Cinta bisa datang secara tiba-tiba ke siapa saja dan kapan saja. Seperti hujan di musim panas pagi ini. Suara dari rintikan hujan terdengar sangat keras hingga membuat tidurku tidak nyenyak. Jungkook seperti hujan bagiku.
Karena memikirkannya, aku tidak bisa tidur semalaman. Tapi selama itu membuatku senang, aku tidak masalah. Padahal baru saja kemarin aku tidak bertemu dengan Jungkook tapi, aku sudah merindukannya.
Aku baru saja keluar rumah ketika hujan kembali turun. Kubuka payung transparan yang kubeli tahun lalu, saat aku tidak sengaja melihatnya di minimarket pinggir kota.
Sebelum melanjutkan perjalanan menuju studio, aku memutuskan mengunjungi kedai kopi untuk sekedar merasakan hangatnya morning coffee di cuaca seperti ini.
"Kamsahamnida. Semoga hari anda menyenangkan." ucap pegawai kedai yang akhir-akhir ini ku ketahui bernama Kim Dahyun menemaniku keluar kedai. Sepertinya kami sudah mulai dekat.
Aku tersenyum seraya mengangkat cup minuman ku tinggi-tinggi tanda terima kasihku pada Dahyun. Setelah itu aku melenggang pergi untuk menjalani hari yang membosankan di dalam studio.
Biasanya aku akan betah didalam sana seharian. Selain untuk mengambil makanan dan mengurus masalah pribadi, aku tidak akan meninggalkan kursi kerjaku.
Tapi lagi-lagi, ini karena Jungkook. Dia yang membuatku ingin segera keluar dari ruangan itu, dia yang membuatku berlari ke kedai kopi dan karena dia yang membuatku selalu menunggu hujan turun.
Beberapa langkah kecil kakiku terhenti saat aku melihat sosok Jungkook berdiri beberapa meter saja dariku. Eksistensinya yang ku rindukan membuatku tidak bisa untuk tidak tersenyum, aku sungguh bahagia.
Kami saling beradu pandang cukup lama sebelum kaki jenjangnya melangkah maju mendekatiku. Saat ini perasaanku tidak karuan bersamaan dengan aroma tanah yang basah, mereka bergetar hebat. Mungkinkah ia mendatangiku untuk berbagi payung? Hatiku berdegup kencang, inikah keajaiban hujan di musim panas?
"Jeon Jungkook-ssi, aku menyukaimu. Saranghae."
Mulutku menganga sebelum aku membungkamnya, apa yang telah aku katakan?! Apa aku sudah kehilangan akal?! Jaga mulutmu itu Sana-ya. Bodoh, aku begitu tidak sabaran.
Jungkook menatapku bingung. Mungkin saat ini yang ada di pikirannya adalah, 'Ada apa dengan wanita ini?'. Aku tidak bisa untuk tidak mengigit kuku jari tanganku. Biasanya aku hanya akan melakukan ini bila aku sedang panik seperti sekarang.
Mataku bahkan hanya bisa menatap kebawah tanah yang basah, tidak ada keberanian untuk menatap mata indah milik Jungkook. Sekarang aku harus bagaimana? Ia mungkin akan berpikir aku gila karena jatuh cinta padanya dengan hanya beberapa kali pertemuan. Tapi aku tidak bisa berbohong dengan perasaanku.
Pikiran kacau ku terhenti saat sebuah tangan besar menyentuh tanganku, menjauhkannya dari mulutku agar berhenti melakukan kebiasaan burukku. Aku melihat Jungkook yang melakukannya.
"Jungkook-ssi, begini..a.a..aku.. Omonganku tadi,-"
"Mianhae Sana-ssi, aku tidak bisa. Ini mustahil. Aku harap ini tidak pernah terjadi. Senang mengenalmu."
Aku terdiam mendengar perkataan Jungkook. Ia berbalik arah dan melangkah pergi begitu saja setelah melukai perasaanku. Punggungnya yang lebar berjalan semakin menjauh dariku. Apa ini sungguh benar terjadi?
Aku bisa merasakan cairan bening mengalir membasahi pipiku. Perlahan mereka terus memberontak keluar dan berakhir dengan diriku yang merengek seperti seorang anak kecil.
Aku menangis sejadi-jadinya, hatiku hancur. Tidak peduli dengan orang di sekitar yang menatapku nanar atau kebanyakan dari mereka menatapku aneh. Aku menyesali apa yang telah ku perbuat sehingga membuatnya menjauh dariku. Sejak awal seharusnya biarlah hanya aku yang tahu tentang perasaan ini.
Kini hujan bahkan menemaniku di saat seperti ini. Air mataku menyatu dengan kerasnya suara hujan yang menghantam tanah. Mulai sekarang hujan bukan lagi sesuatu yang ingin kutunggu, melainkan menjadi hal yang ingin kuhindari.
°°°°
Malam masih dirasa panjang untuk matahari segera menyambut harinya. Aku masih membuka mataku, menatap langit-langit kamar dan membiarkan pikiranku melayang bersama rasa kekecewaan atas perbuatanku hari ini.
Semuanya sudah berakhir. Jungkook tidak mau menemuiku lagi. Meninggalkanku dengan perasaan malu dan tidak ada tempat untuk bersembunyi. Hujan yang semula menemani hari-hariku bersama Jungkook bahkan menyaksikan betapa menyedihkannya diriku.
Sebuah kenangan yang indah. Terkesan singkat memang, tapi terima kasih karena sudah menjadi hujan di musim panas yang setiap tetesnya nampak cantik bagaikan air hujan yang mengalirkan cerita kita yang nampak jelas.
Aku salah menduga, masa depan masih belum terlihat jelas. Seperti bunga matahari yang bermekaran sebelum waktunya, kita saling merindukan namun tak seperti yang diharapkan.
Aku berharap Jungkook tidak hanya singgah sesaat seperti pelangi yang hanya datang saat hujan mulai reda lalu menghilang. Perasaanku sama dengan aroma dari rerumputan yang semakin basah kuyup oleh hujan di persimpangan jalan yang tertutup oleh bulan di langit malam. Menunggu untuk matahari menyinari dan menghangatkannya. Aku menunggunya, akankah keajaiban datang?
Bagai tangisan dari sang langit aku akan mengingat kebahagiaan yang datangnya seperti kabut asap, sebuah kenangan tentang kebahagiaan dan kesedihan di hujan musim panas.
Jika musim ini telah berlalu akankah ia tetap membiarkan aku kebasahan selamanya?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's not get caught in the rain (Completed)
FanficThis story is just about me, the rain and also him in the coffee shop.