Chapter 1

60 9 1
                                    

Wake Me Up After 10 Years Later

It has become appallingly obvious that our technology has exceeded our humanity.

(Sudah sangat mengejutkan bahwa teknologi kita telah melampaui kemanusiaan kita.)

-Unknown


Setiap nafas kurasakan, tarikan ini membuatku tahu kalau aku hidup. Kupikir apa yang terjadi bukanlah sesuai harapanku, harapan semua orang. Menjadi orang yang tidak tahu banyak hal, ya itu aku. Aku... orang yang tertidur sepuluh tahun.

Banyak hal yang berubah saat ini. Aku tidak tahu perjuangan apa yang manusia lakukan, agar mereka masih bisa berdiri tegak walau wajah mereka tertunduk. Kadang aku juga berpikir ini semua salahku, atau mungkin memang sejak awal ini salah Profesor muda yang bernama Alfian itu.

Aku Dani... seorang yang dipanggil pahlawan, yang telah dibangunkan dari tidur panjang.

26 Agustus 2040

Hari ini begitu sepi, tapi semua orang sibuk di luar sana. Banyak hal yang mereka bagi, cerita mau pun candaan. Aku berada di rumah sakit yang mungkin sudah tidak pernah di cat ulang, selama sepuluh tahun terakhir. Ini membuktikan beberapa retakan, yang di tumbuhi jamur dan tanaman liar.

Aku akhirnya memutuskan untuk berhenti diam di rumah sakit ini. Lagi pula aku sudah merasa baikan.

Aku berjalan menelusuri lorong rumah sakit, yang terlihat tua ini. Banyak sekali orang berjalan saat itu. Kesibukan memang melanda di saat seperti ini, melihat betapa susahnya hidup dalam kegelapan selama sepuluh tahun.

"Dani!" Panggil seseorang di belakangku.

"Pak Presiden," seruku dengan sopan.

"Kau keluar dari kamar pasien?" Tanya Presiden dengan senyumnya itu, "Bagaimana rasanya tertidur selama itu?" Lanjutnya.

"Rasanya seperti ingin buang air."

"Entah apapun itu, kau kuat," Presiden sedikit tersenyum dan menepuk pundakku, "Bukankah alangkah lebih baiknya kau tidur, untuk memulihkan kesehatanmu secara utuh," saran Pak Presiden padaku

"Kurasa tidur sepuluh tahun membuatku sulit tidur."

"Yah kurasa itu bukan satu-satunya alasan kau tak bisa tidur," ucap Presiden, membuat suasana hening seketika.

"Aku..." ucapku

"maafkan aku," sela presiden dengan perlahan.

"Aku permisi," ucapku pamit.

Aku melangkah pelan, menuju jalan keluar rumah sakit ini. Tapi itu tak berlangsung lama, sampai Presiden memintaku untuk berhenti.

"Dani, aku tahu ini berat untukmu. Kau marah, dan kesal padaku. Tapi kau menahan itu dengan membisu. A-aku tahu mereka berharga dan..."

"Kau tidak sepenuhnya salah. Dan aku tidak sepenuhnya marah pada anda. Alfian yang melakukannya, dan dia yang bertanggung jawab atas terancamnya kita," selaku, yang langsung mengepal tanganku sekuat tenaga.

"Aku berjanji padamu, aku akan mencoba mencari keberadaan keluargamu. Aku berjanji."

"Berjanji?" Tanyaku memastikan.

"Janji."


Aku duduk di lapangan depan rumah sakit tua itu. Ada beberapa anak yang menghabiskan waktunya, dengan bermain bola di depan lapangan. Baju mereka agak kotor, dan ada beberapa lubang yang ditambal pada baju mereka.

Dani Tales part 2: What Happens to This World When I'M Sleep?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang