Prolog ( Bahasa )

10K 439 58
                                    

Kongpop kondang ternama yang dapat menyelesaikan kasus - kasus yang susah, apapun permintaan klien ya baik itu benar atau salah bisa dimenangkan oleh Kongpop. Sedangkan Arthit adalah seorang jaksa penuntut yang jujur, ia sangat membenci tindakan kriminalitas yang merugikan orang lain.

Kongpop dan Arthit bagaikan air dan api dalam persidangan, layaknya kartun tom dan jerry yang sering ada dilayar televisi.

Contohnya persidangan perselingkuhan kali inipun dimenangkan oleh Kongpop dari pihak wanita. Sudah jelas wanita tersebut hanya menginginkan harta dari pihak pria, ia menuntut sejumlah uang bulanan yang sangat tinggi, belum lagi hak asuh anak mereka jatuh ketangan pihak wanita yang hanya berpura-pura peduli pada anak tersebut untuk mendapatkan uang tunjangan lebih banyak lagi.

"Apa kau tahu apa kesalahanmu ?" Geram Arthit yang menghampiri Kongpop sesudah persidangan.

"Menurut P, apa kesalahanku ?"

"Aku tak peduli dengan harta yang ia dapat, tapi bagaimana dengan anak itu ? Anak itu masih kecil. Apa kau tak pernah memikirkan masa depannya ? Wanita itu hanya memanfaatkan saja." Sungguh Arthit tak habis pikir bagaimana ada manusia yang tak punya hati seperti Kongpop.

"Itu bukan urusanku P." Jawab kongpop angkuh.

"Kau...."

"Jika P marah, maka perdalam kemampuanmu agar bisa menang menghadapiku."

"Saat itu pasti akan tiba Kongpop."

"Aku menantikannya P." Kongpop pergi melaju dengan senyum kemenangan. Ahh pundi-pundi uangnya akan segera bertambah banyak, Kongpop medapatkan upah yang lumayan banyak dari kasus ini.

***

Arthit membanting tas kerjanya dengan kesal diruang tamu.

"Kau kenapa lagi Arthit ? Kalah lagi dari Kongpop." Tanya Phonya yang sudah mengetahui wajah kekalahan Arthit setelah beberapa kali Arthit pulang dari persidangan.

"Pho, jangan sebut namanya. Aku muak dengan manusia yang tak punya hati itu."

"Sabar Arthit, semua ada karmanya." Kata Pho bijak.

"Iya, tapi sampai kapan Pho ? Para kriminal itu terus saja berkuasa dan berkeliaran. Mereka menganggu orang yang baik."

"Semua ada waktunya Arthit."

"Aku tahu Pho, aku tahu. Tapi sampai kapan ?"

"Lebih baik kau mandi saja, dinginkan kepalamu."

"Baik Pho." Arthit melangkah tidak semangat ke kamar mandi. Mungkin Pho benar, ia harus menjernihkan isi kepalanya dan tidur nyenyak malam ini agar bisa menpunyai energi untuk menghadapi kasus - kasus berikutnya.

***

Kongpop berjalan angkuh menuju kantornya yang megah. Kantor pengacaranya merupakan salah satu kantor pengacara yang paling dicari di seluruh Thailand. Kliennya saja dari kalangan kelas atas, para pengusaha, pejabat, artis terkenal dan banyak lagi.

Bagi Kongpop, tak ada yang lebih penting daripada uang. Ia tahu betapa susahnya ia mendaki karir hingga mencapai puncak, tak ada seorangpun yang dapat menghalanginya.

"Say cheers Arthit." Kata Kongpop mengangkat gelas didepan foto Arthit yang terpampang jelas dimeja kerjanya. Tak ada seorangpun yang tahu kenapa Kongpop memajang foto Arthit di meja kerjanya, yang mereka ketahui bahwa Kongpop dan Arthit adalah musuh bebuyutan yang tak pernah mengenal kata damai.

Tok.... tok....

"Masuk." Teriak Kongpop merasa terganggu dari aktivitasnya.

"Permisi Bos, ada yang ingin ketemu dengan bos."

"Apa ia sudah punya janji denganku ?"

"Belum bos."

"Kalau gitu suruh pergi saja, aku tak ingin menangani klien yang tak mengatur janji terlebih dahulu."

"Baik bos." Sang seketarispun pergi melaksanakan perintah dari bosnya.

Tiba-tiba seseorang pak tua masuk tanpa permisi, Kongpop mendelik tak suka tapi walaupun begitu ia tetap harus bersikap profesional.

"Maaf Bos, bapak ini tiba-tiba memaksa masuk." Kata sang sekretaris yang takut akan kehilangan pekerjaannya karena kejadian ini.

"Tak apa, keluarlah." Sang sekretarispun menurutinya. " Silakan duduk pak."

Pak tua itu mengambil kursi didepan meja Kongpop.

"Ada yang bisa kubantu ?" Tanya Kongpop berbasa basi walau sebenatnya ia malas meladeni pak tua ini.

"Tolong selamatkan anak saya."

"Boleh saya tahu kasusnya apa ?"

"Pelecehan seksual." Kata pak tua sedih.

"Berapa banyak uang yang anda punya?" Kongpop berpikir tak mungkin pak tua ini sanggup membayarnya. Jasa Kongpop bukan untuk orang rendahan macam pak tua ini.

"Berapapun yang anda minta akan saya usahakan." Kata pak tua itu menangis.

"Anda tahu kalau jasa saya mahal." Pak tua kaget karena Kongpop langsung terang-terangan mengatakannya.

"Ini sertifikat rumah saya, saya mohon tolong selamatkan anak saya. Anak saya tidak bersalah." Kata pak tua itu bergetar sambil menyodorkan sertifikat rumahnya.

"Siapa nama anak anda ?"

"Arthit. Arthit Rojnapat."

Author :

Tanpa sengaja saya tiba-tiba kepikiran ingin menulis tentang kriminal, saya ragu cerita ini akan disukai atau tidak.

Saya test dulu buat prolognya, jika banyak yang suka akan saya lanjutkan ceritanya. Jika tidak ya ceritanya buat saya sendiri saja wkwkwkkwk ( author gak jelas ).

Nanti juga saya ingin membuat cerita versi fantasy. Seperti cerita ini akan ditest dulu dengan prolog untuk lanjut atau tidaknya. Nambah hutang ff deh 🤣🤣🤣🤣🤣.

Jangan sungkan-sungkan memberikan pendapat dan kritikannya.

Thanks,

Lazy Writer.

5. The Victim (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang