Jalanan abu-abu yang kosong terasa terlalu kosong, aku membuka jendela kamarku dan menyambut hujan yang jatuh di atas kedua telapak tanganku. Membiarkannya mengisi penuh kesepianku yang tumpah ke dalam hatiku.
Malam ini aku merindukannya karena suatu alasan. Aku merasakan air mata kembali membasahi pipiku. Kenapa ia berani melakukannya padaku? Karenanya pagi ini aku tidak bisa berkonsentrasi dengan tugasku.
Putaran memorial terjadi kembali ketika hujan turun, menyebarkan rasa sakit dan sesak didalam hati. Aku selalu memikirkan Jungkook ketika ia duduk termangu di tengah hujan dan tersenyum memperlihatkan giginya begitu melihatku datang. Aku menyukainya.
Malam ini tumbuh semakin dalam, senyuman hangatnya, janji-janji yang belum dilupakan, aku bahkan belum menagihnya sebelum ia mengucapkan selamat tinggal.
Jungkook adalah sinar cahaya di dunia hitam dan putihku. Ia berubah seperti hujan yang datang kepadaku
dan menyinari jiwaku. Bisikan pelan di bawah payung saat itu tersebar di sudut hatiku. Aku tahu bagaimana kesulitannya saat penyakitnya datang dan aku mengerti suara hujan turun dapat menghiburnya.Jeno bertanya padaku tentang hariku begitu aku sampai dirumah. "Aku ingin melupakan semuanya di bawah guyuran hujan." jawabku membuat Jeno bingung.
Kenangan yang memudar dalam hujan itu adalah Jeon Jungkook. Aku berharap semua yang telah terjadi ini adalah sebuah khayalan, sebuah mimpi yang terjadi saat hujan.
Jeon Jungkook, pria itu bisa saja aku analogikan sebagai sebuah rumah besar dengan terdapat lima puluh pintu di dalamnya. Salah satu dari ke lima puluh pintu itu mengarah ke hatinya.
Di setiap hari hujan, di setiap kesempatan, aku mencoba melewati setiap pintunya dan mencoba untuk memulai. Sebelum itu yang aku tahu adalah dia yang tidak pernah menginginkan siapapun ada didekatnya. Tapi aku tidak bisa menolong, aku jatuh cinta. Bagaimana dengannya?
Dalam hidup, selalu ada waktu untuk berbuat kebaikan, ada pula waktu untuk membunuh rasa sakit dalam hidup. Tidak bisakah ia mengikut sertakanku untuk membunuh rasa sakit itu? Bermimpi tentang matahari? Jungkook adalah raja hujan.
Belum cukup, di rumah tua yang besar itu juga ada lima puluh tempat tidur, dan salah satunya mengarah ke jiwa Jungkook. Itu adalah tempat tidur ketakutan, tempat tidur ancaman, penyesalan dan lembaran seprai yang sangat dingin.
Yang aku tahu matanya menjadi begitu gelap dan sendu, adakah yang ia sembunyikan dariku? Aku sudah menceritakan kepadanya segala apa yang terjadi dalam hidupku. Salahkah bila aku berharap ia akan melakukan hal yang sama padaku?
Waktu berlalu, ketika aku mulai menulis namanya di langit berwarna abu-abu, ia justru terbang bersama angin dan petir saat itu. Saatnya menempatkan taruhan dalam hidupku, aku telah memainkan permainan hidup sebagai pecundang, bermimpi ia akan membalas perasaanku dan tentang matahari yang suatu saat akan menemani kita berdua? Tentu tidak bisa, Jungkook adalah raja hujan.
Malam ini, aku terjebak dalam perasaan. Tidak bisa membuat Jungkook pergi dari pikiranku, ia bagaikan darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuhku. Dan aku, aku tidak bisa merahasiakannya.
Maafkan aku jika selama ini aku terlalu banyak bicara disaat kau tidak menginginkannya. Jeon Jungkook, seharusnya pria itu mengatakan padaku apa yang ia pikirkan. Mengapa ia tidak bisa membalas perasaanku ini?
Jika karena satu atau lain hal yang memang sudah membuatnya marah atau merasa tidak nyaman, aku bisa mengambilnya. Tapi ini terjadi seperti ia juga menikmatinya. Aku butuh kepastian. Karena aku, aku sangat lelah bermimpi.
Ketika ia memegang tanganku di hari hujan saat itu, aku lupa memalsukannya dan membiarkan rasa ini jatuh terlalu dalam. Aku kira, kita lebih dari teman, kita sempurna bila bersama. Tapi, lagi aku tidak mau jika terus harus bermimpi dalam hujan.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's not get caught in the rain (Completed)
FanficThis story is just about me, the rain and also him in the coffee shop.