Prolog | Rain

1.8K 93 1
                                    

     Awan tebal berwarna abu-abu menutupi langit. Sebuah presipitasi berwujud cairan yang dinamakan hujan menerpa aspal jalan, mengguyur kota Seoul. Langitnya sungguh gelap namun udaranya jernih. Mobil-mobil yang berlalu lalang menambah kecepatan kendaraan mereka, payung yang terbuka terlihat menggeliat di mana-mana.

     Hujan berhenti. Perlahan dengan latar belakang abu-abu terang, mengapa aku masih berdiri di sini sampai sekarang aku masih tidak mengetahui alasan aku melakukannya. Aku tidak tahu, apakah aku sedang memikirkan sesuatu atau tidak memiliki pikiran sama sekali. Tepat di depanku terdapat sebuah genangan air, aku menundukkan kepalaku dan melihat sebuah bayangan diriku disana.

     "Mwoya? Apa aku seburuk ini?" ucapku sedikit tercengang. Aku masih ingat, bagaimana rasanya tidak bisa tidur ketika pikiranku telah perlahan memudar. Lelah. Aku melihat diriku terlihat lebih menderita hari ini.

     Pagi ini aku bangun lebih awal ketika hampir cerah di luar. Dengan tangan yang lelah akibat beban kerja yang berlebihan tadi malam, aku menyisir rambutku dan mengikatnya menjadi satu.

     Mp3 dengan lagu yang tidak bisa ku selesaikan tadi malam, aku akan menyelesaikannya hari ini. Aku menutup mata mencoba mendengarkan setiap melodi dari lagu klasik favoritku hingga tanpa disadari, aku mendesah pelan.

     Alasan apa yang bisa ku berikan? Aku berusaha keras, mencoba untuk membuat sesuatu dalam satu malam itu sungguh menyiksaku. Pada akhirnya, karena deadline yang sudah di tetapkan dan aku belum menyelesaikannya maka aku akan membuat apa saja yang ada dipikiranku dan menyelesaikannya.

     Lalu aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela dan semuanya terlihat abu-abu. Abu-abu kota, bangunan abu-abu, jalan abu-abu, awan abu-abu serta hujan yang mengguyur seluruh kota. Segala sesuatu di kota ini melambat karena hujan.

     Adik laki-laki ku yang terbangun terus berbicara, "Sana noona, bisa kau pelankan speakernya? Apa yang kau lakukan sepagi ini?" sungutnya, setengah sadar.

     "Ahh mianhae. Apa aku membangunkanmu Jeno-ya?" ucapku segera mematikan speaker bluetooth pemberian eomma di hari ulang tahunku tahun lalu. Jeno hanya mendesah kesal lalu pergi keluar kamarku saat itu juga. Sepertinya aku sudah membuatnya jengah pagi ini.

     Aku berjalan mendekati dapur. Aku membuka dan menutup lemari es yang tidak bersalah dengan perasaan hampa yang tidak ku kenal sejak kapan aku merasakannya. Ku teguk habis air mineral yang membuat sejuk kerongkonganku.

     Hari masih pagi dan aku berpikir, apakah aku harus pergi keluar? Bahkan tanpa payung, sepertinya akan baik-baik saja. Dengan jelas, aku dapat mendengar hujan menerpa bumi. Aku tersenyum, itu adalah musik latar terbaik. Seperti orang gila, aku mulai bersenandung. Menghentakkan kaki dan menutup mata, mencoba membuat irama dan mengingat setiap ketukannya. Sampai aku tersadar dan bertanya-tanya sudah jam berapa sekarang?

     Hujan ini turun semalaman. Dan sampai pagi ini, hujan masih mengetuk jendela kamarku. Aku tidak tahu perasaan apa ini? Tapi ini sungguh menyentuh hatiku.

     Dengan pundakku yang sakit, aku melihat ponselku yang berdering dan melihat sebuah teks, “Apa kau baik-baik saja?”. Teks yang baru saja ku terima membuatku tersenyum menyeringai. Ternyata pria itu masih saja memikirkanku. Tapi untuk apa? Setelah apa yang ia perbuat padaku minggu lalu. Sungguh membuatku muak.

     Saat ku hirup aroma hujan basah, aku meregangkan lenganku dan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Lalu aku menyapa diriku di depan cermin, melihat kantung mata yang semakin terlihat jelas dan mendesah pelan merasa kecewa. "Kapan kau akan bertemu pria jika begini?"

     Sebenarnya aku tidak punya orang untuk bertemu hari ini, tetapi entah mengapa aku mandi lebih lama dari biasanya. Seperti biasa, jika aku telah menyelesaikan tugasku untuk membuatkan mereka sebuah lagu dan mengirimnya lewat email. Maka aku mendapatkan waktu istirahat setelahnya. Jika hari ini adalah hari Kamis, maka 3 hari kedepan aku akan bebas melakukan apapun yang aku mau.

Let's not get caught in the rain (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang