Sendiri

30 2 0
                                    

Keesokkan harinya murid-murid kelas XII-IPA melaksanakkan kbmnya kembali.

Di barisan paling kiri belakang terdapat satu kursi khusus. Kursi itu sebenarnya di tempati oleh Sisca.

Sisca merupakan siswa yang berlatar belakang berbeda dari teman-temannya.

Sisca adalah korban bullying di kelas itu.

Ia selalu menjadi target oleh teman-temannya yang jahil. Namun ia tidak pernah membalas. Ia hanya bisa nangis dan pergi menjauh dari teman-temannya ketika ia di jahili.

Toilet sekolah yang menjadi saksi atas apa yang di alami oleh Sisca.

Karena ketika ia di bully pasti ia langsung pergi ke toilet untuk menyembunyikan kesedihan dan amarahnya.

Suatu ketika, Sisca kembali di bully oleh teman-temannya. Buku sekolah Sisca secara sengaja di buang oleh temannya yang bernama Vena.

Siscapun mengambil buku itu dari tempat sampah dan pergi meninggalkan Vena dan gengnya.

Sisca berlari menuju ke toilet sebagaimana biasanya. Ia langsung masuk ke salah satu bilik toilet, menguncinya lalu menangis.

Setelah ia merasa lumayan lega karena sudah mengeluarkan kesedihannya.

Ia memutuskan untuk membersihkan buku yang tadi di buang ke tempat sampah.

Namun anehnya buku itu berubah menjadi sebuah buku berjudul "Story in a Book" padahal ia yakin buku yang dari tadi ada di genggamannya merupakan buku pelajaran.

Dengan penuh kebingungan, Sisca membuka buku itu. Tetapi buku itu hanya berisi lembaran kosong.

Karena buku itu kosong dan ia tidak tau siapa pemiliknya. Ia mencoba untuk ke ruang perpustakaan. Siapa tahu buku itu memang seharusnya berada di perpustakaan.

Sekembalinya Sisca dari perpustakaan. Ia duduk di bangku taman sekolah sambil meratapi nasibnya.

Namun tiba tiba saat ia hendak berdiri untuk kembali ke kelas. Ada sebuah buku yang jatuh dari pangkuannya.

Sisca mulai berbicara dalam hati, "Buku ini kok aneh banget, tadi gw inget banget udah gw balikin keperpus. Tapi, kenapa dia bisa ada lagi sama gw".

Akhirnya Sisca memutuskan kembali duduk dan membuka buku itu.

Sisca mulai berbicara lagi dalam hati, "Buku ini apa gw tulis-tulis aja kal ya mumpung masih kosong dan dia bisa gw jadiin sebagai media curhat buat gw".

Setelah menulis apa yang terjadi kepada dirinya dan beberapa harapan supaya ia tidak di bully lagi.

Sisca kemudian pergi dari taman sekolah dan kembali ke kelas.

Setelah Sisca masuk ke dalam kelas, suasana kelas sangat berbeda dari biasanya. Tidak ada sama sekali yang menjaili Sisca.

Beberapa keanehanpun berlanjut pada hari itu sampai bel pulang sekolah berbunyi.






Story in a Book Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang