#6 - Too Fast

34 8 2
                                    

Hari ini, sesuai jadwal yan ada di notes ku, aku pergi bersama Arka. Berdua saja.

Hm, aku gugup sungguh gugup. Bagaimana jika nanti aku tidak punya topik untuk berbicara dengannya?
Bagaimana jika nanti aku melakukan hal yang membuat dia ilfeel?
Oke. Aku. Harus. Tenang.

Melihat jam di dinding, menunggu Arka datang.

Waktu menunjukkan pukul 4.15 sore, aku masih menunggu dan tentu saja gugup.

Aku menyalakan Mp3 ku, mendengarkan beberapa lagu untuk membuat gugupku berkurang.

Waktu menunjukkan pukul 4.30 sore, dan ya! Dia datang!

Aku datang, naik ke motornya, dan diam.

Di jalan aku mencoba mencairkan suasana, tapi yang terjadi hanyalah debat yang tidak berujung.

"Mau kemana?" Tanya nya.

"Ke Tea House ya?" Tanyaku balik.

"Ga mau ah"

"Terus kemana dong?"

"Ga tau"

"Yaudah terserah"

"Ga mau terserah"

"Terus kemana?"

"Ga tau"

"Bodoamat lah"

"Yah marah"

"Yah ngga"

Begitu seterusnya.

Se sampainya di Tea House, aku duduk, memesan makan dan minum.

Sedikit berbincang dengannya, dia di depanku.

Dia suka senyum sendiri, entah. Tapi aku juga suka melihat senyum darinya. Hahaha.

Sampai pada akhirnya, Afra datang bersama Zura. Kita tidak ada janjian untuk pergi sama mereka, mereka mungkin datang ke sini untuk tujuan minum teh mungkin?

Oh iya, aku belum perkenalkan siapa Afra dan Azura.
Mereka adalah teman satu sekolahku, satu sekolah juga dengan Arka.

Afra dulu pernah dekat dengan Arka, tapi hanya sebatas teman karna perbedaan keyakinan. Setelah Afra dekat dengan Arka, Arka dekat denganku, hm maksudku berteman denganku.

Terserah kamu mau menyebutku apa, mau menyebutku merebut milik teman, mau menyebutku teman makan teman, karna aku tidak peduli.
Yang pasti, aku dekat dengan Arka setelah Arka sudah tidak begitu dekat dengan Afra, aku sudah mendengarkan semua ceritanya dari Arka.

Ya mungkin segitu saja aku ceritakan tentang Afra, untuk Zura aku tidak akan ceritakan disini karna dia tidak begitu ada hubungannya disini.

Pada saat Afra dan Zura datang, tiba-tiba Zura menyapaku, tapi tidak dengan Afra, dia hanya diam saja.

"Araaaaa" sapanya

"Eh iyaa halo" jawabku singkat.

Setelah itu aku hanya diam, memikirkan apa yang terjadi nanti.

Arka tetap diam, aku diam. Lalu dia mengambil ponselnya, mengirimkan pesan.

Arka.
Yaudah deh ayo

Me
Ayo apa?

Arka.
Anu

Me
Anu apa?

Arka.
Ayo jadian

Aku hanya diam, tersenyum. Padahal dia didepanku, kenapa dia tidak langsung mengatakan?

Aku hanya membalas "Ayo" saja.

Lalu temanku datang, dia gabung bersama kami, walaupun kami belum mengiyakannya.

"Yah ke ganggu dong quality timenya" batinku.

Lalu aku mengobrol sedikit dengan temanku, lalu aku pergi pindah ke lain tempat dengan Arka.

"Mau kemana?" Tanyaku

"Terserah, muter-muter aja ya?"

"Yaudah iya"

Di sepanjang jalan aku senyum, sulit untuk bermuka datar.

Tapi aku di Tea House itu belum resmi jadian dengannya.

Aku berpikir, apa ini tidak terlalu cepat? Aku baru saja mengenalnya.

Di jalan, aku mencoba membuka topik.

"Rumahmu dimana?"

"Deket rumahmu"

"Mau lewat rumahmu"

"Ga mau, rumahku belum jadi"

"Ya gapapa, lewat aja"

Aku akhirnya diberitahu rumah Arka, memang dekat dengan rumahku. Waktu untuk ke rumah Arka dari rumahku hanya 10 menit saja.

Aku bingung dengan kejadian di Tea House, lalu aku bertanya

"Jadinya gimana?"

"Bentar"

Aku menunggu, entah apa yang dia pikirkan, itu cukup lama menunggu dia untuk berpikir. Aku sedikit kesal, lalu aku bilang,

"Susah banget ngasih kepastian"

Bukannya aku meminta untuk cepat-cepat memberi kepastian, tapi aku seperti dibuat bingung, awalnya dia menyatakan lalu dia juga yang membuatku menunggu.

Setelah menunggu, dia tiba-tiba bertanya,

"Jadi jadian ga?"

"Hmm yaudah jadi"

Akhirnya, di tanggal 3 Februari kita resmi. Jadian doang.

Ada beberapa hal yang membuatku sedikit ragu,
Aku takut tidak bisa menerima sifatnya, aku takut tidak bisa menerima kekurangannya, aku takut tidak bisa menjadi yang dia mau.

Tapi, takut hanya ada dipikiran saja. Buang pikiran takut seperti itu, jalani saja apa yang terjadi.

Aku pulang, sampai di rumah aku mengecek ponselku.

Lalu membuka beberapa Status di sosial mediaku, sampai pada akhirnya aku menemukan status dari Afra.

Isinya seperti menyindir, entah menyindir siapa, dia seperti menyindirku. Tapi aku tetap tidak peduli apa yang dia katakan.

Karna tidak bermanfaat juga kan peduli dengan hal seperti itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang