Epilog | Umbrella

595 74 12
                                    

1 tahun kemudian

Plash!

     "Aisshh!!" genangan air mengenai pergelangan kakiku. Setahun lamanya sejak musim hujan kembali datang dan pergi membasahi kota Seoul.

     Jika kalian berpikir selama ini aku berhasil melupakan Jungkook itu salah. Semakin aku mencoba melupakannya maka akan semakin besar juga kerinduanku padanya.

     Selama ini, air mata kutahan dengan baik di mataku. Tapi sebenarnya aku menangis, ke mana pun aku pergi, awan hujan kecilku mengapung di atas kepalaku untuk mewakili perasaanku.

     Sekeras apapun aku mencoba untuk  meraih awan kecil itu, aku tidak pernah berhasil. Aku terlalu pendek, itu selalu di atas jangkauanku. Jungkook bisa saja menjadi payung yang menutupi kepalaku.

     Pada malam ketika hujan dingin jatuh di pundakku, aku selalu menunggu Jungkook yang sudah menjadi kebiasaan di sampingku. Jadi, apa sebenarnya aku tidak bisa hidup tanpa Jungkook? Kesimpulan yang bodoh.

     Bahkan ketika aku menutup jendela dan menutup mata, turunnya hujan yang dingin akan membangunkanku segera dan mengingatkanku padanya. Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaanya.

     Selama ini aku mencoba untuk mengikuti perkataan tuan Jeon karena aku sendiri tidak menginginkan terjadi sesuatu yang dapat melukai Jungkook.

      Aku mencoba tidak mengunjungi kedai kopi tersebut selama ini, mencoba untuk menghindari jalanan yang biasa aku gunakan saat bertemu Jungkook dan bekerja lebih keras dan giat untuk mengalihkan pikiranku dari Jungkook.

     Aku tidak yakin apakah Jungkook masih mengunjungi kedai kopi itu atau tidak. Tidak yakin apakah ia masih menyukai hujan dan menikmatinya seperti tahun lalu. Aku tidak tahu apa-apa lagi tentangnya.

     Hari ini aku pulang lebih awal dari biasanya. Mencoba mengajak Mark untuk sekedar menemaniku jalan-jalan sayang sekali hari ini adalah schedule nya untuk latihan mempersiapkan album solo terbarunya. Sekedar informasi, laguku juga ada di mini albumnya kali ini.

     Jangan ditanya lagi, aku sangat senang dan bersyukur karena itu. Aku mencoba untuk menghubungi Jeno bertanya apakah ia memiliki waktu luang atau tidak. Jarang sekali aku mengajaknya seperti sekarang ini.

     Kalian bisa menebak hasilnya. Ia tentu saja menolak untuk pergi bersamaku. Ia lebih mementingkan kekasih barunya yang bernama Chaeyong. Aku sendiri kaget seorang Jeno mendapatkan seorang kekasih.

     Alhasil aku lagi-lagi berjalan seorang diri. Berjalan di pinggir trotoar jalan sembari melihat kesana kemari mencari sesuatu yang menarik. Aku berhenti melangkah sebelum kurasakan rintik hujan membasahi pucuk kepalaku.

     Aku menengadah memandang langit. Awan abu-abu telah menutupi langit dan menjatuhkan air ke permukaan tanah. Aku merogoh tas yang kubawa untuk mencari payung di dalamnya. Aku mendesah kecewa saat aku tidak bisa menemukannya.

     Hujan semakin keras, aku berlari menutupi kepalaku dengan tangan dan berhenti untuk menepi di suatu tempat. Aku tidak menyadari sampai aku mencium sesuatu yang tidak asing masuk menyeruak lewat hidungku.

     Aroma kue muffin yang baru saja keluar dari oven mengalihkan pandanganku. Mataku membulat sempurna karena kakiku telah membawaku ke tempat yang tidak pernah aku duga. Kedai kopi.

     Aku hendak melangkah pergi sebelum hatiku berkata sebaliknya. Aku kembali memikirkan Jungkook, apakah ia akan tetap datang disaat hujan seperti sekarang ini?

     "Haruskah aku masuk?"

     Aku sungguh dilema. Tapi hatiku ini tidak lagi bisa menahan rasa pemasaran untuk masuk kedalam sana. Aku menarik nafasku panjang sebelum memutuskan untuk masuk kedalam kedai kopi tersebut.

     Aku berjalan pelan dan ragu seraya memperhatikan sekitar. Setahun lamanya aku tidak mengunjungi tempat ini dan sekarang masih terlihat sama.

     "Sonnim, kau datang? Sudah lama aku tidak melihatmu." Dahyun mengejutkanku dengan suaranya.

     "Ne, aku sedikit sibuk belakangan ini." ucapku beralibi. "Bisa aku memesan satu muffin kismis dan teh hijau hangat?"

     "Tentu saja, seperti biasa bukan?"

     Aku mengangguk mengiyakan. Aku mengedarkan kembali pandanganku. Menatap kursi yang biasa Jungkook tempati kosong dari kejauhan. Entah mengapa aku sedikit kecewa. "Dia tidak datang rupanya." ucapku pelan.

     "Bisa aku pesan segelas susu hangat?"

Deg,

     Suara itu? Aku reflek langsung mengalihkan pandanganku pada sumber suara. Aku melihatnya. Melihat Jungkook tepat berada di sampingku saat ini. Hatiku berdegup kencang, mata ini tidak ingin lepas darinya. Ia benar-benar datang dan berada di sampingku saat ini.

     Aku bisa melihat lekuk wajahnya dari jarak sedekat ini. Sudah lama aku merindukan pemandangan ini, ia masih tetap sama. Tetap tampan dengan jaket hoodie kebesarannya.

     Ia menatapku merasakan sesuatu yang ganjil karena sedari tadi aku memperhatikannya. Cukup lama pandangan kami beradu sebelum Dahyun datang dengan pesanan Jungkook sehingga ia memutuskan pandangannya terlebih dulu.

     "Kamsahamnida." ujarnya lalu pergi ke tempatnya.

     Menempati kursi yang sama dengan pesanan yang sama. Aku bahagia hanya melihatnya dari kejauhan. Aku melihatnya pergi dari belakang. Dia benar-benar tidak mengenaliku. Apakah ia masih seperti itu selama ini? Aku merasa bahagia namun juga sedih karena bertemu Jungkook.

     Dahyun bertanya padaku mengapa aku tidak duduk kembali bersamanya. Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan itu dan berkata, "Dia indah saat aku memandanginya dari jauh seperti ini." ucapanku membuat Dahyun bingung dan aku memutuskan untuk pergi untuk menemukan mejaku.

     Jungkook masih tetap sama. Ia terlihat baik-baik saja dan tenang menatap hujan diluar jendela. Hanya satu yang berbeda. Ia tidak mengenaliku ataupun kejadian yang pernah kita lewati bersama.

      Aku sungguh ingin kembali duduk di hadapannya. Berbincang dan kembali tertawa dengannya. Aku sungguh tidak masalah jika ia tidak mengingatku. Aku hanya akan pergi untuk kembali memperkenalkan diri dan bercerita tentangku kepadanya.

     Jika alasan itu yang membuatnya enggan menemuiku maka aku yang akan menemuinya. Aku tidak akan pernah bosan untuk melakukannya, aku sungguh tidak masalah. Aku hanya ingin bersamanya. Ya aku ingin bersamanya.

     Tanpa pikir panjang aku berjalan mengumpulkan keberanian mendekati Jungkook yang sedang menikmati hujan. Begitu sampai di mejanya, ia menatapku bingung dengan mata besarnya.

     "Annyeong, perkenalkan aku Minatozaki Sana. Maukah kau berteman denganku?"

Fin.

Let's not get caught in the rain (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang