4 - Red Diary

155 15 1
                                    

****

Klek.

Knop pintu putih besar itu diputar dari luar dan kemudian terbuka. Seseorang melangkah masuk setelahnya.

"Ah-- Tuan muda. Anda sudah kembali."

Seokjin berjalan memasuki ruang tengah keluarganya, yang kemudian disambut oleh seorang pelayan dan wanita yang sedang duduk di sofa sambil membaca koran.

"Darimana saja?"

Seokjin mengacuhkan pertanyaan wanita itu dan berjalan menuju tangga.

"Eomma bertanya! Kau tidak dengar?"

"Ah eomma, aku lelah, aku mau ke kamarku."

"Kau sudah bicara dengan mereka?"

Seokjin menghela napas.
"Eomma, kau pikir aku seharian ini pergi kemana? Kau sendiri yang tadi pagi memaksaku untuk bicara dengan mereka kan?"

Wanita itu tersenyum.
"Baik.. kalau begitu bagus."

"Aku besok mau ke pantai dengan mereka."

"Apa? Untuk apa lagi kau bertemu dengan mereka?"

"Eomma, aku sudah mengikuti permintaanmu. Paling tidak sekali ini, tolong biarkan aku melakukan apa yang aku inginkan untuk terkahir kalinya."

Wanita itu kemudian mendengus kesal.
"Ck! Yah. Baiklah. Lagipula setelah ini kau tidak akan pernah bertemu dengan mereka lagi."

Mata Seokjin melebar.
"Eomma, apa maksudmu?"

Wanita itu melipat koran yang ia baca tadi, dan memberikannya ke pelayan. Ia bangkit dari sofa nya dan berjalan mendekati Seokjin.

"Ayahmu sudah mengurus perpindahan studi mu ke Amerika. Kau akan tinggal disana sampai kau menyelesaikan kuliah S2 mu. Eomma sudah mengatur jadwal keberangkatanmu. Minggu depan kau langsung berangkat ke USA."

"Apa!? Kenapa eomma tidak bilang padaku? Kalian tidak bisa memutuskannya begitu saja." Seokjin turun 2 anak tangga mendekati ibunya.

"Kenapa memangnya? Oh? Jadi kau tidak mau? Apa karena kau jadi tidak bisa bertemu dengan teman-teman jelatamu itu?"

"Bukan begitu eom--" "Dengar ya!"

Wanita itu memotong kata-kata Seokjin. "kita sudah membuat perjanjian. Apa kau mau aku menghancurkan kehidupan mereka? Kau seharusnya tau kenapa tidak ada agensi yang mau mengambil kalian."

Tiba-tiba udara disekeliling Seokjin berubah menjadi dingin.
"Apa? Eomma, jadi itu perbuatanmu?"

"Ikuti permintaan eomma atau mereka akan hancur."
Wanita itu mengabaikan pertanyaan anaknya.

Seokjin terdiam. Raut wajahnya masam. Sorot matanya menunjukkan bahwa ia begitu kesal. Ia tidak ingin menghancurkan mimpi teman-temannya. Tidak untuk yang kedua kali nya setelah ia tau kalau itu adalah ulah orangtuanya.

"Y-yah terserah eomma sajalah! Lagipula mereka juga tidak penting bagiku."

"Hhm.. hmm kau tidak perlu berpura-pura tak acuh begitu pada mereka. Eomma tau isi kepalamu." Wanita itu menyengir.

Seokjin hanya cemberut. Kemudian ia berbalik badan dan menaiki tangga menuju kamarnya.
.

.

.

Seokjin keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.

Ia berjalan menghampiri lemari dan mengambil sweater dan celana piyama nya.

Together [Seokjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang