• neuf

917 182 12
                                    

Liam terlihat mengerjap berkali-kali. Benaknya masih berusaha memproses informasi yang baru saja diterimanya beberapa menit yang lalu.

"Jadi.. kalian berdua memanfaatkan Amabelle Sanders?" Liam tiba-tiba buka suara. Tangan kananya berada di pelipis, memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing.

"Tidak seperti itu, Li." bantah Niall, nada suaranya terdengar ragu-ragu. "Jadi kalau bukan memanfaatkan Sanders itu apa namanya?" tanya Liam ketus. Di satu sisi ia benar-benar kecewa pada dua sahabatnya ini.

"Itu semua salahku." Zayn tiba-tiba buka suara. "Harusnya aku tidak pernah berkata sekasar itu padanya."

Liam menggeleng, "Sebenarnya kalau kau tidak pernah berkata seperti itu, ia tidak akan tau kalau banyak orang yang selama ini memanfaatkanya. Itu lebih buruk lagi." terang Liam.

Kalau boleh jujur, Liam Payne sudah cukup lama memperhatikan Amabelle. Ia suka cara Amabelle tenggelam dalam bukunya saat ia membaca. Ia juga suka Amabelle yang selalu terlihat manis dengan rok selutut dan sweater warna pastel. Namun, Liam hanya bisa menelan ludah saat dua sahabatnya ini perlahan-lahan berkencan dengan Amabelle.

Dan sekarang, ia kehilangan kesempatanya untuk hanya sekedar berteman dengan Amabelle.

*

Keesokan paginya, Liam cepat-cepat mencari gadis itu. Namun entah kenapa, ia tidak bisa menemukan Amabelle. Pada akhirnya Liam pulang dengan tangan kosong. Niatnya yang ingin meluruskan semua pada Amabelle malah sia-sia.

Liam menendang kerikil kecil yang bertebaran di tengah jalan kemudian menghela nafas berat. Kemudian saat ia baru saja akan mengambil langkah maju, pandanganya menangkap Amabelle.

Iya, Amabelle Sanders.

Gadis itu duduk di pagar pembatas jalan, membelakanginya. Liam kemudian tersenyum kecil dan perlahan mengambil tempat di sebelah gadis itu.

"Hello, dummy." ucap Amabelle dengan senyum jahil tepat saat Liam duduk di pagar pembatas jalan, persis seperti gadis itu. "Kau tau tidak, aku hanya perlu mendorongmu sedikit saja dan kau akan berguling masuk ke jurang di bawah sana." sambung Amabelle sambil menatap Liam. Gadis itu kemudian menghisap rokok yang sedari tadi ada di tanganya dan tersenyum samar. Seakan semua bebanya terangkat saat asap nikotin itu memenuhi paru-parunya.

Liam tertawa renyah, "Tapi kau tidak melakukanya." pria itu tersenyum kecil pada Amabelle.

"Ha?" Amabelle menaikkan alis, tidak mengerti dengan perkataan Liam.

"Kau bisa saja mendorongku," terang Liam, senyum jahil perlahan muncul di wajahnya. "Tapi kau tidak melakukanya dan kau juga tidak jutek hari ini." tambah pria itu lagi.

Kali ini Amabelle tertawa. Bukan tawa sarkartis yang selalu di perlihatkanya selama ini, melainkan tawa sungguhan. "Mungkin aku hanya butuh teman sekarang." kata gadis itu pelan sekali.

"I'll gladly be your friend." Liam tersenyum lebar sambil menatap Amabelle, menunggu gadis itu membalas perkataanya.

Namun Amabelle menunduk diam dan sedetik kemudian ekspresi dingin itu kembali terpancar di wajahnya. "Tidak perlu." ucap gadis itu ketus.

Oh, there she is, batin Liam. Pria itu tau benar apa yang Amabelle pikirkan. Amabelle pasti mengira Liam menginginkan sesuatu dari Amabelle, Liam ingin memanfaatkan gadis itu. Tapi nyatanya tidak begitu dan Amabelle perlu tau akan hal itu.

"Hei, Amabelle." panggil Liam pelan. Gadis itu menoleh dengan ekspresi datar. Liam memperhatikan Amabelle lama, ia bisa melihat di balik eyeliner hitam yang tebal itu sebenarnya mata Amabelle bengkak dan merah. Ia bisa menebak gadis itu baru saja menangis. Dan di balik lipstik gelapnya itu, Liam tau ada senyum manis yang tersembunyi. Jadi Liam menatap Amabelle lembut dan tersenyum kecil.

"Aku tau kok apa yang membuatmu seperti ini." Amabelle terlihat ingin protes namun Liam mengisyaratkan gadis itu untuk diam. "Aku tau apa yang sebenarnya terjadi diantara kau dan semua mantan serta teman-temanmu. Kau merasa.. dimanfaatkan bukan?" Liam menghela nafas saat mendapati Amabelle diam tak berkutik.

"Ada dua tipe orang di dunia ini, Amabelle, orang baik dan orang yang tidak perduli. Jangan protes, ini teoriku. Menurutku orang yang memanfaatkanmu bukanlah orang jahat, mereka orang yang tidak perduli. Tidak perduli dengan apa yang di timbulkanya." Liam tersenyum kecil. "Tidak semua orang seperti itu Amabelle. Di luar sana masih banyak orang baik kok."

"Kau orang yang baik, Amabelle. Orang-orang hanya salah mengartikan kebaikanmu. Jangan biarkan mereka mengubahmu menjadi pribadi yang tidak kau sukai." Liam menghela nafas. "Kau bisa anggap aku sok tau, tapi aku bisa melihat kau sendiri tidak nyaman dengan dirimu yang sekarang." Liam menatap Amabelle yang balas menatapnya. Mata gadis itu berkaca-kaca. Liam kemudian meraih rokok di dalam genggaman gadis itu dan membuangnya. "You deserve so much better than this." tambahnya.

Amabelle mengerjap perlahan dan menatap Liam dengan pandangan tak suka, "Kau tau apa sih, Liam? Di manfaatkan? Bicara apa kau in-"

"Zayn dan Niall sudah cerita semuanya. Mereka benar-benar menyesal. Ku harap kau mau memaafkan mereka." potong Liam.

"Jangan sok tau." balas Amabelle sekasar yang ia bisa namun gagal, Liam bisa mendengar suara gadis itu bergetar. "Kau.. kau cuma orang asing. Jangan mengurusi hidupku, aku tak butuh di kasihani." sambung Amabelle dan Liam bisa melihat dari sorot mata gadis itu bahwa ia marah.

Namun Liam hanya tersenyum kecil dan menghela nafas, "Aku tau aku ini sok tau sekali. Dan aku hanya orang asing. Maka dari itu, Amabelle, biarkan aku jadi temanmu jadi kau dapat menceritakan yang sebenarnya terjadi padaku." balas pria itu ringan sementara Amabelle bungkam.

Liam kemudian berdiri, memasukkan tanganya kedalam kantung dan menatap Amabelle tepat di mata. "Tawaran untuk berteman itu masih berlaku sampai kapanpun, Amabelle. Let me know if you change your mind."

Liam sudah bersiap untuk berjalan pergi namun sedetik kemudian membalikkan tubuhnya dan menatap Amabelle yang menunduk, "Oiya Amabelle, kalau boleh jujur aku lebih suka melihatmu dengan sweater kebesaran dan rok bunga-bunga," ia menggantung kalimatnya dan tertawa kecil. "Meskipun kau terlihat hot saat kau berdandan seperti ini."

Dan dengan seulas senyum terakhir, Liam Payne berjalan menjauhi Amabelle Sanders yang perlahan menangis tersedu-sedu.

A/N

hai hai:3 gatau mau blg apa sebenernya-_- cuma makasih banget udah ikutin scavenger sampai sekarang huehe maaf kalo ini absurd atau aneh atau apalah. nah kalian pasti udah tau endingnya kan-_- yasudahlah-_- oiya nanya dong, pendapat kalian tentang cerita ini gimana? hehehe
besok aku post chapter terakhirnya yah tp bsk aku udh masuk sekolah hiks:(

elsa.

scavenger 囧 znlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang