Bagian 1

107 17 2
                                    

Aku tengah melihat pria yang sedari tadi merengek kepadaku, meminta menemani nya bermain basket, aku bisa saja menurutinya dengan mengiyakan rengekannya, namun bayangkan saja ketika aku harus menunggu dia bermain basket bersama teman-teman pria lainnya, sedangkan aku, aku harus berdiam diri sendiri tidak melakukan apapun, membayangkan nya saja aku sangat tidak ingin.

"Mau ya? Pulangnya makan?" dia terus menawarkan tawaran tawaran yang dia punya

"Engga Arka, kamu sendiri aja ya?" Aku menolaknya dengan sangat lembut

"Novel?"

"Ayo berangkat" Aku menarik lengan Arka dengan cepat takut jika tawaran nya barusan akan ia tarik kembali

"Giliran novel aja cepet nya ngalahin Rossi"

Aku melihat Arka tersenyum menang di belakangku, dia paling bisa membuatku selalu luluh mengikuti segala keinginannya, bukan karena matre atau apa, aku hanya mengiyakan tawaran nya saja, betul bukan.

Ya, dia Arka pria yang berstatus kekasih ku selama 4 tahun lebih semenjak masa SMP masa masa kami masih mempunyai perasaan gila, jika di tanya aku bosan dengannya? Jawaban nya tidak sama sekali, aku yakin aku selalu mencintainya.

Aku dan Arka sudah berada di sebuah toko buku langganan kami, bukan kami tepatnya langganan Arka membelikan ku novel, mungkin aku sudah bisa membuat toko buku seperti ini untuk mengumpulkan semua novel-novel yang sudah di berikan Arka maupun di beliku sendiri.

"Sena kamu engga bosen baca novel?" tanya Arka yang masih mengikutiku

"Engga, apa yang harus di bosenin?" Aku berbalik tanya

"Aku misalnya?" tanya Arka sedikit ragu

Aku pun menoleh kepadanya

"Kamu bukan hal yang harus aku bosenin Arka" kataku sambil menatap matanya dalam-dalam

Arka mencubit hidungku lalu tersenyum manis di hadapanku, tidak peduli sekelilingku sekarang aku merasa hangat di perlakukan seperti ini oleh Arka, ingin rasanya aku memeluknya sambil mengatakan segala perasaanku saat ini

"Jangan senyum senyum terus malu di liatin" kata Arka yang membuyarkan lamunanku

Aku mengambil acak novel di hadapanku, dengan wajah kesal aku mendahului Arka berjalan menuju kasir, ketika dia sudah menyusulku Arka langsung mengeluarkan lembaran uang dan membayarkan novel yang di pilihku.

Arka memegang tanganku lembut dan membawa ku keluar

"Ceritanya Sena lagi marah?"

"Engga"

"Jangan marah Sena kamu jelek nanti tambah jelek"

"Arka kamu juga jelek siapa yang bilang kamu ganteng? Oh iya kamu ganteng seㅡjagad sekolah yang biasa di genitin adek adek di sekolah iya kan?" Panjangku kesal

"Cantik juga adek adek kelas yang genit itu daripada kamu, aku pikir-pikir" Arka membuat ku makin kesal padanya, walaupun aku tau itu hanya lelucon yang selalu Arka buat

"Kenapa engga pacarin aja adek adek kelas itu huh?, yaudah aku pulang nyesel aku ikutin ajakan kamu, salah apa Sena ya Tuhan" kataku dengan wajah memelas

"Aku engga pernah bosen sama kamu sayang" Arka memelukku tiba-tiba

"Jangan suka ngebujuk gitu deh" kataku mencoba menyembunyikan wajahku yang mulai memerah

"Baiklah baiklah, aku becanda jangan di bawa serius Sena, kamu cantik dan tidak pernah buruk di hadapanku" Arka mempererat pelukannya

"Iya aku tau itu, udah ayo mau nge drama sampai kapan kita di sini" Aku terkekeh dan melepas pelan pelukan Arka padaku

Dream SenadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang