Chapter 5 ( Bahasa )

2.6K 365 44
                                    

BRAKKK....

Kongpop meninju meja kerjanya dengan kesal. 2 hari lagi menuju persidangan pertama. Arthit masih didalam rumah sakit karena Kongpop tak ingin Arthit masuk kedalam sel penjara selama kasus ini berlangsung. Kenapa tak ada yang bukti yang menguatkan alibi Arthit ? Kongpop sudah pergi ke cafe itu dari pernyataan maupun cctv membenarkan bahwa Arthit memang berada dicafe tersebut para hari itu.

Lagipula ternyata Pring menyatakan perang. Dia beralih meminta bantuan Jay, si pengacara ular itu. Jay terkenal dengan kelicikannya dan memanipulasi bukti lebih dari yang Kongpop lakukan selama ini tapi Jay belum pernah menang sekalipun jika Kasusnya berhadapan dengan Kongpop.

Kongpop berusaha menghubungi Som, suami Pring tapi hasilnya nihil. Kongpop sudah meminta bantuan temannya Wad yang seorang polisi menyatakan bahwa P'Som tak pernah keluar negeri selama 3 minggu terakhir ini. Som telah berbohong kepada Arthit tapi untuk apa ? Motifnya apa berbuat seperti itu ?.

"Aku keluar sebentar Naem." Pesan Kongpop kepada sang sekretaris.

Selagi Kongpop berjalan menuju pintu keluar, ada seorang kurir yang menanyakan alamat kepadanya.

"Apa benar disini Lawyer Kongpop & Friends ?" Tanya kurir itu.

"Benar. Disini gedungnya. Anda bisa naik ke lt 17."

Kurir itu pun mengangguk mengerti dan segere berjalan menuju lift.

"Tunggu, boleh saya tahu paket itu untuk siapa ?" Kata Kongpop yang baru teringat bahwa jarang sekali kantornya menerima paket sebesar itu biasanya hanya dokumen saja.

"Untuk Mr. Kongpop." Kata Kurir itu menjawab pertanyaan Kongpop.

"Saya orangnya." Kurir mendengarnya dengan senang, toh dia tak perlu repot-repot mengantarkan sampai ke lantai 17.

"Boleh saya minta identitas anda ?" Tanya Kurir itu untuk menyakinkan.
Kongpop memberikan id card nya. Setelah memastikan bahwa orang menerima paketnya adalah Kongpop, sang kurir segera meminta Kongpop menandatangai resi penerima paket dan menyelipkan kertas di resi tersebut.

"Ini...." Kongpop menatap bingung.

"Silakan ditanda tangan Mr. Kongpop." Kata Kurir itu sedikit kencang agar orang lain menerimanya.

Kongpop mengerti kodenya dan segera melakukan apa yang diminta oleh kurir itu dan menyimpan resi serta kertas kedalam kantongnya.

"Saya permisi" Kata Kurir itu berlalu pergi.

Kongpop masih dengan biasa berjalan santai menuju mobilnya agar tak ada yang mencurigainya, pasalnya kurir itu memberikan sesuatu dengan rahasia jadi ia tahu pasti ada yang mengintainya.

Kongpop melajukan mobilnya sampai ketempat yang menurutnya aman. Dibongkarnya paket tersebut tapi hanya berisi buku-buku seminar hukum saja yang dibungkus dengan box besar, tak ada yang lain. Diambilnya kertas yang diberikan sang kurir tadi, berisikan :

Temui aku di cafe XXX pukul 9 malam hari ini. Dan minumlah pink milk.Ini penting untuk kasusmu.

Walau Kongpop merasa curiga tapi ia memutuskan untuk menemui orang yang menulis kertas itu. Entah itu berita baik atau buruk tapi Kongpop pasti mendapatkan petunjuk darinya.

***

Kongpop berdandan secasual mungkin agar tidak menyolok penampilannya. Ia perlu melakukan itu agar gerak geriknya tak diintai. Kongpop mencari tempat duduk yang agak pojok agar tak menarik perhatian sekitarnya.

"Permisi, anda mau pesan apa ?" Tanya salah satu pelayan cafe itu.

"Pink milk." Jawaban Kongpop yang membuat pelayan itu terkejut lalu mengerti karena di cafe ini tidak menyediakan minuman pink milk.

"Anda bisa berjalan ke arah toilet ujung sana lalu seseorang akan menemui anda. Ikuti saja orang tersebut." Kata Pelayan sambil pura -pura mencatat pesanan Kongpop.

Tak berapa lama Kongpop bangkit mengikuti arahan dari pelayan itu. Kongpop disambut kurir yabg tadi membawakan paket tadi.

"Ikuti aku, cepat." Ajak kurir itu menuju ke lantai dua. Kongpop hanya diam dan mengikutinya.

Kurir itu membukakan pintu dan didalam ruangan tersebut ada seseorang yang duduk dibelakang meja.

"Silakan duduk." Kata orang itu. Kongpop dan kurir itu duduk berhadap-hadapan.

"Maaf memanggilmu seperti ini. Tapi aku tak punya cara lain. Aku Bright dan di Rome." Kata Bright memperkenalkan dirinya dan nama kurir itu

"Aku Kongpop." Kata Kongpop membalas perkenalan mereka.

"Kami sudah tahu P." Kata Rome yang tertawa mendengar perkataan Kongpop.

"Hushh diam Rome." Rome segera terdiam memanyunkan bibirnya.

"Maaf tapi anda ada perlu apa dengan saya ?" Tanya Kongpop yang masih binggung arah pertemuan ini.

"Ini mengenai Arthit. Kasus yang kau tangani sekarang."

"Anda mengenal P'Arthit ?"

"Jangan panggil anda, panggil saya P'Bright. Ya saya mengenal Arthit dulu ia pernah menolong si mungil itu." Kata Bright yang menunjukkan jarinya ke Rome.

"Iya P'Arthit pernah menolongku hehehe..."

"Jadi P'Bright mau membantu saya ?"

"Benar tapi saya tidak bisa membantu secara terang-terangan. Karena ada seseorang yang kejam dibalik semua ini walau saya belum tahu orang itu siapa. Kau juga merasakan susah untuk mencari petunjuk bukan."

Kongpop menganggukan kepalanya.

"Sama sepertiku. Asal kau tahu aku sengaja mengirimkan Rome untuk menemuimu, mencari tahu seperti apa kau Kongpop. Dan sudah berkali-kali mengirimkan Paket dan tentu saja itu paket umum. Karena aku meminta Rome untuk memastikan siapa penerimanya, Jika bukan kau maka kertas tersebut tak akan diberikan." Lanjut Bright.

"Tapi aku tak pernah menerima paket apapun selama 3 minggu ini." Kata Kongpop mengenyitkan dahinya. Benar selama ini tak ada paket apapun untuknya.

"Dan kau tahu apa artinya itu ?"

"Ada mata-mata dikantorku."

Author :

Hehehehe... akhirnya selesai juga update 2 chapter 😁😁. Next up-nya minggu depan ya. See you 😘😘.

5. The Victim (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang