Part 16

8.6K 699 40
                                    

Matahari mulai bersinar menjadi tanda bagi sebagian orang memulai aktivitas hariannya. Pergi bekerja, sekolah, dan lain.

Jalanan yang semula lengang mulai dipadati kendaraan. Macet belum menyerang ketentraman jalanan karena hari masih tergolong sangat pagi.

Itu juga yang tengah dirasakan Abel dan Marsya. Biarpun kendaraan sudah mulai ramai di jalanan, mereka masih santai menikmati waktu berkendaranya.

Hari ini mereka menuju pantai sesuai keinginan Marsya untuk berlibur. Bukan kesepakatan bersama, lebih tepatnya paksaan gadis itu.

Hampir dua minggu Abel sering sekali melewatkan makan malam di rumah dan waktu bersama Marsya tentu berkurang, biar pun Marsya kadang menyusul ke rumah sakit nyatanya mereka tidak bisa menikmati waktu bersama karena Abel begitu sibuk dengan rapat, operasi, dan juga laporan.

Dan setelah minggu-minggu sibuknya yang membuat Abel kerja over time hampir tiap hari dan bahkan menyita waktu liburnya, ia mendapat jatah libur 3 hari dari rumah sakit. Liburan yang semula ingin dihabiskan Abel dengan tidur dan malas-malasan, kini berhasil dirampok Marsya melalui aksi mogok masak.

Bukan cuma mogok masak, bahkan dengan ajaibnya Marsya mensabotase tv, dvd, dan stereo. Terus mengulang lagu-lagu yang bikin Abel gumoh.

a...a...a...aisyah jatuh cinta
pa...pa...pada jamilah

Atau lagu

tetew... tetew...
tretetewtewtew...

Lagunya sih dj dj gitu, yang bikin Abel eneg, itu lagu entah apa liriknya, eh Marsya muternya pake video yang nampilin orang-orang pada kesurupan joget-joget kayak lagi kermian.

Abel keki dong. Gak mau lihat tapi kelihatan, mau mendekam di kamar juga percuma tetep aja kedengaran. Bikin Abel frustasi setengah mati dan akhirnya mengiyakan permintaan Marsya ke pantai sekaligus menghentikan aksi sabotase Marsya.

Jika biasanya Abel memilih menggunakan motor, kali ini ia memilih menggunakan mobil. Alasannya agar bisa tidur di mobil karena Marsya bilang akan menyetir.

Mereka berangkat sangat pagi karena Marsya tak mau kena macet dan ingin segera melihat pantai.

"Kamu mau ke pantai aja kenapa harus ke luar kota sih, jauh-jauh amat. Ancol juga pantai kan," gerutu Abel ketika mereka di mobil.

"Hidih ogah, gak asyik berenang di Ancol," sergah Marsya.

"Sama aja. Sama-sama pantai, sama-sama ada lautnya."

"No! Beda pokoknya," bantah Marsya lagi.

Abel memutar matanya jengah. "Serah deh, aku mau tidur," katanya sambil memposisikan diri senyaman mungkin.

"Yah, kok gitu. Temenin ngobrol dong. Tega ih kamu ama cewek, udah disuruh nyetir, eh mau ditinggal tidur pula."

"Hellaaaaawww akikah juga cewek cyin, situ kira eike bences boookk," balas Abel sambil menirukan nada dan gaya banci perempatan lampu merah.

"Huahahahaha....... ih, jijik banget sih kamu bel." Marsya terbahak.

"Jijik? Aku? Cakep gini masa sih kamu jijik?" Abel mendekatkan wajahnya pada Marsya. Begitu dekat hingga bibir mereka nyaris bertemu ketika Marsya menoleh ke samping. Membuatnya refleks mendorong wajah Abel.

"Ih apaan sih deket-deket. Sana... sana... aku lagi nyetir, bikin gak konsen aja," gerutu Marsya.

Abel cuma mengangkat bahu lalu kembali mencari posisi nyaman untuk tidur.

The Heartbeat [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang