begitu nyaring yang bisa saja dapat merusak gendang telinga nya saat ini juga.

" Apaan sih Nis, teriak-teriak gitu" ujar Bunga sambil mengusap-usap telinga nya.

" Hehehe, maaf ya. habis nya Lo sih ngelamun terus" jawab Nisa yang menjadi sahabat Bunga semenjak memasuki SMA.

" Iya nih, Lo kenapa sih ngelamun aja" sahut Tanti yang sudah berada di samping Bunga sambil memakan Snack nya.

" Pa..pa..pasti mi..mi..mikirin Ber..

" Berlian!!" seru Nisa dan juga Tanti memotong ucapan Susi yang gagap.

Bunga tersipu malu, karna semua tebakan teman-teman nya benar.

Bunga kembali menatap teman-teman nya satu persatu. Bunga tidak menyangka jika mempunyai teman-teman yang unik seperti mereka. bukan hanya orang nya, tingkah laku mereka juga begitu unik, dan Bunga merasa bersyukur mempunyai teman seperti mereka.

Seperti hal nya Nisa. dia mempunyai suara yang begitu melengking membuat Bunga harus ekstra hati-hati dengan telinga nya, postur tubuh Nisa tinggi membuat Nisa mempunyai badan yang bagus.

Lain hal nya dengan Tanti. Sahabat Bunga yang satu ini, mempunyai badan yang begitu gemuk, bisa dilihat bagaimana setiap hari nya Tanti slalu memakan Snack nya di manapun dan kapan pun ia memiliki waktu longgar, seperti nya pikiran nya hanya di penuhi dengan Snack nya saja.

Berbeda dengan Susi. Bunga juga harus di latih kesabaran untuk mendengar satu kalimat yang muncul di bibir nya, Karna Susi berbicara gagap. Dengan postur tubuh yang biasa saja, dan juga rambut nya yang slalu di kepang menjadi dua, dengan kacamata besar nya, Kerap kali Susi menjadi bully an di sekolah, karna penampilan nya yang culun dan udik. Membuat Bunga, Tanti, dan juga Nisa slalu ingin melindungi nya.

Memang mereka ber tiga bukan lah orang yang terlahir terpandang namun mereka ber tiga mempunyai kehidupan yang tercukupi. tidak seperti teman-teman yang lain nya, karna SMA itu adalah sekolah favorite yang bisa di pastikan anak-anak yang berkelas lah yang mampu bersekolah di sana, dan hanya Bunga yang harus mampu mengandalkan otak nya jika ia ingin bersekolah disana.

" Yah.. Ngelamun lagi" ucap Nisa yang menghela nafas nya menatap Bunga.

" Eh, nggak kok" sangkal Bunga

" Bunga, lo sudah melakukan pekerjaan rutin lo kan?" tanya Tanti dengan suara gumam nya karna mulut nya di penuhi oleh Snack.

Kini Bunga menatap Tanti dengan lekat. " Pekerjaan apa?"

Tanti memutar bola mata nya. " Pekrjaan setiap pagi nya, surat buat Lian" balas nya.

Bunga terseyum manis lalu mengangguk dengan malu.

" Eh, eh, Bung.. itu Lian kan?" Bisik Nisa yang sedang menatap Berlian ketika berjalan melewati mereka ber empat.

Sontak Bunga mengarahkan pandangan nya ke arah Berlian, tanpa di sangka Bunga. Mata nya bertemu dengan mata Berlian, membuat Bunga harus cepat-cepat menunduk, karna pasti rona merah di pipi nya sudah tercetak jelas, Malu.
Sejak pertemuan pertama mereka Bunga sudah menyukai Berlian saat itu juga. Memang itu terdengar sangat konyol, tapi buat Bunga itu bukan lah suatu hal yang salah, karna itu adalah cinta pertama nya dan pandangan Bunga sudah menjatuhkan mata nya dan juga hati nya kepada Berlian, cowok yang begitu dingin dan juga irit bicara itu, namun juga sangat tampan.

" Gi...gim..mana ki...ki..ta i..i..ku..tin di..a" sahut Susi dengan suara gagap nya lalu ia sedikit menaikan kacamata nya yang melorot.

