selamat pagi, Mas Rangga

762 99 12
                                    

kali ini ratenya agak menjurus ke mature ya teman teman :)) yang belum saatnya baca tolong jangan baca hehehehehe

"Selamat pagi, Mas Rangga,"
Rangga memberi senyum kecil pada sapaan ramah yang setiap pagi ia terima. Kadang-kadang dengan bonus rayuan receh khas Dilan. Meski begitu tak bosan juga mendengar suara sumringah bocah itu. "Selamat pagi, Dek Dilan." 

Rangga menarik kursi di depan Dilan, mendudukkan diri di sana. Supaya leluasa memerhatikan gerak gerik Dilan dengan urusan dapurnya.

"Kopi susu lagi pagi ini, Mas?"

Rangga mengangguk. "Iya, jangan manis-manis, ya, Dek Dilan."

"Kopi susunya atau Dilan, Mas Rangga?" Nada suaranya meninggi jahil pada ujung kalimatnya. Bukan Dilan namanya kalau tidak tengil begini. 

Jawab Rangga, "Dua-duanya." Sudut bibirnya ikut terangkat, meladeni godaan Dilan. 

Tangan Dilan sigap bekerja. "Oke. Satu kopi susu yang tidak terlalu manis, soalnya sudah ada Dilan yang terlalu manis," Ucapnya menyebut lagi pesanan Rangga. Sambil mengerling sekali yang dibalas senyum menantang.

"Hari ini apa menunya, Dek Dilan?"
Ingin Dilan berkata, dirinya. "Nasi goreng, Mas Rangga. Tapi disajikan spesial."

"Dengan telur? Atau dengan cinta?"
Cengiran signature Dilan tampak, tandanya akan ada goda lagi yang terucap. Tapi Rangga hanya tersenyum sambil terus menjaga kontak matanya, memersilakan. "Bukan. Disajikan spesial dengan bibir Dilan."
"Saya pesan satu."

Dilan berjalan keluar dari dapur dengan kedua tangan penuh dengan pesanan Rangga yang diletakkan pelan ke hadapannya. Tangan Dilan kemudian menarik tali pada apronnya, menyisakan kaus kebesaran milik Rangga tanpa celana. Ia menggenggam kedua pundak Rangga sebagai tumpuan, lalu duduk pada pangkuan si pria.
Diiringi senyumnya makin lebar, ia menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya sendiri. "Silakan dinikmati, Mas Rangga." kemudian melumat bibir lawannya, yang dibalas Rangga tak kalah hebat.

Lama kemudian ketika bibir Rangga tak hanya hinggap pada bibir, tapi juga leher dan dada, Dilan mendorongnya. "Kamar, jangan?"

"Kalau kamu ingin dipergoki Disa dan dimarahi Bunda lagi, sih, tidak perlu."

Dilan tampak berpikir sebentar, bibirnya sedikit maju membuat Rangga makin tak tahan. "Kamar saja. Nanti kalau ada yang kepingin, bagaimana? Aku tidak rela bagi-bagi."

"Sebegitu menggairahkannya kah badan saya, Dilan?"

"Percaya diri sekali. Yang Dilan maksud pantat Dilan. Memang Mas rela kalau ada yang pingin sama pantat montok Dilan?" Dilan dengan cengiran miring dan rambut berantakannya duduk di atas pangkuannya. Oh jangan lupakan sisa liur pada sekitar bibirnya. Mana ada yang lebih membuat Rangga antusias dari ini.

"Kalau itu saya setuju."

Sang Panglima Tempur +RandilanWhere stories live. Discover now