Prolog

135 8 0
                                    


Ballad of Ten Thousand Gu

Karangan Ye Xiao (叶笑)

Diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh: cathartic city

Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh: Ai

Editor Bahasa Indonesia: Ciella

Selamat membaca!

[Catatan]

Gu di judul merujuk pada racun yang berasal dari bisa beracun. Pembuatan tradisional gu adalah dengan menaruh hewan-hewan beracun (lipan, ular, atau kalajengking) ke dalam satu wadah tertutup dan membiarkan mereka untuk saling memakan satu sama lain agar racunnya terpusat pada satu hewan terakhir yang berhasil selamat.

[Prolog]

Hari itu, ia datang menemuiku.

Saat itu, udaranya lembab karena hujan yang turun rintik-rintik, dan aku sedang memainkan pipa di dalam rumah bambuku. Lagunya sangatlah menyedihkan dan tragis, mengangetkan semut-semut di sekitar yang langsung menyebar kabur. Namun, meski dengan lagu suram yang kumainkan, muka pria itu tetap menggambarkan ketenangan ketika ia berjalan mendekat ke arahku.

Rambutnya hitam pekat dan jubahnya seputih salju. Di dahinya terdapat sebuah simbol yang tampak seperti ular berwarna merah. Ia melihat ke arahku, tatapannya sejernih kolam air terpencil, tidak ada sedikitpun emosi.

Mengikutinya di belakang ialah seorang wanita muda yang mukanya tersembunyi di balik topi yang ia gunakan. Di sekeliling topinya, digantungkan kain putih yang menjuntai hingga lutut sehingga sosok dirinya tersembunyikan sepenuhnya. Tanpa sadar, aku terus memandangi wanita tersebut, berpikir dalam hati bahwa di balik cadarnya itu pasti ia adalah seorang wanita yang sangat menawan.

"Aku datang meminta bantuanmu untuk menemukan seseorang." Pada akhirnya, pria itu berbicara. Suaranya sungguh sedingin orangnya.

Aku meliriknya sekilas masih dengan memainkan pipaku, kepalaku masih tetap tertunduk. "Penguasa Takdir tidak menerima permintaan untuk melacak orang hilang. Silahkan pergi, aku tidak akan mengantar."

"Ia datang untuk mencarimu tiga tahun yang lalu," lanjutnya. Tatapannya terlihat tajam.

Tanganku yang tadinya sedang memainkan pipa tersentak. Pada akhirnya, aku mengangkat kepalaku dan bertanya, "siapa yang kau cari?"

"Muridku," jawab pria itu. Untuk pertama kalinya, tersirat sedikit emosi dalam suaranya, seakan-akan perasaan meluap-luap yang sedang menyiksa hatinya sudah tak tertahankan lagi. "Su Bai."

...

Aku mengingat orang yang bernama Su Bai itu, karena ia telah meninggalkan kesan yang begitu mendalam bagiku.

Ia adalah pelanggan pertamaku, dan hingga sekarang adalah satu-satunya pelanggan yang permintaannya tidak dapat kupenuhi.

Aku pertama kali bertemu dengannya tiga tahun yang lalu. Saat itu, Kerajaan Yue dan Kerajaan Zhao Selatan sedang berada di tengah peperangan, dan aku adalah murid dari guruku yang merupakan seorang Penguasa Takdir paling terkenal di medan perang. Hari itu, karena aku menggunakan batu penentu arah angin tanpa seizin guruku, ia mengeluarkanku dari perguruan sebagai luapan emosi sesaat. Sebagai hasilnya, ketika malam tiba, aku tidak memiliki pilihan lain selain memanggang kentang manis di tempat yang jauh dari perkemahan barak agar tidak mati kelaparan.

Saat itulah aku pertama kali bertemu dengan Su Bai.

Sesaat setelah aku selesai memanggang kentang manis, ia melompat turun ke tanah dari atas pohon.

Ia berlutut dan menjulurkan tangan rampingnya kepadaku sambil berkata, "beri aku satu."

Aku adalah orang yang baik hati dan murah hati, dan setelah mempertimbangkan ular sanca besar di belakangnya yang lebarnya mencapai ukuran dua pria dewasa, aku memberinya kentang manis. Setelah itu, kami berdua duduk berhadapan satu sama lain selagi memakan kentang manis tanpa bersuara sedikitpun.

Setelah kami selesai, ia memberiku sebuah gelas bambu berisi air, sebelum bertanya dengan penasaran, "kudengar kau adalah murid dari Penguasa Takdir. Apakah kau juga akan menjadi Penguasa Takdir suatu saat nanti?"

"Apa yang kau inginkan?" Aku bertanya dengan heran.

Ia menundukkan kepalanya dan mengambil sebuah ranting pohon untuk mengatur api unggun kami. Sesaat setelahnya, ia tersenyum, matanya melengkung menjadi seperti bulan sabit. "Aku ingin memiliki sebuah mimpi setelah aku mati."

"Apa yang terjadi?" Dengan penasaran, aku mendekat kepadanya.

Ia tidak menyadari hal itu, dan terus melanjutkan aktivitasnya mendorong-dorong api unggun menggunakan ranting.

Pada akhirnya, ia berkata, "aku adalah seorang Master Gu, tetapi aku juga adalah orang Han China. Namaku adalah Su Bai."

.

.

.

(T/N: hai hai hai~~~ pertama, akan saya tegaskan bahwa novel ini bukan karangan saya dan saya hanya menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari terjemahan bahasa Inggris catharic city. Novel ini sepenuhnya adalah milik author Ye Xiao (叶笑). Dan karena saya begitu menyukai ceritanya, maka saya memutuskan untuk menerjemahkannya. Ye Xiao-sensei thank you for writing such a beautiful story~ :"""""))

Ballad of Ten Thousand GuWhere stories live. Discover now