Makan malam berama keluarga adalah impian Jey saat kecil. Namun tuhan tidak memberinya kesempatan untuk mewujudkan impian nya tersebut. Jey juga sangat ingin memiliki seorang kakak dan juga adik. Ia lelah hidup sendiri di dunia ini.Dan disaat inilah, ia menikmati makan malam bersama keluarga, meskipun bukan keluarganya.
"Bagaimana hubungan kalian? Apa baik-baik saja?" tanya Om Rafi.
"Baik dong om, tapi Raskal nya masih cuek nih om sama Jey," Jey mengadu sambil memanyunkan bibirnya tanpa malu. Algis meringis mendengarnya.
"Kamu kan tau sendiri sayang...Raskal itu ngga pinter nunjukin perasaan nya," kali ini tante Mira yang berbicara sambil menyuapi Oji yang sedang memainkan game dari handphone milik tante Mira.
Raskal yang merasa dibicarakan,hanya diam saja. Menyimak dengan apa yang mereka simpulkan.
"Bang Raskal tuh baru pertama kali pacaran, makanya kaya kanebo kering, kaku." Fajar nyeletuk begitu saja, membuat yang lainnya tertawa, kecuali Raskal yang menatap Fajar tidak suka.
"Sama dong, aku juga pertama kali pacaran. Tapi aku bisa nunjukin perasaan aku ke Raskal."
Mereka kembali tertawa, Fajar diam-diam mencuri pandangannya kepada Jey yang juga tertawa lepas. Manis, fikirnya.
"Jadi keinget tante sama om Rafi pacaran dulu. Raskal itu fotokopian om Rafi banget, dia kaku, ngga bisa ngungkapin perasaannya. Tiap jumpa sama tante, bawaan nya pms mulu. Tapi lama-lama om Rafi ngga bisa hidup tanpa Tante," jelas Tante Mira sambil menatap jail suaminya.
"Bohong, kamu yang ngga bisa hidup tanpa aku," elak om Rafi.
Kali ini semua tertawa, Raskal pun tidak bisa menahan senyumnya melihat keakraban orang tuanya.
Rasanya Jey sangat ingin menghentikan waktu untuk sekarang . Raskal-nya itu sempurna, itulah fikir Jey.
wajah yang tampan, senyum nya memabukkan, ia juga pandai dalam bidang apa saja. Dan yanh terpenting, ia memiliki keluarga yang harmonis.
Tapi kenapa selama ini Raskal tampak tidak bersyukur dengan apa yang ia dapatkan?
Jangan lupakan satu hal, Raskal memiliki Jey. Apakah kehadirannya dalam hidup Raskal adalah suatu kekurangan?
Jey tertawa, menertawai dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa mendapatkan Raskal dengan begitu mudah nya? Ia bahkan tidak pandai, apalagi dalam bidang memasak. Tapi ia cukup percaya diri dengan tampang yang ia miliki.
"Kamu kan udah kelas 12, rajin-rajin belajar ya Jey, supaya bisa masuk ke kampus yang sama dengan Raskal," nasehat om Rafi.
Jey mengangguk, lalu menjawab,"pasti dong om, ntar kalau Jey ngga samaan kampus bareng Raskal. Raskal bakalan ngga semangat hidup, hehe."
"Lo kali yang bakal mati kesurupan ngelihat Raskal dicocol degem manjah," sahut Fajar.
"Fajar..." tegur tante Mira.
"Fajar mulu perasaan yang salah, ck."
"Kamu juga harus belajar, jangan main game terus. Ikutin dong kakakmu."
"Fajar udah pinter ma, ngga perlu belajar lagi."
"Pinter darimana nya?" tanya om Rafi.
"Dari papanya dong," Fajar memang pinter menjawab.
"Ekhm, aku izin nganterin Jey pulang," ucap Raskal yang tiba-tiba bangkit dari kursinya, menatap Jey seakan menyuruhnya untuk ikut bangkit.
Sejak tadi, Jey dapat melihat dari gelagat Raskal yang tampak tidak nyaman, sesekali ia melihat jam tangan dan juga handphonenya.
"Eh kok cepet banget?" tante Mira keheranan.
"Iya nih, buru-buru amat kaya dikejar mimi peri," Fajar ikut menyahuti.
"Dia mau belajar ma, lagian ini udah malem."
Sejak kapan ia pernah belajar? pikir Jey. Menatap buku saja sudah membuat kepala nya pusing.
"Eh iya tante, besok aku juga ada ulangan matematika. Ehehe," jawab Jey sopan.
"Yaudah, hati-hati dijalan." ujar om Rafi. Dengan cepat Raskal mengangguk, lalu mengajak Jey kehalaman depan rumahnya.
***
Jey mengikuti Raskal memasuki mobil yang terparkir didepan halaman rumah.
Ia penasaran mengapa Raskal terlihat sangat buru-buru?
Apakah ia tidak nyaman dengan pembicaraan ketika makan malam tadi? Atau ia ingin mengerjakan tugas bersama temannya?
"Raskal kamu kenapa?" hanya itu yang sanggup Jey tanyakan.
Algis hanya diam, sesekali mengecek handphone nya. Kali ini Jey mengerutkan keningnya.
"Raskal..." panggil Jey.
"Ngga, gue ngga kenapa-napa."
"Terus kenapa kamu kelihatan panik gitu? terus Buru-buru? Kamu mau kemana sih?"
"Kerja kelompok. Gue telat, yang lain udah pada ngumpul di rumah Denis."
Jey ber-oh ria, "yahh kok kamu ngga bilang dari awal? Tau gitu aku tadi mesen gojek aja biar kamu ngga perlu nganterin aku, ntar makin telat."
Raskal menggeleng, "kalau ada gue,kenapa mesti mesen gojek? Lagian kan tadi lo pergi nya bareng gue, jadi pulangnya juga harus bareng gue. "
Jey tersenyum mendengarnya, tipikal cowok yang bertanggung jawab fikirnya.
Tidak pernah terbesit untuk meninggalkan Raskal sekalipun. Karena tidak ada alasan untuk melepaskan Raskal itu, begitu sempurna hingga tidak ada celah untuk melihat keburukannya.
Raskal tidak perlu bersikap romantis, jika dengan caranya yang begitu sederhana sudah membuat Jey bahagia terus.
Namun, apakah bahagia yang begitu sederhana ini juga akan ikut lenyap? Seperti bahagianya bersama sang papi...papinya pergi ketika Jey merasa sangat bahagia, apa itu juga berlaku kepada Raskal?
Tidak, Jey tidak ingin berpikir terlalu jauh. Memikirkan Raskal pergi meninggalkan nya membuat dadanya sesak, ia belum sanggup.Jey hanya ingin terus seperti ini, tidak perlu yang lain, hanya Raskal, cukup Raskal Abimayu.
***
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA!
Jangan lupa tinggalkan jejak jika kamu suka dengan cerita ini !
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Pain
Teen Fiction[ S L O W U P D A T E] Orang lain mengatakan bahwa jatuh cinta itu menyenangkan tetapi juga harus siap untuk tersakiti. Nyatanya, aku sudah tersakiti sejak awal aku memilih untuk mencintaimu, namun kenapa tidak ada hal menyenangkan yang dapat aku te...