Part 19

8K 681 65
                                    

Hiruk pikuk rumah sakit dengan bau khas obat yang melekat bukan lagi hal baru Marsya. Beberapa bulan ini dia memang suka sekali berkunjung ke rumah sakit menemui dokter cintanya itu.

Hari ini jadwal kampusnya kosong. Seperti sebelum-sebelumnya Marsya akan berkunjung ke rumah sakit membawakan makan siang untuk Abel. See? Istri idaman banget gak sih.

Langsung ia menuju ruangan Abel seolah sudah fasih betul akan langkahnya. Tak lupa ia sempatkan diri menengok ruang jaga, sekedar menyapa suster Ovi dan Yeni yang kebetulan jadwal kerjanya hampir sama dengan Abel, membuat mereka sering bertemu. Jadi kalian semua jangan heran kalau 2 suster itu selalu tampil di cerita ini. Bukan karena rumah sakit gak kuat bayar suster lain atau karena authornya males bikin karakter banyak-banyak lho yaa. Hwehehe.

"Hellooooo suster Ovi, suster Yeni..." sapa Marsya memamerkan deretan gigi putihnya. "Eh, ada suster Tari juga."

Kali ini tak hanya Ovi dan Yeni di ruang jaga, tapi ada juga Tari. Walaupun Marsya jarang ketemu dia.

"Halo Marsya..." balas Ovi dan Tari. Yeni? Huh, jangan ditanya. Langsung muka juteknya muncul.

Marsya suka heran, ini suster jangan2 pemain teater profesional ya? Bisa gitu mimik mukanya sekejap ganti. Perasaan tadi masih ketawa-ketawa sama suster Ovi sebelum Marsya tiba-tiba nongol.

"Kamu cari dokter Abel ya?" tanya Ovi.

Marsya mengangguk semangat.

"Ngapain sih ditanya, basa-basi amat lo sama nih bocah. Ya kalo gak ngintilin dokter Abel, mau apa lagi nih bocah dimari," kata Yeni ketus.

"Duh suster Yeni yang secantik Luna Lucinta. Bisa gak sih tuh muka rapi dikit gitu? Aku aja capek lho lihat muka suster yang berasa nahan kentut itu."

Yeni makin melotot ke arah Marsya. Ovi tertawa tertahan, sadar diri mereka di rumah sakit. Sedangkan Tari hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"Udah ah udah..... ribut mulu kalo ketemu. Oh ya, kamu telat sya. Dokter Abel barusan pulang 10 menit lalu. Tadi dia ijin pulang, kayaknya gak enak badan. Soalnya tadi pucet gitu mukanya," kata Ovi.

"Ha? Seriusan dok?" Ovi mengangguk yakin. "Kok dia gak telpon sih," decak Marsya.

Ia mengambil hp dari tas slempangnya. Lalu segera menelpon Abel.

"Halo bel..."

"..."

"Kamu pulang kok gak bilang aku, aku malahan di rumah sakit sekarang. Niatnya tadi sih nganter makan siang."

"..."

"Ya udah tungguin, aku ke sana sekarang."

Marsya menutup telpon.

"Suster, aku pulang duluan ya," pamit Marsya.

"Bukannya di telpon tadi katanya mau ketemu dokter Abel? Eh maaf, gak maksud nguping." Ovi sedikit tak enak hati.

"Santai aja sus. Iya mau ketemu Abel, makanya ini aku pulang. Dia nunggu di rumah."

"Maksudnya?" tanya Yeni heran.

"Kan aku sama Abel tinggal bareng sus."

"HA?"

"HAAA???"

"HAAAAAAAAA?????"

Ovi, Yeni, dan Tari ber 'HA' barengan dengan tinggi oktafnya masing-masing.

"Astagfirullah, 'HA' lo kekencengan yen," kata Ovi memukul pelan mulut Yeni.

"Lo... lo... lo tinggal bareng dokter Abel?" Yeni tergagap, terus saja ia memandangi Marsya lekat.

"Eh, eh, aduh mulut..." Marsya memukul mulutnya pelan berkali-kali. "Emm... jangan bilang sama siapa-siapa ya sus, bisa diamuk Abel ntar."

Marsya merutuki kebodohannya sendiri yang keceplosan. Selama ini memang orang-orang rumah sakit tak ada yang tau kalau ia dan Abel tinggal bersama. Abel tentu tak akan suka urusan pribadinya jadi bahan gosip di tempat kerjanya. Dan lagian Marsya dan Abel juga merasa tak perlu mengumbar-umbar perihal mereka tinggal bersama.

"Jangan bilang siapa-siapa ya sus. Tar jadi gosip, Abelnya yang kena. Pliiiiiiisss jaga rahasia ya suster Ovi, suster Yeni, suster Tari....." Marsya memelas.

"Tenang aja sya, kita janji. Lagian juga itu hak kalian, kami mah siapa berhak komentar," kata Ovi menenangkan Marsya. "Iya kan Yen, Tar?" tanyanya pada kedua rekannya.

Tari mengangguk. Dia memang tipe yang gak banyak omong. Sebenarnya dia gak peduli juga sih, dia juga bukan tipe penyebar dan pengonsumsi gosip.

Sedangkan Yeni masih diam. Mukanya makin tak karuan.

"Udah sana kamu pulang gih, kasian dokter Abel lagi sakit," kata Ovi kemudian.

Marsya mengangguk. "Makasih sus, aku pamit dulu." Ia mengambil langkah cepat dan segera keluar rumah sakit.

Selepas kepergian Marsya, Ovi mendekat ke arah Yeni. Rekan kerja sekaligus sahabatnya itu masih diam dengan muka sangat kacau.

Ovi menyentuh bahu Yeni pelan. "Yen, lo gak apa-apa kan?" tanya Ovi hati-hati. Ia tau betul bahwa perasaan Yeni ke dokter Abel sudah lebih dari sekedar fans.

"Huuueeeeeee Oviii....... Gue udah gak ada lagi harapan hiks hiks hiks..." Yeni tiba-tiba mewek bebek dengan muka benar-benar konyol menurut Ovi. Dia bahkan hampir tertawa melihat ekspresi Yeni.

Busyet dah temen gue. Cantik pas-pasan, eh hobi dia mewek bebek gini. Siapa juga yang gak ilfeel. Tapi lucu, pengen gue story-in hahaha.

"Pupus sudah harapan gue... hiks... hiks..."

"Duh... cup cup cup... cari gebetan lain aja ya abis ini..." kata Ovi yang kini memeluk Yeni. Mengusap-usap punggung sahabatnya itu.

"Emangnya kurang gue apa sih vi... Sampai-sampai dokter Abel gak sekalipun ngelirik gue... hiks... hiks..." kata Yeni masih sesenggukan.

"Kekurangan lo itu karena lo gak punya kelebihan. Itu aja kok Yen." Ovi sengaja menggoda Yeni sambil menahan tawanya.

"Hueeeeeee lo jahat banget sih....." Kembali Yeni mewek bebek sambil memukuli bahu Ovi. "Tari...... jahat banget si Ovi... Hiks... Hiks..." Kali ini ia berganti memeluk Tari.

"Sabar... Sabar..." Tari menenangkan mengusap-usap punggungnya.

"Lo itu orang paling jujur dan baik yang pernah gue kenal... Hiks... Hiks... Lo pasti tau kan kelebihan gue? Si Ovi aja tuh mulutnya jahat... Hiks... Hiks..." Yeni masih terisak di pelukan Tari.

"Iya, gue tau kok kelebihan lo. Kerasa banget malah," kata Tari.

"Oh ya? Apa Tar? Sebutin coba?" Yeni melepas pelukannya dan menatap Tari dengan mata berbinar.

"Kelebihan lo itu gak ganjel kalo dipeluk," kata Tari kalem.

"Haaa? Maksudnya?" tanya Yeni tak paham.

Tari kemudian kembali memeluk Yeni. "Tuh kan gak ganjel. Pelukan ama lo tuh enak. Dada lo gak ganjel dada gue, jadi gue gak risih lama-lama lo peluk. Itu kelebihan lo," kata Tari dengan polosnya. Antara polos atau emang bego. Atau mungkin bahkan sengaja. Membuat Yeni kembali mewek

"Huahahahahaha ampun dah, astagfirullah...... sakit perut gue," kata Ovi tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawaban Tari yang kelewat polos bin bego.

Yeni kembali mewek. Ia lalu mengambil hp dari saku bajunya. Membuka aplikasi instakilogram lalu mengetik sesuatu pada kotak search.

Pembesar_payudara : Follow
Pembesar.payudara.herbal : Follow
Pembesar.payudara.cepat : Follow
Payudara_besar_alami : Follow
Payudarabesar.cepat.aman : Follow
.
.
.
.
.
TBC

The Heartbeat [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang