Epilogue

6.5K 765 103
                                    

.
.
.

Benar. Taehyung tidak pernah tau bagaimana rasanya menjadi Jimin, bahkan setelah bertahun-tahun mengekori kemanapun saudaranya pergi. Taehyung tidak akan pernah mengerti, karena dirinya memiliki kehidupan seperti orang normal lainnya.

Taehyung hanya tau bahwa ia tak memiliki cukup waktu untuk bermain bersama saudaranya lagi semenjak vonis itu. Oleh sebabnya, ia selalu berusaha untuk melebur di antara kehidupannya dan kehidupan Jimin. Tetapi ia gagal. Ego mematahkan keinginannya, bahkan kebahagiaan saudaranya.

Taehyung tau sekali jika Jimin menyukai siang dan malam. Ia tau Jimin menyukai keduanya, tetapi hatinya sakit ketika saudaranya itu harus merelakan salah satunya di antara kedua hal yang bertolak belakang itu.

Selama ini Taehyung naïve. Ia pikir kehidupan keluarganya akan masih sama. Ia pikir saudaranya kan selalu bahagia dengan kehidupannya seperti itu. Pada kenyataannya, tak ada satupun dari mereka yang bahagia. Bahkan sang ayah yang selalu menyembunyikan emosinya.

Taehyung ingat ketika Jimin berkali-kali mengatakan ingin menyerah, dan Taehyung yang akan selalu menjadi pencegahnya. Ia tak tau jika hal itu ternyata sama saja seperti menabur garam di atas luka yang menganga. Jimin tidak bahagia dan ia ingin terbebas.

Dilema menyerang Taehyung dan meruntuhkan benteng pertahanannya. Di satu sisi, ia tak ingin kehilangan saudaranya, tetapi di sisi lain hatinya ikut sakit melihat saudaranya terus-terusan tersiksa.

Pada akhirnya, malam itu Taehyung memantapkan hati.

Ia membiarkan Jimin memilih jalan hidupnya.

.
.
.

Langkah panjang itu membawanya pada suatu tempat yang dipenuhi bunga matahari, dengan sebuah foto yang menampilkan sebuah senyuman lebar favorite-nya.

"Hi, Jim. Aku kembali lagi," ujar Taehyung sambil menaruh sebuah buket bunga matahari di hadapan foto saudara yang amat dirindukannya itu.

"Aku baru pulang dari Afrika tadi pagi, dan aku sangat merindukanmu."

Taehyung memilih untuk duduk di atas tanah—menyamankan diri menatap foto di hadapannya.

"Kau tau? Aku kembali bertemu dengan beberapa orang yang special seperti dirimu. Aku bermain bersama mereka ... seperti kita dulu. Sayang aku tak bisa mengajakmu kesana, Jim."

Taehyung menghela napasnya perlahan—mulai terbawa dengan rasa rindu yang memuncak sampai ke pangkal tenggorokannya.

"Jim ... aku ingin mereka memiliki sebuah harapan untuk bertahan hidup. Sampai saatnya waktu yang akan menghentikan, aku ingin mereka merasakan kebahagiaan."

"Jim ... terimakasih telah menjadi salah satu alasan untukku berbagi bersama mereka. Kini, kau bisa melihat bulan dan bintang lebih jelas kan dari atas sana? Aku berjanji untuk selalu menjadi matahari yang paling bersinar, seperti yang kau inginkan."

Taehyung tak lagi menitikkan air mata untuk kunjungannya kali ini, walaupun tak dapat dipungkiri bahwa hatinya meraungkan kerinduan. Taehyung bahagia melihat senyuman itu, persis seperti senyuman terakhir yang Jimin berikan untuknya. Senyuman dengan pancaran kehangatan.

Jadi, yang seharusnya menjadi matahari siapa, Jim?

.
.
.

END

.
.
.

Just few words from Taehyung's side
Karena kangen banget sama VMIN kuuuuu ♡

Anyway, ada yang gabisa napas liat si polos PARK JIMIN jadi model iklan celana dalem?

Also, 2k??!!OMG!!! Thank you yang udah nyempetin singgah di lapaknya vmin yang ga seberapa iniiii♡♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Also, 2k??!!
OMG!!! Thank you yang udah nyempetin singgah di lapaknya vmin yang ga seberapa iniiii♡♡

Thanks for all of your comments and support

Love yaaaa♡

.
.
.

catastrophile101

(Sejujurnya aku lupa ada Epilog hahahah maafkan)

Republished

31052020

The Moon and The Sun - VMIN BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang