Hari ini seperti biasanya, Jey berangkat kesekolah bersama supir pribadinya. Tidak pernah sekalipun Raskal mengantarkannya ke sekolah semenjak tunangannya itu masuk perguruan tinggi.Namun Raskal tidak menolak untuk menjemputnya, walaupun terkadang ia tidak sempat, terpaksa Jey harus memesan ojek online.
Jey jarang sarapan dirumah, ia akan lebih memilih membawa bekal, selain terbiasa, ia juga dapat menghemat uang bulanan dari tante Keyla.
Setibanya didepan sekolah, Jey menyempatkan diri untuk berterima kasih kepada supir nya sebelum ia berlari saat mendapati pintu pagar akan segera tertutup. Beruntungnya Jey saat satpam mengizinkannya untuk memasuki sekolah tanpa terjadinya cekcok.
Jey berlari kecil menaiki tangga menuju kelasnya, namun kesialan sepertinya masih ingin mengerjainya ketika ia tidak sengaja menabrak seorang cowok yang baru saja ingin turun. Jey sempat menahan tubuhnya ke dinding, sehingga tidak ikut terjatuh seperti cowok tersebut yang sudah terduduk diatas lantai.
"Anjir."
"Duh maaf-maaf gue buru-buru."
Padahal Jey ingin sekali menertawai cowok tersebut, namun waktu terus mengerjarnya, dan menyuruhnya untuk segera menuju kelas.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Jey pergi meninggalkan cowok yang masih terduduk sambil mengusap bokongnya.
Baru saja beberapa langkah Jey berlari, namun ditahan oleh lelaki tersebut.
"Enak aja lu mau langsung pergi kaya tuyul, tanggung jawab dulu nih punggung gue patah kayaknya!"
Jey menatap lelaki ini sebal, ia sudah terlambat memasuki pelajaran, dan dia harus menghadapi cowok tengil didepannya ini!
Jey memperhatikan cowok didepan nya. Dilihat dari penampilan, jey dapat menebak bahwa adik kelasnya ini tipikal siswa yang gemar melanggar aturan. kemeja sekolahnya tidak dimasukkan kedalam celana, dua kancing teratas seragamnya terbuka sehingga kaus dalam putih yang ia kenakan dapat terlihat, tidak memakai dasi, rambutnya juga tebal dan tidak rapi.
"Lagian kan lo sendiri yang tiba-tiba nongol kayak setan!" Ujar Jey tidak mau mengalah.
"Lah? salah lo tuh, makanya jalan tuh pake mata!"
Jey berdecak sebal, "Dimana-mana jalan tuh pake kaki! Nah udah jelas kan ini salah siapa? itu karena lo jalannya pake mata, makanya nabrak, kualat kan lo punya kaki ngga digunain untuk jalan malah pake mata!"
Jey semakin dibuat dongkol ketika lelaki didepan nya malah tersenyum jahil, ingin rasanya menolaknya kembali hingga terguling-guling ditangga.
"Pokoknya tanggung jawab, ini kayanya jempol kaki gua ikutan patah deh, aww sakit banget."
"Apaan sih!" Jey mendengus jengkel ketika ia sadar bahwa ia sedang dikerjai. "Ntar deh lanjutin drama nya ya mas, gue mau masuk kelas, udah telat!"
Cowok didepannya terdiam sejenak, memperhatikan wajah Jey selama beberapa detik.
"Okey, gue Samuel Hans, kelas XI IPS 2, ntar gue tungguin dikantin, kalau ngga bakal gue datengin ke kelas!" ucap Samuel sambil mengedipkan matanya, setelah itu ia segera pergi meninggalkan Jey yang tampak tidak terlalu peduli.
"Idih."
***
Ada perasaan takut ketika ia mendekati pintu kelas, tetapi saat terdengar teriakan dari beberapa teman nya dari dalam membuat Jey menebak jika tidak ada guru yang sedang mengajar.
Dengan cepat Jey membuka pintu sehingga membuat semua teman sekelasnya mendadak terdiam dan menoleh ke arah pintu, beberapa diantaranya bahkan sudah berlari menempati bangku masing-masing, namun beberapa detik setelahnya mereka beramai-ramai menyoraki Jey yang langsung terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Pain
Teen Fiction[ S L O W U P D A T E] Orang lain mengatakan bahwa jatuh cinta itu menyenangkan tetapi juga harus siap untuk tersakiti. Nyatanya, aku sudah tersakiti sejak awal aku memilih untuk mencintaimu, namun kenapa tidak ada hal menyenangkan yang dapat aku te...