Chapter 8

6 2 0
                                    

-Sumbing Mountains-

Love is friendship that has caught fire. It is quiet understanding, mutual confidence, sharing and forgiving

(Cinta adalah persahabatan yang telah terbakar. Itu adalah pemahaman yang tenang, saling percaya, berbagi, dan memaafkan.)

It is loyalty through good and bad times. It settles for less than perfection and makes allowances for human weaknesses.

( Itu adalah kesetiaan melalui waktu yang baik dan buruk. Itu mengendap kurang dari kesempurnaan dan membuat kelonggaran untuk kelemahan manusia.)

Ann Landers

Tatapan gadis bertopi itu tergambar ketakutan yang dalam. Giginya saling menekan. Kurasa, kini ia sadar kalau aku mengamatinya.

"Mereka di sana bersembunyi di balik dinding itu," ucap orang yang menembaki kami.

"Mereka benar-benar tidak sendirian," ucap gadis itu.

"Aku tahu itu," ucapku.

Aku sedikit mengintip untuk memeriksanya. Satu peluru saja hampir membunuhku. Mereka benar-benar tidak main-main soal ini.

"Sekarang apa?" Tanyaku pada Malinda.

"Kenapa tanya?"

"Baik, mereka akan membunuh kita di sini. MilkDog masih belum sehat," tegasku.

"Aku ini seorang dokter," ucap Malinda.

"Ya, seorang dokter biologis yang membawa senjata. Ini semua salahmu, dengan berhenti di tempat ini."

"Kau menyalahkanku?" Malinda terkejut, terlihat matanya membulat.

"Dengar, aku tidak tahu berapa jumlah pelurumu. Tapi aku ingin kau pergi, tepat ke ujung huruf G itu, agar aku bisa menembaki mereka di sini dengan senapanku. Kau hanya mengalihkan perhatian mereka, jadi usahan jangan membuang pelurumu. Paham?" Jelasku, pada Malinda.

"Oke, jangan mati," ucap Malinda.

"Akan kucoba," ucapku mengambil senapan di punggungku.

Wanita itu segera pergi ketempat yang kuperintah. Aku segera berpindah posisi, agar aku bisa tahu dimana posisi musuh yang agraris.

Sepertinya gadis itu berhasil menarik perhatian mereka. Kuputuskan untuk bersembunyi dekat semak-semak. Kutafsir, mereka berjumlah lima sampai tujuh orang.

Aku membidik pria yang bersandar pada dinding, dan kutembak mati dia. Membunuh, adalah hal yang selalu jadi pilihan di dunia ini.

Sebelum mereka sadar keberadaanku, aku harus membunuh yang lain. Suara senapan ini menarik perhatian mereka, dan membuat mereka begitu siaga. Saat aku membunuh salah satu dari mereka lagi, justru aku sadar mereka menemukan posisiku. Rupanya jumlah mereka lebih dari tujuh. Tidak mungkin.

"Kau bercanda... Aku tak mau berakhir di sini begitu saja," gumamku, sambil berlindung dari tembakan mereka.

Kuperhatikan, mereka menembak serentak ke arah yang lain. Sepertinya mereka menembaki sesuatu yang lain.

Aku kaget, ketika sebuah objek berhasil merangkul orang-orang itu. Inang-inang itu menerkam mereka satu-persatu. Jumlahnya lusinan. Aku harus pergi ke mobil.

"Dani, cepat!" rupanya Malinda sudah berada di mobil.

"Mereka banyak," ucapku.

"Aku tahu. Zombie-zombie itu menyerang mereka."

Dani Tales part 2: What Happens to This World When I'M Sleep?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang