'là, nous allons unir nos mains'

301 15 3
                                    

...

" Kamu pernah berpikir tentang...

Bagaimana dunia jika kamu tak ada, rumah mu...

Sekolah?

Kota tanpa kamu akan jadi apa...?".

Yuri menyingkit, gadisnya memang selalu punya pertanyaan dan cara pikir yang berbeda. Ia suka...

Tapi Yuri tak tahu harus menjawab pertanyaan itu dengan apa, maksudnya siapa yang peduli tentang itu.

Gadis tanned tadi memejamkan matanya lamat-lamat berharap dapat sedikit membantu melupakan bayangan tentang mereka.

Percuma...

Matanya bergerak resah, memandang samar kearah sungai yang setengah membeku di depan.

Ini musim dingin, awal musim dingin...sejujurnya ini musim yang paling Yuri benci dalam setiap tahun, sebab rasanya asing, beku dan sunyi.

Sama persis.

Sialan...

" Entahlah, aku bukan orang yang... penting j-jadi...!" Ia tergagap, apalagi dengan pandangan tiffany yang terus bergerak seolah sedang ikut mencari jawaban dari matanya.

" akan ada yang berubah!" Tiffany bergerak memeluk Yuri dari samping. Mengistirahatkan dagunya dipundak Yuri, " Mungkin, seperti tak akan ada aku dengan mu disini... Kau akan dengan orang lain...!" Ia masih tak menemukan jawabnya yang tepat untuk pertanyaan gadisnya. tapi yang Yuri rasa sekarang mungkin akan seperti itu.

Tiffany terkekeh, jawaban Yuri terdengar kekanak-kanakan, " aku tak dengan mu dan dengan orang lain? Kenapa kau terdengar begitu yakin?", Yuri tertegun semakin bungkam dibuatnya.

" Aku rasa, aku tak akan dengan siapapun jika dia bukan kamu!" Dengan senyuman maut itu Yuri terhipnotis begitu saja.

Hanya terasa ganjil.

Kenapa tiffany menanyakan hal itu?.

" Kalau begitu jika kau tak ada aku tak akan jadi apa-apa!" Yuri terkekeh- canggung menggamit lengan kurus tiffany memasukannya kedalam saku Coat coklat gelap miliknya.

Kali ini tiffany yang bungkam, mata yang tersenyum itu berganti hilir, tiffany menggigit bibir bawahnya cemas. "Kau akan tetap jadi Kwon Yuri..., Dan mencari ku sampai kita bertemu!" Itu permohonan, andai waktu itu ia tahu.

Mata mereka bertemu, memberi efek pada jantung dan darah mereka yang mulai menggebu. Mereka merasa hangat hanya dengan tatapan itu.

Sederhana, namun sulit untuk di dapat.

Pandangan Yuri turun pada bibir membiru gadisnya, ia tahu tiffany kedinginan saat itu. Wajahnya menunduk mencoba menggapai apa yang ia mau.

Dan tiffany menyambutnya dengan senang hati, tiffany sedikit menenggakan wajahnya, bibir keduanya bertemu.

Halus.

Lembut.

Dan.

Yuri menelan ludah perih. dadanya sesak tenggorokan gadis itu panas dan tercekat.

Dunia, rumah, sekolah, kota dan....Yuri tanpa dia tak akan ada apa-apanya.

Tubuh bergetar itu ambruk di tanah berlapis salju beku, tersungkur. Ia menekan mulut setengah terbuka itu dengan tangan kanan sementara satunya menahan perutnya yang seakan di putar.

random short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang