Part 09

8.1K 735 42
                                    

Gerimis. Rintik-rintik air dari langit mulai membasahi jalanan, bangunan, kendaraan, juga jomblo kesepian.

Marsya sedikit berlari menuju apartemen. Ia baru menyelesaikan ritual belanja mingguan. Kulkas di apartemen Abel sudah kosong mlompong.

Diletakkannya berbagai macam sayuran juga bahan masakan, serta buah kesukaannya dan Abel ke dalam kulkas.

Abel suka sekali apel dan pisang, Marsya juga suka tapi lebih suka strawberry.

Semenjak tinggal dengan Abel, ia rajin sekali memasak. Dulu saat tinggal di rumah, Marsya memang suka masak tapi ada asisten rumah tangga yang selalu memasak untuknya, jadilah sekarang Marsya selalu menikmati moment memasak untuk Abel. Apalagi membayangkan masakannya akan masuk mulut Abel. Kala bibir atas dan bawah Abel yang bergerak seirama ketika mengunyah, bibir yang padat bergelombang, bibir yang lembab juga kenyal kayak nutrijel, bibir yang... yang... yang bikin mikir jorok, eh gak jorok juga sih. Belum. Hahaha.

"Hidih, kesambet? Senyum-senyum sendiri," celetuk Abel membuyarkan lamunan Marsya.

"Ha? Eh apa?"

Abel hanya berdecak. Lalu masuk kamar sebentar dan keluar lagi setelahnya.

"Kok kamu balik ke rumah? Ini kan belum jam pulang," tanya Marsya melirik jam di ruang makan.

"Aku kangen kamu."

Mata Marsya sedikit melotot mendengar jawaban Abel, sedetik kemudian matanya berbinar dengan senyum merekah.

"Ah kam...."

"Berharap aku bilang gitu? Kecepetan 100 tahun hahaha," kata Abel cepat memotong ucapan Marsya.

"Dih!" cibir Marsya. Hilang sudah moment bahagianya.

Abel tertawa menyaksikan Marsya cemberut. Gadis ini suka sekali manyun jika sedang kesal. Bibir kecil Marsya nampak makin menciut namun padat di tengah, lucu sekali.

Bibir Marsya memang mungil, namun padat dan bergelombang, entah bagaimana bibir mungil itu bisa mengucapkan ratusan kata dalam semenit. Sampai kadang bikin Abel pusing dengar ocehannya.

Sekarang ini Abel dan Marsya memang lebih banyak bercanda dan saling menggoda, biar pun Abel masih suka ketus pada Marsya.

"Aku balik ke rumah sakit dulu, cuma mau ambil ini ketinggalan," kata Abel mengangkat map di tangan kanannya. Jarak rumah sakit dan apartemennya memang dekat, hanya butuh waktu 10 menit.

"Iya, hati-hati di jalan. Jangan main mata sama wanita lain, apalagi main-main yang lain. Ingat, mami nungguin papi di rumah," kata Marsya dengan senyum jahil.

"Sarap!" seru Abel sebelum menutup pintu, membuat Marsya terkekeh.

*****

When I don't care
I can play 'em like a Ken doll
Won't wash my hair
Then make 'em bounce like a basketball

But you make me wanna act like a girl
Paint my nails and wear high heels
Yes, you make me so nervous
That I just can't hold your hand

You make me glow,
But I cover up
Won't let it show,
So I'm...

Puttin' my defenses up
'Cause I don't wanna fall in love
If I ever did that
I think I'd have a heart attack

Marsya menyanyi sedikit ngotot dan sesekali bergaya menghayati lagu.

"Dapur rekaman, heh?" celetuk Abel sambil mengambil air di kulkas. "Masak di dapur sambil karaokean. The real 'Dapur Rekaman'."

The Heartbeat [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang