Sampai di rumah aku langsung bergegas mandi dan mengistirahatkan tubuh karna penat dengan semua yang ada pikiran pun terbagi antara Najandra dan Rendra di satu sisi Najandra adalah orang yang tepat dan di sisi lain Rendra masa laluku yang membuat kenangan indah terlalu banyak waktu yang telah kami habiskan.
Tapi aku terlalu takut untuk bertemu Rendra dan kenapa pria itu harus kembali. Banyak kenangan indah bukan berarti tidak banyak luka yang ia toreh di hati ini, mungkin menurut kalian aku terlalu perasa ya namanya juga perempuan semua yang kita lakukan menggunakan perasaan karna sudah kodratnya perempuan menggunakan perassaan sedangkan laki-laki lebih menggunakan logika maka dari itu terlalu banyak perempuan yang tersakiti oleh pria.
Apa pria tidak tau betapa perassa nya perempuan, apa mereka tidak tau kalau menyakiti perempuan sama ssaj dengan menyakiti ibunya, setelah di sakiti lalu di buang begitu saja layaknya sampah.
Mungkin sakit ini terlalu dalam dan sulit untuk di sembuhkan, tetapi dengan ada nya kehadiran Najandra mengubah pemikiran ku, kali ini saja aku ingin bahagia dengan pria pilihanku dan semoga pilihan Tuhan kepada ku.
Sedang asiknya diri ini termenung handphone ku bergetar lama menandakan ada telpon masuk saat ku lihat nomor tidak di kenal lalu ku angkat takut nya ada apa-apa siapa tau sanak keluarga ada yang menelpon untuk menanyakan kabar aku.
"Hallo..."
"Hallo juga... ini siapa ya?"
"bagaimana kabarmu cheri?"
"Rendra....."
Ku matikan handphone, tak sanggup lagi aku menahan ini ku keluarkan semua tangis ini. Kenapa dia tau nomorku, kenapa dia mencoba menghubungiku, kenapa kenapaaaa apa yang salah dariku. Tangisku semakin kencang sampai susah untuk bernapas sampai Ayah dan Ibu menghampiri kamarku.
"Shel, kenapa?" tanya Ibu
"Rendra bu..." tangisku sesenggukan
"mau apa lagi bajingan itu!" sergah Ayah
"Ayah..." tegur Ibu
"yaudah kamu tidur ya sayang, biar nanti Ibu sama Ayah yang urus ini semua ya"
"iya bu" Ibu dan Ayah memeluk dengan erat menyalurkan rasa sayangnya kepadaku
Capek menangis ku tarik napas lalu ku hembuskan perlahan sambil berpikir positif kalau Rendra hanya ingin menyapa tidk akan mengganggu hidupku lagi, ku kerjakan tugas dari Pak Ogel agar tidak terlarut memikirkan Rendra.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, begadang demi tugas memang keseharian mahasiswi awal seperti ku. Entah bagaimana aku sudah memegang handphone dan sedang menelpon Najandra baru di dering kedua di angkat olehnya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, kakak lagi ngapain? Belum tidur?"
"harusnya gua yang nanya gitu lah, kenapa lo belom tidur dan telpon gua? Gua lagi ngerjain buat meeeting besok, ada apa Shel?"
"hemmm gak ada apa-apa kok, mau telpon aja hehehehe"
"kangen yaaaaa... baru juga ketemu, besok mau di jemput lagi? Biar gak kangen gitu"
"ga usah kak ngerepotin ngapain deh aku bisa pulang bareng Arthur"
"oh yaudah deh, udah dulu ya Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam"
Ada yang aneh kenapa sekarang setiap aku mengucap nama Arthur Najandra bertingah laku aneh dan enggan untuk membahas lebih lanjut kenapa sih dia, aku gak bikin salah deh perasaan apa karna ku telpon tengah malam seperti ini dan mengganggu dia membuat presentasi untuk besok dia meeting. Ya sudahlah ku coba tidur saja, untung besok aku tidak ada kelas pagi.
**
Pagi ini aku tidak ikut sarapan bareng Ibu dan Ayah karna mereka haru berangkat ke bandara tadi setelah Subuh untuk melakukan perjalanan bisnis maklum lah Ayah sang CEO salah satu perusahaan pertambangan dan Ibu yang menjadi Sekretaris pribadi nya karna Ayah gak mau jauh-jauh sama Ibu dasar bucin.
Ku mainkan ponsel ku lalu menghubungi Arthur untuk menjemputku nanti. Tak lama setelah menghubungi Arthur pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal lagi, ku diam kan saja takut kalau ternyata pesan itu dari Rendra aku sudah muak untuk berhubungan dengan dia bahkan untuk menjadi teman saja sudah sangat jengah.
Kembali ke kamar untuk bersiap-siap ke kampus karna Arthur sudah di jalan untuk menjemputku, pasti dia akan mengoceh padaku karna saat dia sampai aku belum selesai dengan ritual mandi gak papalah kan sudah biasa dia kerjaan ngoceh terus kayak burung beo. Setelah selesai mandi ke menuju meja rias untuk mengeringkan rambut, kali ini aku memakai kemeja putih oversized, celana joger hitam dan tak lupa kerudung hitam kesukaanku lalu ku ambil tas ku dan segera turun ke bawah untuk menemui Arthur pasti muka dia sudah kucel menungguku.
Saat sampai di ruang tamu tak ku temui Arthur tetapi mobil nya sudah terpakir dengan manis di depan, mungkin dia sedang merokok sambil membunuh waktu menunggu ku yang terlalu lama ini. Ku hampiri dia ke depan tetapi kok dia seperti sedang berbincang dengan seseorang dan muka nya sangat tegang saat melihat ku keluar ingin menyapa nya.
"Hai Shel"
Laki-laki yang tadi memunggungi ku berbalik dan tersenyum, tak kusangka ternyata itu Rendra. Aku hanya diam terpaku melihatnya ada di beranda rumah ku kaki ini kaku tak bisa bergerak seluruh tubuhku tak sanggup untuk bergerak, lalu Arthur menghampiriku.
"Ayo Shel kita berangkat, abai kan aja si Bajingan satu ini" ajak Arthur
"gak bisa gitu dong gua mau ngomong sma Mashel"
"jangan sampe ada pertumpahan darah di sini ya, gua ga suka liat lu gih sono lu pergi kalo bisa ilang di telen bumi"
"apaansih gua kesini mau bicara sama Mashel bukan sama lo!"
"yah batu nih orang minta di hajar" Arthur maju lalu mengangkat kemeja Rendra dan siap untuk menghajar tetapi ku tengahi mereka
"udah Thur biarin aja ayo kita pergi entar telat"
"Shel aku mau ngomong sama kamu bentar aja" cegah Rendra sambil memegang pergelangan tanganku dengan kencang dan ku rasa akan merah setelah ini
"maaf bisa tolong lepaskan tangan anda dari saya, haram bukan mukhrim"
Sebisa mungkin ku lepaskan tangan ku dari genggamannya, lalu ia melepaskan dan mengangkat tangannya.
"oke fine kalau kamu mau nya kayak gitu, aku akan tetap mencari kamu Mashel liat saja" Rendra mengakhiri percakapan dan pergi dengan BMW hitamnya meninggalkanku dengan rasa hampa.
"udah yuk kita berangkat biarin aja orang gila itu mau ngomong apa, ada gua yang selalu di sisi lu kok Shel tenang aja" hibur Arthur kepadaku lalu kami beranjak dari rumah ke mobil untuk berangkat ke kampus.
Ku coba untuk tegar menghadapi masalah ini, ya Tuhan baru aku merasakan senang dan sekarang di hadiahi masalah baru oleh mu apa aku ini terlalu banyak bahagia hingga lupa bersyukur kepadamu dan engkau berikan cobaan ini agar aku lebih dekat dengan mu apa Kau cemburu padaku Tuhan.
Alhamdulillah aku kembali, terima kasih ya yang masih mau baca. cerita ini di ambil dari cerita nyata dan di tambahi bumbu sinetron dikit lah ya hehehehe. mau kasih tau itu aja sihhh
YOU ARE READING
Najandra
ChickLitGimana rasanya lo harus nunggu 'dia' 2 tahun lamanya dan menghabiskan hari-hari lo dengan galau aja merenung di pinggir danau kampus sampe sahabat lu udah capek untuk ingetin kalau galau jangan berlarut-larut, cuma buat nungguin laki-laki yang belom...