" Betul, kita lihat bagaimana reaksi Lian ketika dia membaca surat dari Bunga" ucap Tanti yang terlihat antusias

Nisa mendengus lalu berkata. " Paling ujung-ujung nya juga di buang surat nya kayak sebelum-sebelum nya."

Bunga menunduk dan menghela nafas nya, memang apa yang dikatakan Nisa itu benar. Ini sudah dua tahun lama nya, Bunga sudah mencoba mendekati Berlian tapi hasil nya slalu Nihil.

" Kita lihat aja dulu, Ayo.." ujar Tanti yang langsung menggeret lengan Bunga.

Bunga terkesiap dan terpaksa mengikuti langkah Tanti. Bunga menoleh kebelakang dan seketika ia tersenyum ketika Nisa dan juga Susi ikut bersama nya.

***

" Eh.. Lian sudah duduk di bangku nya" bisik Nisa yang sedang mengintip di balik tembok.

" Mari kita taruhan, Surat dari Bunga kali ini di buang atau tidak." sahut Tanti yang mengintip di balik Jendela dengan Susi.

" Yu..pp.. k..ki..ta li..hat la..ng..kah per..ta..ma" jawab Susi

Mereka bertiga mengangguk dengan semangat, lain hal nya dengan Bunga yang menunggu dengan harap-harap cemas. Bagaimana pun juga itu surat yang sudah ke seratus atau ke seribu kali nya Bunga buat untuk Berlian, Namun surat itu slalu berakhir di tempat sampah.

" Pertama, Berlian membuka kertas itu." ucap Nisa yang sedang mengamati pergerakan Berlian di balik tembok.

" Ke dua, Berlian membaca tulisan itu." Sahut Tanti yang sama sedang mengamati Berlian di balik Jendela.

" Ke.. T..ti..ga, B..ber...ber..lian me..re..mas ke..r...ta..s n..nya" lanjut Susi.

Mereka berempat terkesiap karna tiba- tiba Belian keluar kelas, dan segera mereka berempat lari ke tempat persembunyian nya slama ini, di balik tembok sebelah tempat sampah berada.

Mereka kembali tercengang ketika melihat sebuah gumpalan kertas yang melayang di tempat sampah.

" Dan keempat, surat itu berakhir disini!!" seru Nisa dan juga Tanti bersamaan ketika menatap surat Bunga yang kembali berakhir di tempat sampah.

" Yah.. gagal lagi" gumam Bunga dengan menunduk lesu.

" Tidak apa Bung, aku yakin pasti dia peka kok nanti nya." ujar Nisa yang memeluk bahu Bunga.

" Nisa benar, nanti jika kita umur 50 tahun pasti Berlian sudah peka" lanjut Tanti

" Tok.. Lo gimana sih, bukan nya semangatin malah ngecewain." Kata Nisa sambil menoyor kepala Tanti

" Ihhh.. sakit tau.." jawab Tanti sambil mengusap kepala nya yang sakit.

" Udah jangan berdebat, Gue gak papa kok" ucap Bunga yang menampilkan senyum manis nya.

" Bung, kenapa lo gak coba aja langsung deketin Lian secara langsung." Usul Nisa

Bunga kembali tersenyum manis lalu menjawab. " Kalau Gue deketin langsung, nanti dia kabur. Jadi pakek surat aja dulu, kan dari mata langsung jatuh ke hati."

Mereka bertiga terkekeh mendengar jawaban dari Bunga. " Lalu jika mata Berlian sudah kicer, lalu jatuh nya kemana." Celetuk Tanti yang mulai bersikap konyol.

" Ya jatuh nya ke pantat nya lah.. hahaha!!" Seru Nisa dengan tertawa terbahak-bahak.

Bunga juga ikut tertawa terbahak-bahak mendengar guyonan dari mereka berdua, sedangkan Susi hanya tersenyum geli. Dalam hati Bunga merasa beruntung mempunyai sahabat seperti mereka. Ketika ia ingin mundur dan juga sedih, namun mereka tetap menyemangati nya dan juga menghibur nya dengan semua kekonyolan yang terjadi.

Mereka sahabat yang sempurna, tanpa melihat kasta dan juga semua kekurangan nya slama ini.

****

Hai.. ketemu lagi di cerita baru punya aku ya..

Semoga suka..

Jangan lupa Vote and komen nya ya..

Semangat bersama😘😘

I'II BE YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang