Tidak terasa 15 menit telah ia lalui untuk berjalan pulang kerumah. Akhirnya Feliycia dan Dillah telah sampai di rumah Feliycia, tepat jam 18.00. Mereka membiasakan mencuci kaki dan tangannya di depan rumah Feliycia yang memang di sediakan kran air untuk mencuci kaki. Mereka berjalan menaiki anak tangga yang tidak terlalu banyak, sampai di tangga kedua Dillah memberhentikan jalannya ia seperti sedang berpikir.
"Ayok, lo ngapain malah diem disitu Dil?" Tanya Feliycia heran.
Dillah menggaruk belakang kepala nya yang tak gatal, ia seperti sulit untuk berbicara.
"Eh anu, itu Fel eh apa ya."Tanpa berpikir panjang Feliycia tau apa yang sedang Dillah cemaskan.
"Tenang aja Dil si Ali lagi gaada dirumah, dia ada les band kemungkinan nanti dia balik jam delapan." Feliy menjelaskan pada Dillah, ya adiknya memang menyukai Dillah sejak lama ia selalu bersikap centil pada Dillah."Eh beneran nggak?" Tanya Dillah dengan senyum yang merekah bahagia.
"Iya bener, nanti pintu kamar gue kunci lo santai aja gausah tegang gitu kaya kecoa baru lahir aja lo." Ledek Feliycia.
"Gue nggak tegang gue cuma lagi males aja berdebat sama dia, yaudah ayok masuk udah adzan magrib." Ajak Dillah.
"Oke, lo nggak lagi halangan kan? Kita solat berjamaah di dalam."
"Iya gue nggak lagi halangan kok."
Setelah itu mereka masuk ke dalam rumah yang telah di sambut mamah&papah Feliycia.
"Eh kalian udah balik, cepat ambil wudhu mamah tunggu di mushola bawah ya."
"Iya." Jawab Feliycia dan Dillah bersamaan.
---
15 menit berlalu, mereka telah selesai mengerjakan solat magrib nya dan akan dilanjutkan dengan makan malam bersama, tentu nya tidak bersama dengan bocah ingusan yang menyebalkan. Ya dia adalah Ali Bagaskara, adik kandung dari Feliycia.
"Ayo dimakan semuanya, mamah nggak masak banyak karna pemakan terbanyak tidak hadir dirumah saat ini." Ucap wanita paruh baya ini dengan senyuman yang sangat cantik di mata Feliycia.
"Alhamdulillah kalo gitu tante." Ucap Dillah seketika, dan membuat papah&mamah Feliycia mengerutkan alisnya bingung.
"Loh emangnya kenapa Dil anak Om? Kok kamu senang dia tidak ada saat ini? Kamu naksir sama Ali?" Tanya papah Feliycia dengan sedikit tertawa renyah.
"Eh? Enggak Om." Dillah menunduk pasrah.
"Bukan Dillah yang naksir sama Ali pah, tapi Ali yang naksir sama Dillah. Waktu itu aja Ali nyamperin ke kamar Feliy cuma mau kasih cok..aduh.." Suara Feliycia terhenti karena injakan kaki Dillah yang sengaja agar ia memberhentikan cerita konyol itu.
"Kamu kenapa Fel?" Tanya mamah nya.
"Iya kenapa?" Saut papah Feliycia yang gantian bertanya.
"Diinje..aduh"
"Kenapa Fel? Jangan bilang lo di injek sama kecoa di luar tadi?" Tanya Dillah yang sengaja memasang muka simpati nya. Dillah ini memang sangat jago dalam berakting.
"Diinjek sama lo pentolan sapi!" Jelas Feliycia.
"Oalah, maaf Fel gue nggak sengaja." Sontak Dillah berbicara dengan menggunakan wajah sok polos nya yang di buat-buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAILURE
Teen FictionBukannya tak bersinar terang, kadang-kadang mentari tertutup oleh awan hitam. Bukannya tak cinta, tetapi ada saja penghalang cinta di antara kita berdua. Kegagalan dalam cinta bukan alasan bagi seorang wanita untuk menjadi lemah.